2. Emisi kedua, “ Djogjakarta 1 Januari 1947” ditandatangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara dalam 4 pecahan yaitu 5 rupiah, 10 rupiah, 25 rupiah dan 100 rupiah.
3. Emisi ketiga, “ Jogjakarta 26 Djuli 1947” ditandatangani oleh Mr.A.A. Maramis dalam pecahan ½ rupiah, 2 ½ rupiah, 25 rupiah, 50 rupiah, 100 rupiah dan 250 rupiah.
4. Emisi keempat, “ Djogjakarta 23 Agustus 1948” ditandatangani oleh Drs. Mohammad Hatta dalam pecahan yang unik yaitu 40 rupiah, 75 rupiah, 100 rupiah dan 400 rupiah.
5. Emisi kelima, “ Djogjakarta 17 Agustus 1949” ditandatangani oleh Mr. Loekman Hakim dan merupaka rupiah baru dalam pecahan 10 sen baru, ½ rupiah baru dan 100 rupiah baru
Sumber Gambar: Museum Bank Mandiri
Sumber Gambar: Museum Bank Mandiri
D. Penarikan ORI
Uang kertas Indonesia dalam perjalanan sejarah, tercatat sebagai salah satu mata uang kertas yang paling banyak mengalami perubahan, rata-rata setiap enam tahun muncul seri baru. Seri Oeang Repoeblik Indonesia atau dikenal ORI adalah mata uang kertas pertama yang diciptakan Republik Indonesia dan dikenal dengan julukan “uang revolusi”. Disebut demikian karena lahir di tengah kancah revolusi bangsa Indonesia paska kemerdekaan
Bulan Juli 1949 pemerintah Indonesia dihadapi masalah yaitu persediaan ORI yang dapat dikuasai hanya cukup beredar untuk beberapa bulan saja, dikarenakan alat-alat pencetak uang sebagai akibat dari aksi militer belanda yang kedua sudah tidak ada lagi. Setelah beberapa bulan pembiayaan pengeluaran pemerintah sementara akan diganti dengan uang NICA sampai dengan berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)