Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kalam

1 September 2024   02:21 Diperbarui: 1 September 2024   02:29 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku mendengar nyanyian nyinyir

sepanjang arloji berdetak

kaki menghantam

sekejam alam kelam

sapu itu milik mu bukan

tak berpemilik bukan

tapi

itu berarti berpemilik

kata ku dalam hati

persembunyian

lesu pantai bersorak

dimana angin bertakhta

disemua kubangan

setiap pelipis cempaka

setiap denting kemarau yang layu

batu merah delima

hangat

jiwa berkhotbah

param

mataku beranjak menipis

hidung layu kembang di deru sipir

terompet berceloteh

nyawa siapa peduli

kami serdadu tulang

menghunus legam

dibalik tenda

mata tak berair

ramai tak rindu

siang tak panas

malam tak seljuk

diam tak kelam

siapa tuan

ini bukan luapan kegentingan

pulkam kembali berselisih seliwer

singgap pada kenyinyiran

dengki kehawatiran

tak inginkah kau

senyum peluk dan harum

bahak laksana hardik

setiap dan pada semua tiap tiap

senyum selebar hatiku yang lampau sangat

tapi

hayalanku dibatas

pada gepal dinding dan atap

aku membual

meringkih ringkik

ulu hatiku sakit

tak bertuan

tak bernama

tak bertujuan

adakah yang tahu geramku

ini hari apa

kenapa dunia meludah

aku sama bukan

kakiku kelu

diam saja mematung dipahat patah

tak ada mau aku

mataku hilang

hidungku direkam

aku dikekam

aku hanya tersungkur

menyingkir

mungkin hanya aku berandai

kalau satu diantara ku

aku tak mau berandai

bisa mati bukan

buat saja

semacam imajinasi

sugesti kehangatan

biar setidaknya kita tetap hangat

dan imajinasi tetap bertepi

sudahkah berlalu

tengok kanan kiri

tak bisa lagi

kaki melangkah pun

jangan mimpi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun