Senyumku di antara lelehan air mata bahagia. Dimengerti, dipahami, dan bukan dihakimi. Sekilas aku melirik jam dinding, dan beliau paham. "Kelasnya pindah ke sini Yan, kamu pelajaran di sini, kelas tidak membantumu, pun untuk tarekat. Dengan seperti ini kamu pun belajar regula**, dan bukanlah jadwalnya memang regula ordo?"
Aku hanya mengangguk. Penerimaan dan pengertian sungguh sangat berarti.
Pertemuan dan kelas pagi beberapa waktu lalu membuatku makin mantab atas pilihan hidup ini, seumur hidup mengurung diri di lereng Merbabu dengan iringan lenguh sapi dan jangkrik di setiap malam. Aktivitas harian dengan silentium magnum***.Pilihan yang membuat banyak yang kaget, apalagi Arya. Ibu sih tertawa saja, sama ketika aku memutuskan untuk masuk KOWAD. Sejak kecil aku selalu menjawab mau jadi suster karena baju putih dan slayer putihnya menarik banget. Lulus SMA aku malah masuk AKABRI dan lolos.
Pendidikan empat tahun aku jalani dengan sangat wajar. Pelantikan di istana juga sangat normal, apalagi kebanggaanku  meledak rasanya ketika disebutkan sebagai lulusan terbaik dari matra darat dan perempuan lagi.
Penempatan pertama, syukur tidak jauh-jauh amat dari rumah. Itu yang membelokkanku kini di penjara sunyi yang menggembirakan ini. Bel ibadat bacaan sudah berbunyi. Aku bergegas menuju kapel, dan alur jubah putih hitam keluar dari masing-masing kamar menuju ke satu tujuan, semua dalam diam, dengan membawa brevir****masing-masing. Menekuri lantai, bukan karena patah semanag apalagi patah hati, untuk mencoba menyadari berjalan sebagai berjalan. Kapan kaki melayang, kapan menapak lantai, dan bagaimana langkah itu bukan semata spontanitas. Hal yang sangat baru, bagaimana aku dulu langkah tegap, derap yang teratur, mata lurus ke depan.
Perbincangan pagi lalu yang sangat mengubah hidupku. Hari demi hari aku lalui dengan cerah ceria.
"Suster Yudith, ke kamar sebentar, " sapa Suster Marieta dengan serius, dengan sorot mata penuh senyum itu.
"Ini, bukalah...."
"Apa Suster?" aku bingung.
"Lamaranmu....."
Aku buka dengan berdebar-debar, bagaimana aku diterima atau tidak. Dan aku diterima, tanggal 31 bulan ini aku diperbolehkan mengucapkan kaul pertamaku.