Mohon tunggu...
Patrick Waraney Sorongan
Patrick Waraney Sorongan Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Ende gut, alles gut...

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Maya Rumantir: "Ketika Cinta Harus Memilih..."

16 Desember 2020   21:50 Diperbarui: 19 Desember 2020   21:44 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toh Maya maupun Takala senantiasa bersikap merendah terkait nama besar mendiang Profesor Hutasoit. "Yang pasti, Kiara itu mewarisi gen opungnya, pintar dalam segala disiplin ilmu, dan bisa pula bermusik seperti si opung. Dan yang pasti, saya bersyukur kepada Tuhan, karena saya dikaruniai seorang suami dan anak yang mencintai dan mengasihi saya," lanjut Maya.

Spirit keluarga pula yang memacu rasa percaya  diri Maya ketika  untuk kali pertama terjun ke politik praktis kemudian berhasil meraih suara terbanyak sebagai Senator Sulut. Bahkan belum setahun duduk di Senayan, Maya mengaku mendapat 'perintah Surga' untuk berlaga di Pilkada Sulut  2015.                                                         

 Hanya saja perintah  Surga itu  setidaknya masih dalam tahap 'masa percobaan' untuk Maya. Terbukti, kandidat lainnya, yakni Olly Dondokambey,  justru memenangkan pilkada Sulut. Dengan kemenangan itu, paling tidak, Dondokambey masih saja 'direkomendasi Surga'. Apalagi sewaktu Dondokambey maju kembali di pilkada berikut. Dan, bersama pasangan lawasnya, Steven Kandouw, Bendahara Umum PDI-P ini berjaya di Pilkada Sulut 2020. Mereka diperintah oleh 'Surga'  untuk memimpin Sulut periode berikutnya.         

Kalah dalam Pilkada Sulut 2015, Maya kembali aktif dalam berbagai kegiatan rohani, sosial dan kemanusiaan, kemudian  'bertarung' dan berhasil lagi duduk di DPD RI  untuk periode 2020-2024. Sebelum terjun ke dunia politik, Maya sudah lama menggeluti kegiatan-kegiatan kemanusiaan, sosial, rohani dan kebangsaan. Semua ini dilakoninya sejak dekade 1980-an hingga awal 2000-an.            Pada 2003 misalnya, Maya dinobatkan sebagai Duta Perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Indonesia. Serentetan kegiatan seni budaya bernuansa kebangsaan, sukses digelarnya di banyak daerah Indonesia, lewat program Lawatan Obor Cinta Perdamaian. Kegiatan ini memiliki andil dalam menciptakan perdamaian di antara semua elemen yang bertikai dalam konflik SARA di Maluku pada 1999.

Ketika kembali berlaga di ajang Pemilihan Senator RI di Sulut, Maya meraih 168.086 suara pemilih. Pada pertarungan periode sebelumnya, Maya menyapu mayoritas suara,  yakni 300 ribu lebih. "Seperti pemilihan lalu, untuk pemilihan kali kedua ini, saya  tidak berpolitik uang. Warga memilih saya, karena berdasarkan hatinurani mereka, karena saya senantiasa berdoa buat Sulut serta mereka," kata Maya.

Karena namanya masih populer, tak heran jika Maya selalu menjadi primadona saban menggelar kunjungan kerja bersama pihak Komite III  ke provinsi-provinsi. Dalam kunjungan di Makassar pada medio 2020 misalnya, Maya didaulat bernyanyi di sela-sela rapat antara komitenya dengan Gubernur Nurdin Abdullah bersama jajarannya. Begitu pula ketika berkunjung ke Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung (Babel). Sekretaris Daerah Babel, Naziarto yang mewakili Gubernur Erzaldi Rosman, meminta Maya menyanyikan salah satu lagu popnya, Daun-daun Kering.

Memang, dunia tarik suara sulit ditinggalkan oleh Maya. Hanya saja, Maya sekarang ini fokus untuk lagu-lagu rohani.  Maklum, dunia tersebut sudah ditekuninya sejak kecil. Pada 1976, Maya mulai menyanyi dan meraih penghargaan penyanyi cilik favorit dan juara III Festival Pop Singer Sulawesi Selatan. Setelah pindah ke Jakarta, Maya bersekolah di SMA Bunda Hati Kudus sambil  tetap melakoni dunia tarik suara.

Selain itu Maya juga pernah menjadi juara turnamen bulu tangkis junior Jakarta Barat. Pada 1980 dia terpilih sebagai Queen of BASF Indonesia dan meraih penghargaan Golden Record untuk penyanyi pop periode 1985-1986.  Dia juga membinngi sejumlah film bioskop dan iklan. Di antaranya, iklan untuk produk kacamata dari Jerman, Rodenstock. Pada 1988, Maya meraih gelar The Best Indonesian Photo Model.  Belakangan, Maya menjabat sebagai Presiden Direktur Institut Pengembangan Sumber Daya Manusia Maya Gita, sekaligus mendirikan Yayasan Maya Bhakti Pertiwi.

Sejumlah lagu pop yang dinyanyikannya, antara lain, Rindunya Hatiku (1981), Hatiku Masih Rindu (1982), Daun-daun Kering (1982), Hatimu Hatiku (bersama kakaknya Roy Rumantir, 1983), Terlena (1983), Karnamu (1983), Siapakah Dirimu (1983), Kau yang di Sana (1983), Bukan Salahku, Bukan Juga Salahmu (1984), Manis di Bibir, Pahit di Hati (1984), dan Mengapa Kau Lakukan (1986). Dia juga mencggubah sekaligus menyanyikan sebuah lagu secara konser bertajuk Indonesia Bersinar, Dunia Bersinar (2012).***

Maya Rumantir bersama suami dan anak: Takala Hutasoit dan Kiara (Foto: Patrick Waraney Gobel Sorongan)
Maya Rumantir bersama suami dan anak: Takala Hutasoit dan Kiara (Foto: Patrick Waraney Gobel Sorongan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun