Mohon tunggu...
PatrisiusEKJenila
PatrisiusEKJenila Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membaca, Menjernihkan Pemahaman

13 April 2019   09:45 Diperbarui: 13 April 2019   10:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhirnya pemahaman yang seharusnya dibentuk dalam dalam diri juga mengalami ketersesatan karena tidak mampu mengolah dan mencerna segala macam narasi-narasi yang ada, baik dimedia sosial ataupun diruang diskusi-diskusi. 

Tidaklah mengherankan jika ada sebagian orang yang mengatakan bahwa fenomena kemunculan hoax di panggung media sosial akhir-akhir ini justeru lahir dari sikap lemahnya budaya literasi.

 Budaya literasi yang menurun tersebut memang benar adanya, bahkan dari sumber Republik Co.id, dilansir dari data statistik UNESCO 2012 yang menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca. 

Angka United Nations Development Programme (UNDP), juga mengejutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5%  saja. Sedangkan Malaysia sudah 86,4%. Itu artinya bahwa budaya literasi bangsa Indonesia memang masih sangat rendah dibandingkan dengan Negara tetangga sekaligus Negara-negara lainnya. 

Budaya membaca yang memang belum ditanamkan dalam diri masyarakat Indonesia dari waktu-kewaktu, akhirnya menjadi persoalan yang sering dibicarakan secara terus-menerus. Bahkan upaya pengentasan buta huruf tengah dilakukan oleh Pemerintah dan Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), namun tidak malah mendongkrar secara tajam bagi meningkatnya melek huruf di Republik ini. 

Persoalan yang turut menyumbang dalam masalah semacam itu bagi penulis terletak pada kesadaran masyarakat yang malah bersikap apatis pada persoalan semacam itu. Inilah tantangan-tantangan yang musti dihadapi oleh Kita sebagai Bangsa yang tentunya menginginkan agar masyarakat Indonesia punya bekal dan wawasan-wawasan baru untuk membangun Bangsa dan Negara yang bisa bersaing dengan negara-negara tetangga sekaligus negara-negara lainnya.

Budaya literasi kian hari semakin menurun dalam masyarakat saat ini. Meskipun ketersediaan sarana yang menunjang untuk mendapatkan pengetahuan tersedia, tetapi sama sekali tidak bisa mendongkrak budaya literasi bagi masyarakat. 

Hal ini tentu berimbas pada timbulnya pemahaman-pemahaman masyarakat yang masih sangat terbatas. Keterbatasan ruang pemahaman dan pola pikir masyarakat, akhirnya membuat ruang media dipenuhi dengan wacana-wacana miring dan tidak berbobot. 

Misalkan saja fenomena saat ini diruang media yang sama sekali tidak terkontrol karena memang pemahaman dan tingkat budaya baca yang masih sangat terbatas. Akhirnya pula informasi yang tidak benar malah disebarluaskan tanpa melalui pendasaran pemahaman dan uji penjernihan atas informasi yang beredar. 

Masyarakat dapat dengan cepat meneruskan informasi tersebut tanpa melakukan filter informasi, apakah layak dan benarkah informasi ini diteruskan. Inilah salah satu konsekuensi yang memang tengah dihadapi saat ini ketika budaya baca tidak lagi menjadi bagian penting dari masyarakat kita.

Membaca sebenarnya harus menjadi suatu aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus oleh setiap orang. Seperti yang dikatakan oleh duta baca Indonesia Najwa Shihab, yang mengatakan bahwa minat baca harus menjadi gerakan bukan program. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun