Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Alangkah

26 September 2024   18:46 Diperbarui: 26 September 2024   18:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pelukan cemara dan debu membentang dilangit ciremai

Tak ada yang tau siluet berhamburan ditebas sketsa fotamorgana

Penguasa angkasa mengepak membuyarkan mega yang menyusun kesedihan petani

Siapa menyangka langit biru itu kering dan hampa bukankah ia srigala

Ombak dilautanpun tak sebuasnya

Hadiah ini ku persembahkan untuk pelantun nyanyian bisu pembawa dimensi

Lagu perdamaian terukir dalam kanvas khatulistiwa

Fajar kembali bercengkrama dengan gerombolan bangau utara

Kita menginjak kembali mereka meronta kembali

Ini lucu di zaman penuh pembantaian penuh kepalsuan penuh urat murilit aku menemukanmu diantara bumi dan langit siliwangi

Kini raja hari mencubit rusukku yang malam tadi ku semir zaitun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun