Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Pendidikan Seksualitas Anak] Kisah Nyata Kehamilan Belum Diinginkan dan Penyelesaiannya

29 Januari 2017   14:48 Diperbarui: 29 Januari 2017   15:07 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[Pendidikan Seksualitas Anak] Kisah Nyata Kehamilan Belum Diinginkan dan Penyelesaiannya

Mengapa mengambil kehamilan belum diinginkan? Karena kebanyakan orang menikah adalah memiliki momongan dengan kehamilan, sedang kisah berkaitan dengan pendidikan seksualitas anak ini mereka hamil sebelum mereka menikah dan bahkan masih sekolah, artinya kehamilan belum diinginkan.

Ada tiga kisah dengan tiga penyelesaian soal kehamilan belum atau tidak diinginkan ini, ketiganya menimpa siswi tingkat SMK. Kisah pertama, siswi ini berpacaran yang berlebihan dan hamil, karena saat rekannya wisata ke luar pulau, mereka malah menginap di tempat lain. Si laki-laki mau bertanggung jawab namun orang tua dari pihak perempuan tidak mau, akhirnya melahirkan dengan pindah kota terlebih dahulu dan anak diberikan kepada si bapak. Si bu selang berapa lama menikah dengan orang lain.

Kisah kedua, anak kelas satu SMK hamil dengan pacarnya yang bekerja di bengkel. Tahu pacarnya telat datang bulan langsung menghadap orang tua si gadis dan menikahinya.

Kisah ketiga, anak SMK hamil dan melahirkan tanpa bantuan siapapun. Usai melahirkan entah panik, entah tidak tahu harus bagaimana, bayinya dimasukkan ke dalam tumpukan kayu. Apa yang terjadi si bayi mati dengan luka koyak di mana-mana, si ibu kecil ini pendarahan dan mengaku kepada neneknya sedang haid namun tidak berhenti. Oleh si ibu di bawa ke dokter dan dinyatakan usai melahirkan. Diketemukanlah bayi di antara kayu dan sudah meninggal.

Teknologi informasi yang tidak dibarengi dengan pengetahuan yang cukup. Orang tua, guru, pihak dewasa biasanya akan mengatakan karena hpdan film porno mudah diakses dan akhirnya seks bebas dan kehamilan tidak diinginkan terjadi. Apakah teknologinya yang salah? Tidak sepenuhnya, namun bahwa anak perlu dibekali soal pemahaman mengenai film porno dengan baik. Film porno hanya menjual sensasi yang tidak akan pernah ada di dunia nyata.Besarnya alat kelamin, lamanya durasi hubungan badan itu efek dari editor, pencahayaan, penggunaan cermin, dan banyak hal. Sama sekali bukan asli dan nyata. Fakta ini oleh remaja sama sekali tidak diketahui dan dijadikan panduan untuk melakukan banyak hal yang kadang irrasional. Belum saatnya mereka melihat tanpa ada pihak dewasa,film porno bisa menjadi penting bagi orang dewasa yang sudah menikah, namun bagi anak-anak dan remaja sama sekali belum tahu batasan mana antara  boleh dan tidak. Keterangsangan seharusnya diajarkan kepada siswa-siswi sehingga mereka bisa menghentikan aktivitas jika berlebihan. Ini pihak guru dan orang tua bisa mengajarkan sesuai dengan usia anak. Pendampingan melihat film porno menjadi penting agar mereka tidak nonton sembunyi-sembunyi yang mengabwa akibat hamil.

Proses terjadinya kehamilan dan perihal seksual sering dikatakan tabu atau saru,ini membuat anak belajar secara sembunyi-sembunyi, bertanya kepada teman sebayanya yang juga masih sama-sama buta, akhirnya masuk jurang bareng. Pendidikan seksualitas diberikan sesuai dengan umur anak baik oleh orang tua, guru, atau pendamping agamanya masing-masing. Hal ini penting agar anak tidak malah belajar dan praktek tanpa tahu risiko yang terjadi. Bagaimana kehamilan itu bisa terjadi, karena apa, dan bagaimana, terutama jika anak sudah akil balik atau masa pubertas, hal ini sangat penting didampingi.

Penyelesaian yang terbaik atas kehamilan anak,tiga kisah di atas sungguh terjadi dan tahu dengan baik para pelakunya, masih ada satu lagi yang tidak saya ketahui secara langsung namun acap terjadi, aborsi,ini bisa sehat misalnya dokter, atau tidak sehat dengan obat atau dukun, meski sama-sama tidak legal namun risiko jauh lebih besar yang kedua. Pernikahan jelas pilihan terbaik, dari sisi agama dosanya hanya sekali perzinahan, secara moral tidak terbebani selain malu yang hanya sejenak, secara psikologis tidak dibayangi dengan dosa dan kesalahan terus menerus. Ingat ini pada kasus anak-anak remaja, yang masih labil dan mudah panik.

Peran orang tua,biasanya aborsi, pemisahan anak-anak yang hamil, itu pihak orang tua yang jauh lebih berperan. Pembunuhan bayi yang dilahirkan pun terjadi karena anak takut dimarahi, dihukum, dan bisa adanya kematian karena temperamen orang tua dan anak yang buruk.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi kejadian ini?

Kemajuan teknologi tidak bisa disangkal. Pendampingan menjadi sangat penting. Anak tidak bisa dikekang secara berlebihan namun juga tidak bisa pula dibiarkan dengan sebebas-bebasnya. Anak diawasi dengan bijaksana.

Komunikasi dengan orang tua atau guru jika di sekolah. Komunikasi anak sekarang sebenarnya jauh lebih baik dan mudah karena keterbukaan mereka sama sekali tidak berjarak dan ada lagi ewuh pakewuhdengan orang tua atau guru. Hanya sayangnya hal ini belum banyak berlaku berkaitan dengan seksualitas. Mengapa demikian? Masih banyak  orang tua yang tidak bisa membahasakan termasuk guru mengenai dirinya sendiri. Seksualitas kan soal diri sendiri bukan barang yang jauh. Berbicara dari hati ke hati sangat membantu, bagaimana anak mulai tertarik dengan lawan jenis, bagaimana mereka menyikapinya sangat tergantung orang tua. Jika diledek menjadi malu dan malah bisa juga berbahaya, jika dibiarkan bisa berabe, dan kembali sikap bijaksana untuk mengajak mereka berdialog.

Pendidikan seksualitas bukan sekedar tambahan dalam pelajaran ini itu, namun sungguh-sungguh digarap oleh sekolah, kalau perlu dinas pendidikan turun tangan. Meliputi semua elemen, agama, kesehatan, psikologi, dan tentunya pendidikan. Anak bisa bertanya banyak hal tanpa takut ditertawakan dan menjadi bahan ejekan, namun malah membawa ke tubir jurang.

Orang tua dan guru jelas memegang peran sangat penting dan vital agar anak bisa bertumbuh sebagaimana mestinya. Kesalahan itu untuk diperbaiki bukan dihukum, kehamilan itu untuk dirawat bukan dibuang atau disingkirkan. Jangan malah kesalahan diselesaikan dengan kesalahan yang lebih besar lagi.

Jayalah Indonesia!

Salam

Patut juga disimak artikel terkait

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun