Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Fast Furious 8 dan Raksasa Hollywood yang Tidak Pernah Lirik Indonesia

18 April 2017   21:32 Diperbarui: 18 April 2017   21:34 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selain keamanan, jaminan regulasi dan peraturan yang jelas dan tidak berbelit. Bisa saja orang datang namun pergi lagi karena berbelit dan mudahnya tafsiran hukum yang sangat lentur di sini. Kembali peran pemerintah di sini.

Tabiat gumunandan merasa sebangsa dan setanah air, merasa ikut terlibat itu sangat besar. Hal ini potensi yang belum digali dan dijual agar mereka suka cita. Menyaksikan Joe Taslim hanya sejenak saja suah membuat tambah penonton, apalagi ada lokasi yang dikenal, pasti jauh lebih heboh.

Pendidikan yang mencerahkan sehingga tidak menilai berbeda itu salah dan belajar ada perbedaan yang bisa menguatkan bukan melemahkan. Hal ini peran lembaga agama dan negara tentunya, sehingga tidak akan ada lagi film dilarang dengan alasan yang sangat tidak jelas dan tidak logis, beda jika film porno atau yang melanggar aturan. Jika hanya membanting sorban, sebagai bahasa simbolis saja sudah didemo, beda kalau itu membanting Kitab Suci, waduh.

Jangan sampai Indonesia hanya jadi pasar, dan penonton hanya ngowoh,tanpa ada kontribusinya bagi bangsa dan negara ini. Hal ini  bukan soal antiasing, namun hubungan yang saling menguntungkan tentu jauh lebih baik bagi negara modern.

Bagaimana sikap mendua juga perlu dihilangkan, bagaimana tidak melarang film semacam Noah, namun sevulgar film panas era 90-an toh bisa tayang dengan bebas, atau hantu-hantuan yang tidak jelas ceritanya. Soal film panas yang era kini belum menemukan yang pas. Yang mau saya katakan adalah, soal kecil saja bisa heboh, padahal pada sisi lain yang sama melenggang dengan santainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun