Duka kembali menyelimuti dunia penerbangan Indonesia. Pesawat Lion Air dengan kode penerbangan JT 610 terhempas di sekitar Karawang, Jawa Barat, kira-kira 15 menit setelah take off.
Armada Boeing 737 Max 8 tersebut masih sangat baru. Bahkan hanya Lion Air yang menggunakannya. Untuk maskapai Nasional, Lion Air yang pertama kalinya menggunakan Armada ini.
Lantas kenapa pesawat bisa jatuh, kenapa pesawat yang masih sangat baru ini bisa mengalami kendala teknis, sehingga mengharuskan Pilot meminta izin ATC Soekarno - Hatta untuk return to base ( Kembali ke bandara semula)? Sedemikian parahkah kendala itu sehingga pesawat  belum sempat kembali pun sudah jatuh?
Menurut sumber yang bisa dipercaya, semalam sebelumnya pesawat memang sudah mengalami missed pada sistem informasi.
Setidaknya pada panel instrument yang ada pada Capt( Kapten Pilot) dan Kopilot menunjukkan data ketinggian terbang yang berbeda ( Sumber : bbc Indonesia, 30 Oktober 2018)
Tidak dijelaskan, apakah instrumen sempat diperbaiki atau tidak. Tapi nyatanya pada pagi harinya pesawat kembali terbang ke Pangkal pinang dengan kode penerbangan JT 610.
Sementara direktur utama Lion Air, Edward Sirait menyatakan bahwa pesawat sudah diperbaiki sesuai dengan prosedur Standart yang telah ditetapkan pabrikan ( Boeing), dan dalam kondisi layak terbang.
Lebih lanjut Edward menyatakan, bahwa Pesawat Boeing 737Max 8 dalam kondisi layak dan bisa terbang.
Lho, kalau hanya bisa terbang, layang-layang juga bisa terbang lho, pak. Masalahnya seberapa aman pesawat bisa mencapai tujuan yang telah ditentukan, ini yang jadi masalah. Ingat, yang diangkut ini nyawa manusia lho.
Dan data berupa informasi ketinggian terbang ini bukan main-main lho.
Sekedar mengingat kejadian belasan tahun lalu, ketika Adam Air jatuh di Majene, pesawat tersebut mengalami masalah Inertia Reference System ( Sistem Navjgasi Nersia) Alat itu yang menunjukan arah pesawat, data kemiringan dan lain-lain, Â ketika pesawat ada pada mode auto pilot.