Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

masih tahap belajar tentang Lingkungan, Budaya dan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Raja-raja Manado Abad XVII (Bagian 4 - Tamat)

7 Oktober 2021   22:12 Diperbarui: 7 Oktober 2021   22:22 1847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Raja Loloda Mokoagow. sumber : manado.tribunnews.com

Pengaruh Simon Cos yang makin kuat di Manado serta upaya monopoli berasnya membuat Loloda Mokoagow mulai menghambat atau memperlambat pembangunan Benteng. Gejolak mulai muncul di pesisir Kema yang mulai memperlihatkan antipati terhadap Belanda. Sementara itu wilayah pedalaman suku-suku Alifuru mulai diprovokasi oleh Spanyol.

Menurut Stella Mantiri tahun 1660 VOC tidak berhasil medapatkan beras yang dibutuhkan dari pedalaman. Akibatnya Simon Cos yang tak sabar mulai unjuk kekuatan. Ia memblokade selat Lembeh dengan menempatkan 2 buah kapal VOC patrol.  

Di saat-saat itu Raja Loloda Mokoagow justru berlayar ke wilayah lain membangun aliansi mulai dari Teluk Tomini, Belang, Kema, hingga Buol dikunjungi langsung.

Sebagaimana Raja Manado yang mulai konflik dengan Belanda (Simon Cos) Tonsea di wilayah pesisir (Kemah) pun mulai bergejolak. Mantiri menyebutkan "Simon Coz mendatangkan 4 kapal Chaloupen bersama 65 prajurit dan beberapa orang merdeka untuk menumpas pemberontakan di negeri kema''. 

Situasi Sulawesi utara saat itu memanas. Kerajaan Manado yang berupaya menyingkirkan Spanyol dengan bantuan Belanda, sementara rakyat di pesisir yang anti Spanyol pun mulai memusuhi Belanda. Tonsea yang anti Spanyol di serang oleh Belanda. Sementara itu dipihak Spanyol, Tondano masih teguh berdiri.

Tahun 1663 terjadi pemberontakan besar di Tondano melawan Belanda yang oleh kalangan disebut sebagai Perang Tondano I. Menurut Belanda peristiwa ini di latar belakangi provokasi pihak Spanyol ke penghuni Tondano sebagaimana di ungkapkan oleh Lopez : '

'Belanda menunjuk ( menuduh )sebagai penghasut besar pemberontakan ini seorang Yesuit Francisco de Miedes, yang setelah dievakuasi Spanyol dari Maluku mampu merekrut 50 pengikut di Ternate untuk mencapai Sulawesi melalui Siao. Jesuit pada tahun 1663 di Tondano menawarkan bantuan untuk berperang melawan Belanda, menyediakan mesiu dan mendorong kemungkinan membangun benteng lagi di dekat daerah itu''.

Utusan Raja Manado yang berdampak pada Sejarah Sulawesi Utara

Utusan Raja Manado yang meminta bantuan ke Spanyol dan akhirnya Belanda berakhir pada kuatnya pengaruh Belanda di jazirah Sulawesi Utara yang berakhir tersingkirnya Loloda Mokoagow dari Manado akibat perbuatan dari pihak yang yang awalnya di harapkan untuk membantu mengamankan Kerajaan Manado dan Bolaang.

Dari uraian di atas bagaimana Raja Manado dua kali mengirim utusan ke Belanda di Ternate untuk meminta bantuan melawan Spanyol. Utusan atas nama Raja Manado yang oleh orang-orang Belanda abad 19 di olah menjadi Utusan suku-suku Alifuru pedalaman rimba untuk membebaskan mereka dari kerajaan bahari, Manado- Bolaang. 

Suatu distorsi sejarah yang fatal, bagaimana tidak, gejolak awal hingga pertengahan abad 17 antara kekuatan Spanyol melawan Belanda, di saat bersamaan Belanda mendapatkan sekutunya Raja Manado-Bolaang untuk menyingkirkan musuh utamanya Spanyol berubah menjadi Belanda di undang oleh suku suku alifuru pedalaman untuk membebaskan mereka dari musuhnya Spanyol yakni kerajaan Bolaang.

David Henley dalam Nationalism And Regionalism In A Colonial Context Minahasa In The Dutch East Indies, menyatakan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun