Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bahas A

10 September 2024   14:20 Diperbarui: 10 September 2024   14:27 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menggosok setiap lempengan batu

Harap akan mampu menebas seonggok kebodohan

Tapi kebodohan sayangnya bergandengan dengan ketidakmauan

Kita berdiri seolah inilah simbol diatas simbol

Algoritma di ujung penalti

Siapa punya siapa lupa

Kita diresahkan seolah kita berada diujung

Nyatanya kita hanya membolak balikkan kertas dan membacanya berulang kali

Kata kata yang bersahabat lama

Nyatanya bagai delima yang dicampur sianida

Tangkai makna tak lagi sama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun