Mohon tunggu...
depi
depi Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Just ordinary

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Masih tentang JT610

30 Oktober 2018   16:05 Diperbarui: 31 Oktober 2018   09:46 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boeing 737 Max8 (Pribadi)

Duka kembali menyelimuti dunia penerbangan Indonesia. Pesawat Lion Air dengan kode penerbangan JT 610 terhempas di sekitar Karawang, Jawa Barat, kira-kira 15 menit setelah take off.

Armada Boeing 737 Max 8 tersebut masih sangat baru. Bahkan hanya Lion Air yang menggunakannya. Untuk maskapai Nasional, Lion Air yang pertama kalinya menggunakan Armada ini.

Lantas kenapa pesawat bisa jatuh, kenapa pesawat yang masih sangat baru ini bisa mengalami kendala teknis, sehingga mengharuskan Pilot meminta izin ATC Soekarno - Hatta untuk return to base ( Kembali ke bandara semula)? Sedemikian parahkah kendala itu sehingga pesawat  belum sempat kembali pun sudah jatuh?

Menurut sumber yang bisa dipercaya, semalam sebelumnya pesawat memang sudah mengalami missed pada sistem informasi.

Setidaknya pada panel instrument yang ada pada Capt( Kapten Pilot) dan Kopilot menunjukkan data ketinggian terbang yang berbeda ( Sumber : bbc Indonesia, 30 Oktober 2018)

Tidak dijelaskan, apakah instrumen sempat diperbaiki atau tidak. Tapi nyatanya pada pagi harinya pesawat kembali terbang ke Pangkal pinang dengan kode penerbangan JT 610.

Sementara direktur utama Lion Air, Edward Sirait menyatakan bahwa pesawat sudah diperbaiki sesuai dengan prosedur Standart yang telah ditetapkan pabrikan ( Boeing), dan dalam kondisi layak terbang.

Lebih lanjut Edward menyatakan, bahwa Pesawat Boeing 737Max 8 dalam kondisi layak dan bisa terbang.

Lho, kalau hanya bisa terbang, layang-layang juga bisa terbang lho, pak. Masalahnya seberapa aman pesawat bisa mencapai tujuan yang telah ditentukan, ini yang jadi masalah. Ingat, yang diangkut ini nyawa manusia lho.

Dan data berupa informasi ketinggian terbang ini bukan main-main lho.

Sekedar mengingat kejadian belasan tahun lalu, ketika Adam Air jatuh di Majene, pesawat tersebut mengalami masalah Inertia Reference System ( Sistem Navjgasi Nersia) Alat itu yang menunjukan arah pesawat, data kemiringan dan lain-lain,  ketika pesawat ada pada mode auto pilot.

Ketika IRS mengalami kerusakan, Pilot harus mengendalikan pesawat secara manual dengan visual langsung alias meraba-raba sendiri arah pesawat. Lha kalau di jalan kita bisa aja tanya orang, ada dimana kita berada, lha di langit yang luas, mau tanya siapa kita?

Bahkan beberapa bulan sebelum jatuh, Adam Air sempat 'nyasar' ke Bandara Tambolaka, NTT dari tujuan yang seharusnya, yaitu dari Jakarta ke Makasar.

Baiklah, itu kejadian yang lalu.

Tapi setidaknya kita bjsa belajar dari kejadian itu. Bahwa sistem informasi dalam kokpit pesawat amat vital.

Masalahnya ini kan pesawat baru!

Bukan pesawat tua yang seperti dioperasikan Adam Air ( Boeing 737-300), yang secara kelakar pada percakapan VDR kokpit disebut Kopilot sebagai 'Kapal Bambu'.

Boeing 737 Max 8 adalah pesawat canggih.

Bukan hanya baru, tapi ini adalah model terbaru dari keluarga 737.

Bahkan pada sayap ada double winglet yang menambah kestabilan aerodinamika pesawat.

Sementara ketua Komite Nasional keselamatan Transportasi (KNKT), Soetjanto Tjahjono menyatakan bahwa, return to base akan dilakukan Pilot ketika mengalami mesin mati, atau oli pada system Hidrolik berkurang, demikian seperti dikutip Kompas, 30 Oktober 2018.

Kejadian mesin pesawat yang rusak/mati, bukan hal baru di dunia penerbangan. Sejarah mencatat pesawat US Airways yang diterbangkan Kapten Pilot Chesley "Sully" Sullenberger mengalami serangan burung yang menyebabkan mesin Jet mati.

Sang pilot pun meminta ATC untuk balik ke Airport.

Tapi apa daya, karena situasi tidak memungkinkan, pesawat pun mendarat di sungai Hudson, seluruh penumpang selamat.

Pada Juni 24 Juni 1982, British Airways yang sedianya terbang dari London Menuju Auckland, juga terpaksa mendarat darurat di Bandara Halim perdana Kusuma karena mesin mati akibat debu halus dari abu vulkanik letusan gunung Galunggung.

Selama hampir sekian puluh menit pesawat pun melayang tanpa tenaga dari mesin sama sekali, dan hanya mengandalkan sistem aerodinamika untuk bisa mencapai Halim.

Nah, apa yang terjadi pada JT 610? Benarkah hanya kerusakan panel instrumen, atau mengalami kerusakan mesin?

Kita tunggu Investigasi KNKT.

Tak lupa, saya ucapkan rasa duka yang mendalam buat keluarga yang ditinggalkan. Buat jajaran pejabat kementerian keuangan maupun Kepolisian Negara Republik Indonesia yang beberapa anggotanya turut menjadi korban kecelakaan ini.

Sebagai catatan, mereka gugur dalam rangka menjalankan tugas negara.

Untuk para Oposan, stop nyinyir untuk sementara waktu. Tak ada waktu untuk mencari-cari kesalahan pemerintah dalam kejadian ini.

Sumber:

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46014750

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/10/30/05000061/knkt--return-to-base-itu-misalnya-karena-problem-di-mesin-pesawat

Penulis: Ciput

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun