Mohon tunggu...
Patrick Alexander Putra Cengga
Patrick Alexander Putra Cengga Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Profesi saya adalah pelajar SMA di sebuah lembaga pendidikan calon imam katolik. Saya memiliki satu pencapaian, yaitu memperoleh predikat Magna Cumlaude dan juara satu di hati-Nya. Saya mengikuti organisasi OSIS sebagai pengurus Dewan Koordinasi Majalah (DKM) dan pernah menjabat sebagai Ceremonarius II OSIS Glacier.

Topik favorit : Pendidikan Hobi : Bernyanyi, beropini, bermain musik, dan mengerjakan soal matematika Kepribadian : Baik, agak aneh, dan suka berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Edukasi yang Setara

11 September 2022   20:33 Diperbarui: 11 September 2022   20:36 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hal itu perlu dilakukan mengingat selisih angka indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mengalami penurunan. Pada tahun 2021, angka HLS  dan RLS Indonesia hanya naik sebesar 0,22 dan 1,00 persen. Sedangkan, pada tahun 2020, angka HLS dan RLS Indonesia mengalami kenaikan sebesar 0,74 dan 1,46 persen.

Hal ini patut menjadi keprihatinan bersama. Mengingat fenomena meningkatnya SDM produktif Indonesia semakin dekat. Sekitar kurang dari 23 tahun, kita akan menghadapi fenomena itu. Waktu seakan mengejar kita untuk segera melebarkan langkah untuk semakin cepat maju. 

Upaya Pemerataan

Maka dari itu, pemerataan pendidikan perlu dilakukan dengan cara melakukan optimalisasi metode belajar di seluruh Indonesia. Setiap sekolah harus menggunakan model pembelajaran “student-centered class”. Dengan begitu, kesetaraan mulai tercipta dari lingkungan terkecil, yaitu. Dalam model pembelajaran ini, guru perlu menyampaikan proses belajar yang interaktif dan atraktif sehingga pembelajaran tidak monoton. Model pembelajaran seperti ini akan mengubah kelas menjadi tempat aktualisasi diri. Setiap murid akan menjadi lebih memahami pembelajaran dan mengalami perkembangan dalam hal kepercayaan diri.

Selain itu, standar pendidikan setiap daerah harus disamaratakan. Bila hal itu tidak dilakukan, kualitas setiap pelajar akan turun dan berbanding terbalik dengan nilai akademis yang kian melonjak. Contoh sederhana fenomena ini adalah keadaan di saat metode pembelajaran dan bobot setiap sekolah dibedakan sehingga muncul istilah “sekolah favorit” dan “sekolah biasa”. Fenomena ini akan semakin menyudutkan beberapa daerah yang masih dalam tahap pembangunan. Semua sekolah harus menyamaratakan materi dan standar penilaian yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kesan pendidikan yang berwajah dua tidak lagi timbul di tengah masyarakat.

Sumber:

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1989/2tahun~1989uupenj.htm#:~:text=Hal%20ini%20dimaksudkan%20untuk%20memberi,warga%20negara%20berhak%20mendapat%20pengajaran%22.

https://ham.go.id/2016/05/31/setiap-wni-berhak-mendapatkan-pendidikan-yang-layak-terjangkau-dan-berkwalitas/

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/kesimpulan-dan-refleksi-pemikiran-pemikiran-ki-hajar-dewantara/

Latif, Yudi. (2020). Pendidikan yang Berkebudayaan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Harefa, Andrias. (2004). Manusia Pembelajar. PT Gramedia, Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun