Tanpa proses mendengar dan memahami informasi dari luar, besar kemungkinan terjadi distorsi. Penafsiran yang kurang baik saat mendengar, menyebabkan breakdown communication saat berbicara.
2. Jangan Menarik Kesimpulan Sendiri dan Cepat Menarik Kesimpulan
Setelah mendengarkan dengan seksama, jangan serta merta menarik kesimpulan sendiri. Fakta sepenggal tak kan menghasilkan informasi yang integral. Menjadi seorang pendengar yang baik harus mengesampingkan bias pikiran dan prasangka didalam diri.Â
Godaan inilah yang paling sulit di atas oleh sebagian besar listener. Mengetahui busuk dan boroknya orang lain akan memunculkan sikap paling benar sendiri dan kehidupan orang lain paling salah.Â
Saat mendengar ada baiknya untuk tidak melibatkan kendali pikiran dan berbicara di dalam hati untuk memastikan diri hadir bersama si pembicara.
Salah satu cara untuk tidak memihak, menghakimi dan menarik kesimpulan sendiri adalah mendengar dengan empati. Hal ini bertujuan untuk memasuki pola pikir si pembicara dan pemahaman yang lebih baik.Â
Berempati bukan perkara setuju atau tidak setuju terhadap pandangan orang lain. Empati itu berusaha mengetahui apa yang sedang dirasakan melalui sudut pandang orang yang merasakan.
Mendengar dengan empati akan membuat orang merasa nyaman untuk bercerita bahkan tanpa ditutup-tutupi. Berbeda dengan ilustrasi contoh seperti ini:
"Saya kemarin menang lomba menulis. Itu pertama kalinya aku merasakan kemenangan dalam hidupku".
"Sama, kemarin aku juga menang. Setelah itu, pialanya juga cuma jadi pajangan aja".
Dari ilustrasi ini, menandakan jika si pendengar hanya fokus pada diri sendiri dan bukan orang sedang berempati.Â
Setelah itu, interaksi akan terhenti karena merasa tidak dihargai. Proses menyimak tanpa menghakimi ini jelas berisiko. Tidak ada jaminan manusia tidak akan berubah.