Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Peluk

9 September 2024   07:34 Diperbarui: 9 September 2024   07:36 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diamlah aku angkat. Kau cukup diam dan dekap aku saja

Tenangkan dirimu aku disini

Jangan ditengok lagi malam kemarin. Itu berlalu

Lihat saya kedepan apa yang ku pandang

Itulah istana puisiku

Baringkan disana leluhmu

Keluarkan kesahmu yang kamu simpan

Aku disini mendekapmu erat. Rasakanlah

Jemari lentikmu biarkan menggores mentari pagi lagi

Alis tebalmu menyirat Mega yang menghias biru langit

Kamu puisiku. Rumah sampai akhir ku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun