Filsafat Pertahanan merupakan hasil upaya manusia dengan akal budinya dalam memahami, mendalami, dan menyelami hakikat Tuhan YME, alam semesta, dan manusia secara radikal dan integral terhadap hakikat mempertahankan hidup.
3. Agama merupakan satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan), ritus (tata peribadatan), dan norma (tata kaidah) atas keyakinan seseorang. Agama juga mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan YME, hubungan antara sesama manusia, dan hubungan antara manusia dengan alam semesta.Â
Dalam mempertahankan hidupnya, manusia juga bersandar pada agama yang dianutnya. Manusia meyakini agama menuntun usaha-usaha dalam mempertahankan hidupnya. Â
Dengan demikian, Ilmu Pertahanan memiliki kaitan yang sangat erat dengan hukum-hukum Tuhan YME yang tertuang dalam Kitab Suci, yaitu dimulai dengan bagaimana menyatakan perang dengan negara lain dan mempertahankan eksistensi serta kedaulatan negara; bagaimana memperlakukan manusia pada saat berperang yang harus selalu berpegang pada prinsip-prinsip kemanusiaan; dan bagaimana memperlakukan manusia pada saat pascaperang.Â
Penjelasan di atas menggambarkan hubungan antara ilmu pertahanan dengan filsafat pertahanan dan agama yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi manusia sendiri sebagai subjeknya.Â
Manusia merupakan subjek yang berilmu (mencari ilmu), subjek yang berfilsafat (mengkaji filsafat), dan subjek yang beragama (menganut agama).Â
Namun demikian, manusia dihadapkan pada suatu perbedaan dan persamaan tertentu dalam menjalani proses eksistensinya sebagai subjek melalui ketiga bidang tersebut.
Titik PersamaanÂ
Agama maupun ilmu pertahanan dan filsafat pertahanan berurusan atau bertujuan dengan perihal yang sama, yaitu kebenaran atas upaya manusia mempertahankan hidup.Â
Ilmu pertahanan mencari kebenaran mengenai alam dan termasuk manusia (entitas) dalam menjalani kehidupannya di dunia, dalam hubungannya antara manusia (entitas) dengan entitas lainnya tanpa merasa terikat dari ikatan apa pun, kecuali metodenya sendiri dalam mempertahankan hidup.Â
Dengan wataknya sendiri, filsafat pertahanan menghampiri kebenaran, baik mengenai alam maupun manusia dan juga tentang Tuhan YME, yang tidak atau belum dapat dijawab oleh ilmu pertahanan karena berada di atas atau di luar jangkauannya.Â
Dengan karakteristiknya sendiri pula, agama memberikan jawaban mengenai segala persoalan mendasar yang dipertanyakan manusia mengenai alam, manusia, maupun Tuhan YME ketika berupaya mempertahankan hidup.