Kabinet ini memang tipe pekerja termasuk mulut dan kesenangan untuk saling bersinggungan. Tidak heran kalau Pak Beye yang tenang, santun, dan lemah lembut itu risau, galau, dan gelisah, bukan Pak Beye banget. Tidak heran beliau berkali-kali memuji dirinya sebagai pimpinan kabinet yang sukses menenangkan anak buahnya. Sayangnya tenangnya itu seperti kucing yang tidur pules karena kekenyangan maling ikan asin, bukan kecapekan bekerja dan berusaha keras demi negara. Mengapa tidak berbicara mengenai prestasi menterinya dalam membangun yang benar-benar nyata dirasakan rakyat (atau karena tahu tidak ada).
6.    Soal PSSI namun abai soal prestasi dan peningkatan kualitas, mengapa tidak berbicara soal PBSI yang tidak sekeren era ’90-an.
Masalah PSSI yang sangat sarat kepentingan bagi partainya dan pengusungnya, tidak heran kalau beliau konsern sekali mengenai bidang ini. Namun mengapa tidak membahas prestasi, bukan soal kontroversi pengurusnya. Pengurus itu bagian kecil dari dunia sepak bola lho. Jauh lebih penting soal pemain. Mengapa juga tidak berbicara soal PASI atau PBSI yang sekarang jauh menurun daripada masa lalu.
7. Â Â Â Mengapa tidak bicara soal pilpres langsung sebagai prestasi beliau yang tidak terbantahkan. Apakah tahu melakukan sesuatu atau karena presiden Jokowi tidak membahas hal ini? bisa memmbusungkan dada pilihan rakyat dua kali lho, pertama lagi,, mengalahkan Bu Mega dua kali.
8.    Berbicara kecepatan dalam membangun kabinet untuk menjawab kecepatan Presiden Jokowi dalam  banyak bidang, namun malah melupakan kabinet yang disusun cepat itu rontok karena maling bukan kinerjanya yang buruk atau tidak  profesional. Cepat yang tidak signifikan bagi bangsa dan masyarakat secara langsung.
9. Â Â Â Tour de Java untuk melakukan blusukan yang sangat terlambat. Sebenarnya ini hanyalah perbuatan sia-sia, coba melakukan apa yang tidak dilakukan Pak Jokowi tentu akan mendapatkan apresiasi positif dan lebih berdaya guna termasuk bagi Demokrat sendiri.
Kritik, masukan, dan juga klaim prestasi dari pemerintah sebelumnya tentu sangat baik dan bahkan harus sehingga ada pembangunan berkesinambungan. Pemerintah yang meneruskan tidak menjadi arogan dan lupa daratan dan main hapus ide sebelumnya. Ketika yang disampaikan itu tidak berdasar, malah apa yang dilakukan jelas bukan masukan namun WTS, waton sulaya, asal berbeda. Masukan itu jelas membantu, kalau seperti ini namanya griwuki, mengganggu atau minimal menghambat. Kritis itu boleh dan harus malah wajib, namun tentu berdasarkan manfaat. Apakah demi kepentingan bangsa dan negara atau demi kepentingan kelompok. Pembicaraan berpusat pada prestasi sendiri dan menilai minir bagi kelompok lain, tentu bisa disimpulkan itu kepentingan sendiri dan kelompok.
Klaim prestasi itu boleh-boleh saja, namun tentu akan lebih bernilai kalau dikatakan oleh pihak lain. Presatasi itu pengakuan pihak luar bukan semata  penilaian sendiri bukan? Jangan khawatir akan dilupakan, ingat bagaimana Bung Karno itu disingkirkan dengan begitu ketat oleh pemerintahan lalu, namun semua capres di pilpres lalu semua memakai pakaian, jargon, cara bicara Pak Karno kog. Jangan sampai bahwa apa yang Pak Beye dan Pak Besan sampaikan itu malah menenggelamkan prestasi yang tidak seberapa itu semakin dalam.
Jadi diri sendiri dan memiliki ciri khas tentu akan diingat. Ketenangannya tentu khas, namun perlu isi agar ada kesan yang ditangkap bukan lamban namun berkualitas. Penuh pertimbangan matang dan hasilnya baik, bukan mikir tidak berbuat.
Salam
Â