Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koppig-nya Jokowi

15 September 2017   06:41 Diperbarui: 16 September 2017   01:39 2177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden ketujuh ini memang keras kepala seperti ungkapan seorang pejabat yang merasa mendapatkan tentangan kala melakukan aktivitas model lamanya. Keras kepala yang bagi banyak pihak merugikan. Pilihan untuk bangsa yang banyak menghadapi masalah memang bisa dipahami. Kadang tangan besi pun bisa dipilih jika menghadapi bangsa "liar, bar-bar, dan seenaknya sendiri" seperti ini. Motivasi dan kepentingan kekeraskepalaan menjadi pembeda, keras kepala demi kepentingan sendiri dan kelompok atau demi bangsa dan negara.

Keras Kepala dalam Memilih Menteri

Hal yang paling menggelikan bagi banyak pihak bagaimana memilih menteri yang "hanya" lulusan SMP. Bagaimana tidak, banyak doktor yang ngantre untuk mendaftar eh malah memilih yang "bakul" ikan. Namun pilihannya tidak salah dan bahkan menjadi perbincangan dunia saat bisa membuat Thailand, Vietnam, Philipina, bahkan China gigit jari karena pabrik ikan mereka yang panen dari lautan Indonesia mati kutu. Mereka tidak bisa lagi panen dengan leluasa di laut RI. Tidak heran banyak yang marah dan mengatakan menghambat investasi, merugikan nelayan, dan sejenisnya.

Keras Kepala Berani-Beraninya Membubarkan Mafia Minyak

Mafia minyak yang biasa ongkang-ongkang sekian puluh tahun dengan bergelimang dolar dari selisih harga minyak yang mereka main-mainkan. Dengan ngawur dan keras kepala dibubarkan. Siapa tidak tahu Petral yang malang melintang, mengatakan rugi mengekplorasi sumur sendiri, lebih baik impor, kasihan rakyat kecil subsidi saja, semua bahagia, semua senang, rakyat dikadali dengan yang namanya subsidi padahal memberikan subsidi pada mereka. 

Coba berapa saja yang marah dan meradang dengan pilihan gila ini, membubarkan mafia lho. Mereka tidak akan pernah kerja sendirian, pasti banyak aliran dolar ke rekening petinggi-petinggi negeri, dan tiba-tiba mampet. Pastilah jadi stroke,saat aliran tidak lancar. Lahirlah tudingan ini dan itu, dan itu karena hanya ingin alirannya tidak tersumbat.

Keras Kepala BBM Harganya Bisa Naik Turun

Ini juga hal yang tabu di masa-masa lalu. Bagaimana harga BBM seperti seksualitas, tabu dibicarakan dan naik turun, eh dengan ngawur dijadikanlah model baru dan bisa. Berkaitan juga dengan menyabut subsidi BBM dan listrik karena memang banyak salah sasaran dan orang kaya dan super kaya pun mendapatkan subsidi yang sama. Keadilan macam apa jika demikian? Dan dengan keras kepalalah semua bisa dilakukan. Pihak yang biasa mendapatkan keuntungan meradang dan membuat gerakan dan pernyataan aneh-aneh.

Keras Kepala Membubarkan Gerakan Radikalis dan Antipancasila

Lha memang gerakan ini baru lahir? Atau mereka berani menyatakan diri dengan lantang memang bukan baru laki ini kan. Coba didiamkan saja kan tidak akan dikatakan otoriter, pemerintah totaliter, dan semua bisa berjalan dengan semestinya. Negara jadi taruhannya. Tumbal kadang diperlukan dalam sebuah perjuangan. Dan Pak Jokowi mau mengambil risiko itu. Bagaimana tidak, ketika urusan dengan ormas, bisa digoreng ke agama, diktator, otoriter, dan sebagainya. Coba diam saja seperti yang lampau, mereka bisa bersukaria, nama tetap baik tidak dituduh otoriter lagi. Inilah pilihan yang dipilih demi negara dan bangsa

Otoriter dan Tegas itu Beda Tipis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun