Mendasarkan pada kekuatan akal budi, yaitu ilmu pertahanan dan filsafat pertahanan, manusia mampu memperoleh kebenaran yang dapat dijangkaunya sesuai dengan keterbatasan kapasitas manusia.Â
Selain itu, Tuhan YME berkuasa dan berkenan menurunkan wahyu kepada agar manusia menemukan dan mencapai kebenaran yang mendasar dan hakiki. Kebenaran ini tak dapat dicapai dan ditemukan dengan hanya mengandalkan kekuatan akal budi manusia. Manusia harus percaya dan yakin bahwa agama yang dianutnya juga mengajarkan kewajiban manusia mempertahankan hidupnya.Â
Menelaah Ilmu Pertahanan Dengan Moral dan MorilÂ
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Ilmu Pertahanan didefinisikan sebagai "suatu ilmu dan seni yang mempelajari SDN yang dimiliki suatu negara untuk dijadikan sebagai kekuatan nasional (national power) pada saat damai, digunakan pada saat perang (konflik bersenjata), dan sesudah perang, untuk menghadapi ancaman yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri, baik berupa ancaman militer dan non-militer terhadap keutuhan wilayah, kedaulatan negara, serta keselamatan segenap bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan keamanan nasional" (Supriyatno, 2014).Â
Dengan demikian, tujuan utama dari Ilmu Pertahanan adalah bagaimana menjaga keutuhan wilayah, kedaulatan negara, dan keselamatan segenap bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan keamanan nasional. Pencapaian tujuan utama dari Ilmu Pertahanan tersebut dilakukan dengan menggunakan kekuatan lunak (soft power) dan kekuatan keras (hard power), serta kekuatan kecerdasan (smart power).Â
Cara soft power dalam mencapai keutuhan wilayah, kedaulatan negara, dan keselamatan seluruh bangsa dan negara untuk mewujudkan keamanan nasional dilakukan menggunakan cara-cara diplomasi, baik diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah, maupun diplomasi pertahanan.Â
Diplomasi pertahanan dilakukan oleh institusi pertahanan dan militer dalam rangka mencapai tujuan tersebut, antara lain dengan cara membangun saling percaya antarnegara satu dengan negara lainnya (confidence building measure atau CBM), memperbanyak dialog antara mereka, dan melakukan negosiasi apabila telah terjadi benih-benih konflik.Â
Walaupun kepentingan nasional (national interest) yang diutamakan oleh masing-masing negara, namun tetap ada etika dan moral dalam melaksanakan tahapan CBM, dialog, dan negosiasi tersebut agar tujuan utama dari Ilmu Pertahanan dapat tercapai tanpa melukai perasaan.Â
Mencapai tujuan pertahanan tanpa melukai perasaan yang lain dilakukan dengan menerapkan filosofi Jawa yang berbunyi "ngluruk tanpo bolo menang tanpo ngasorake," terutama "menang tanpo ngasorake" atau "menang tanpa merendahkan, menghinakan, atau mempermalukan," yang artinya "menempuh kemenangan dengan cara elegan, tanpa harus mempermalukan lawan yang dikalahkan."Â
Memperoleh kemenangan dengan berjiwa besar menjadikan pihak yang kalah tetap dapat menegakkan kepala, tanpa harus diselimuti perasaan hina dan nista, karena sesungguhnya kemenangan itu diberikan oleh Tuhan YME. Kemenangan tersebut juga merupakan implementasi dari soft power dan smart power.Â
Jika soft power dan smart power tidak mampu menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan keutuhan wilayah, kedaulatan negara, serta keselamatan segenap bangsa dan negara, maka hard power ditempuh dengan menggunakan seluruh kekuatan nasional secara semesta, yaitu dengan mengimplementasikan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) dengan TNI sebagai kekuatan militer menjadi Komponen Utama untuk berperang dalam menciptakan keutuhan wilayah, kedaulatan negara, serta keselamatan segenap bangsa dan negara.Â
Pada masa berperang inilah, semangat juang (moril) dan juga etika moral dalam berperang harus dipegang teguh oleh para prajurit yang sedang bertempur agar tidak melanggar hukumhukum kemanusiaan yang asasi (Hak Asasi Manusia atau HAM).Â