Selain keamanan, jaminan regulasi dan peraturan yang jelas dan tidak berbelit. Bisa saja orang datang namun pergi lagi karena berbelit dan mudahnya tafsiran hukum yang sangat lentur di sini. Kembali peran pemerintah di sini.
Tabiat gumunandan merasa sebangsa dan setanah air, merasa ikut terlibat itu sangat besar. Hal ini potensi yang belum digali dan dijual agar mereka suka cita. Menyaksikan Joe Taslim hanya sejenak saja suah membuat tambah penonton, apalagi ada lokasi yang dikenal, pasti jauh lebih heboh.
Pendidikan yang mencerahkan sehingga tidak menilai berbeda itu salah dan belajar ada perbedaan yang bisa menguatkan bukan melemahkan. Hal ini peran lembaga agama dan negara tentunya, sehingga tidak akan ada lagi film dilarang dengan alasan yang sangat tidak jelas dan tidak logis, beda jika film porno atau yang melanggar aturan. Jika hanya membanting sorban, sebagai bahasa simbolis saja sudah didemo, beda kalau itu membanting Kitab Suci, waduh.
Jangan sampai Indonesia hanya jadi pasar, dan penonton hanya ngowoh,tanpa ada kontribusinya bagi bangsa dan negara ini. Hal ini  bukan soal antiasing, namun hubungan yang saling menguntungkan tentu jauh lebih baik bagi negara modern.
Bagaimana sikap mendua juga perlu dihilangkan, bagaimana tidak melarang film semacam Noah, namun sevulgar film panas era 90-an toh bisa tayang dengan bebas, atau hantu-hantuan yang tidak jelas ceritanya. Soal film panas yang era kini belum menemukan yang pas. Yang mau saya katakan adalah, soal kecil saja bisa heboh, padahal pada sisi lain yang sama melenggang dengan santainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H