Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Pendidikan Seksualitas Anak] Kisah Nyata Kehamilan Belum Diinginkan dan Penyelesaiannya

29 Januari 2017   14:48 Diperbarui: 29 Januari 2017   15:07 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Komunikasi dengan orang tua atau guru jika di sekolah. Komunikasi anak sekarang sebenarnya jauh lebih baik dan mudah karena keterbukaan mereka sama sekali tidak berjarak dan ada lagi ewuh pakewuhdengan orang tua atau guru. Hanya sayangnya hal ini belum banyak berlaku berkaitan dengan seksualitas. Mengapa demikian? Masih banyak  orang tua yang tidak bisa membahasakan termasuk guru mengenai dirinya sendiri. Seksualitas kan soal diri sendiri bukan barang yang jauh. Berbicara dari hati ke hati sangat membantu, bagaimana anak mulai tertarik dengan lawan jenis, bagaimana mereka menyikapinya sangat tergantung orang tua. Jika diledek menjadi malu dan malah bisa juga berbahaya, jika dibiarkan bisa berabe, dan kembali sikap bijaksana untuk mengajak mereka berdialog.

Pendidikan seksualitas bukan sekedar tambahan dalam pelajaran ini itu, namun sungguh-sungguh digarap oleh sekolah, kalau perlu dinas pendidikan turun tangan. Meliputi semua elemen, agama, kesehatan, psikologi, dan tentunya pendidikan. Anak bisa bertanya banyak hal tanpa takut ditertawakan dan menjadi bahan ejekan, namun malah membawa ke tubir jurang.

Orang tua dan guru jelas memegang peran sangat penting dan vital agar anak bisa bertumbuh sebagaimana mestinya. Kesalahan itu untuk diperbaiki bukan dihukum, kehamilan itu untuk dirawat bukan dibuang atau disingkirkan. Jangan malah kesalahan diselesaikan dengan kesalahan yang lebih besar lagi.

Jayalah Indonesia!

Salam

Patut juga disimak artikel terkait

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun