Bersyukur atas hidup dan perutusannya.Sebenarnya aneh dan lucu kala ada guru berdemo demi kepentingan dirinya. Bisa menuntut di-PNS-kan, atau diingat kesejahteraannya, beda jika meminta kurikulum jangan membebani anak dengan lebih berat, atau menuntut dihilangkannya LKS, atau jangan banyak pungutan, atau bebaskan anak dari uang seragam yang aneh-aneh. Belum pernah ada demo guru yang demikian, atau menuntut film dan media lebih baik lagi menampilkan sosok guru. Mengapa menuntut sekitar dirinya? Karena tidak bersyukur atas capaiannya. Syukur berkaitan dengan kerendahan hati, keramahan, dan kebersamaan dengan yang lain. Hal ini yang masih jauh dari jangkauan pembinaan dan kesadaran bersama.
Guru yang rapi, parlente, mengenakan jam, tas, pakaian, sepatu, bermerk dan mahal bukan sebuah aib atau kesalahan. Apakah itu cukup? Tentu tidak, jauh lebih bermakna adalah kualitas diri guru di dalam mengajar dan memberikan pencerahan kepada anak didik menjadi lebih baik lagi dalam seluruh aspek kehidupan murid.Â
Jayalah Indonesia!
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H