untaian simbolik
Makna pasti
Siapa yang tahu
Tak ada kejelasan
Ketegasan
Dan tak akan bisa
Mengajegkan nilai itu ibarat membangunkan diri dari tidur panjang
Menelan ludah berkali kali bahkan harus menginjak serpihan cahaya
Dan bergandeng dengan benalu
Kini kita hanya tahu dari pelantun
Menaruh harapan pada embun yang hilang
Menggosok setiap lempengan batu
Harap akan mampu menebas seonggok kebodohan
Tapi kebodohan sayangnya bergandengan dengan ketidakmauan
Kita berdiri seolah inilah simbol diatas simbol
Algoritma di ujung penalti
Siapa punya siapa lupa
Kita diresahkan seolah kita berada diujung
Nyatanya kita hanya membolak balikkan kertas dan membacanya berulang kali
Kata kata yang bersahabat lama
Nyatanya bagai delima yang dicampur sianida
Tangkai makna tak lagi sama
Jeruji dibalik itu hanya sebuah tanda bahaya
Tak ada hukum yang jelas hanya permainan makna
Kita benar benar diperolok oleh suatu yang akan menjadi jerami kembali
Kalau pernah melihat udara menganga diatas aspal hitam
Itulah sejatinya kamu memiliki rasa
Dan kalaulah pernah merasakan panas di sisi lain dari titilmu berdiri
Disanalah kamu akan bertemu dengan pertanyaan tanpa jawaban pasti
Pertanyaan tentang Mu yang nyaris tak berbahasa
Bertuan pada siapa lagi kami setelah Kau pun panggil menemuiMu
Kami hanya meraba
Menebas seberapa kami harus mendaur ulang titik kebobrokan yang sengaja
Kami hanya mendapatkan apa
Selain segumpal empedu yang tak ada habisnya
Sebagian menganggap ber rasa
Sebagian memasukkannya pada kotak pandora
Dan tak tahulah apa yang diperbuat dengan maklumat dia mulai mencampakkan dan hilang pulalah nyanyian nyanyian yang biasa kita dengar di bawah sana
Inilah cerita yang kelak akan menjadi catatan akhir
Bahwa tak ada apapun selain rasa
Sebut saja sejarah dalam sebingkai coretan pada kanvas tak bernama
Siapapulalah pelantum itu sebenarnya
Pemilik makna tunggal yang tak lagi bisa di lantunkan bebas
Hujan dan bunyi suar di telinga
Terdengar biasa saja
Ini awal dari perhitungan musim
Semua menganggap ini
Tak ada penolakan hanya segelintir orang bodoh lupa akan dirinya
Dan bernyanyi saja sepanjang dengkulnya bergerak
Inikah bahasa yang dengan pongahnya berdiri tanpa kuasa
Inikah bahasa yang selalu berbentur dengan dirinya
Bahasa yang sebagian orang menganggap selesai tanpa coretan
Jeruji demi jeruji dibuka
Nampak jelas di wajahnya
Bagaimana lagi
Klausul hanya cerita akhir dan dibuka lagi
Berjalan seenaknya samping kanan dan kiri
Dalam ke masgulan sekalipun
Bukankah tak berpemilik
Berpemilik bagi yang merasa
Pada akhirnya bukan meningkat
Bukan pula menjeda
Kehilangan arti bukan berarti kehilangan simbol
Bukan pula simbol tak berarti
Coba kau sesikit menohok
Apa yang terjadi hanya sebuah puisi
Coba pula kau membalik disana hanya orang linglung yang sedang mencari lembaran imajinasi
Sama saja di depan terlihat rute rute yang di labeli agar kita tahu mana yang standar dan tidak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H