Pendekatan Trump dapat memicu resistensi domestik di AS dan menambah ketegangan antara kelompok pro-Iran di kawasan dengan sekutu AS.
Meskipun tekanan maksimal dapat efektif dalam jangka pendek, jika tidak diikuti strategi stabilisasi jangka panjang, kawasan middle-east tetap rentan terhadap eskalasi konflik.
Pendekatan Trump tampak diarahkan untuk memperkuat posisi AS dan sekutunya, terutama Israel, sambil memaksa Iran dan proksinya untuk bernegosiasi dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Ini adalah strategi risiko tinggi dengan peluang menghasilkan keuntungan diplomatik dan keamanan yang signifikan, tetapi juga berpotensi menciptakan ketidakstabilan jika tidak dikelola dengan hati-hati.
Pandangan lain
Berbeda dengan penilaian Kobi Michael, pengamat middle-east lainnya, termasuk para pemimpin Otoritas Arab-Palestina, malah memperkirakan Trump akan mendorong keruntuhan total rezim Iran.
"Kami melihat bahwa Trump dan pemerintah yang berkuasa di Israel berencana untuk menghancurkan Iran, jadi Hamas dan para pengikutnya tidak punya pilihan lain selain menyerah," kata Sekjen Fatah Mohammad Hamdan kepada NYP di Tepi Barat
"Tidak pernah ada waktu yang lebih baik untuk mendesak Iran agar membuat kesepakatan baru atau mengancam mereka untuk menggunakan kekerasan," kata Alex Mintz, pendiri Decision Advantage AI, yang mengkhususkan diri dalam pengambilan keputusan keamanan nasional dan keamanan siber, kepada NYP dalam wawancara telepon pada Jumat lalu.
"Mereka tidak pernah mengalami serangan nyata seperti sekarang, karena Israel membombardir pertahanan udara Iran dan rudal pertahanan udara serta seluruh struktur dan sistemnya, sehingga mereka rentan."
Terlebih lagi, kata Mintz, pembicaraan keras Trump mungkin akhirnya mendorong Iran untuk melepaskan ambisi senjata nuklirnya.
"Saya pikir Trump punya banyak pengaruh di sini untuk membawa Iran ke kesepakatan nuklir yang penting dan jauh lebih baik daripada kesepakatan yang mereka tandatangani pada tahun 2015 Â jadi ini waktunya benar-benar tepat," jelasnya.
"Ini adalah waktu yang tepat karena tidak ada Hezbollah yang dapat mengancam Israel sebagai balasan atas serangan Israel, dan milisi di negara lain, kecuali Yaman, yang tidak benar-benar mengancam Israel saat ini."