Pembedanya hanya pada motivasi. Bagaimana orang bisa membaca motivasi, hanya Tuhan dan diri mereka sendiri yang tahu. Rekam jejak banyak membantu untuk memperkirakan ke arah mana kepentingannya. Apakah mau represif untuk kekuasaan itu sendiri atau demi kepentingan yang lebih besar yaitu bangsa dan negara.Â
Ini pembeda yang sangat penting dan menentukan. Kepentingan sebelah atau pihak "oposisi" atau yang tidak senang tetap saja banyak dan tidak bisa dinafikan pasti akan negatif. Jadi ingat kata seorang teman, perbuatan level dewa sekalipun jika namanya sentimen jangan harap benar. Dan model demikian jauh lebih banyak di budaya timur seperti Indonesia ini.
Konsistensi  Membuktikan Kualitas
Orang atau pemimpin yang konsisten dalam hal mana itu yang kembali menjadi bukti antara tegas dan otoriter itu. Jika motivasinya hanya untuk mempertahankan kekuasaan, jelas akan terlihat. Apa yang diurusi adalah yang berkaitan dengan kursi dan yang melingkupinya. Soal bangsa dan negara bisa nanti dulu. Popularitas demi menang atas nama demokrasi menjadi andalan. Prestasi semata wacana dan ide semata. Mau ada huru hara sepanjang tidak membahayakan kekuasaannya, akan nyaman-nyaman saja. Â Tidak perlu susah-susah mencari contoh karena toh pemerintah kita banyak memberikan contoh dan fakta yang sangat nyata akan hal itu.
Konsekuensi atas Pilihan
Memang tidak mudah membangun di antara reruntuhan. Lebih enak membangun yang baru. Atas nama euforia demokrasi, kini menjadi seolah liar tanpa aturan. Lebih dari sepuluh tahun sebenarnya sudah mulai menyadari keperluan untuk membangun bukan lagi seenaknya. Susahnya para elit dan politikus petualang dan bandit demokrasi itu enggan bebenah karena zona nyaman mereka sudah mengenyangkan. Mau diubah jelas reaksinya berlebihan. Siapa saja mereka bisa kita ketahui dengan baik siapa saja.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H