Trump : Neraka Akan Berkobar di Middle-East
Mengutip rilis terbaru NYP edisi 10 Januari 2025, peringatan berulang kali dari presiden terpilih Donald Trump bahwa "neraka akan pecah" jika Hamas tidak membebaskan semua sandera yang tersisa sebelum ia memangku jabatan adalah contoh bagaimana ia "berbicara seperti orang middle-east," kata para pejabat dan pakar Israel dan Arab-Palestina kepada NYP (New York Post) seraya menambahkan bahwa mereka yakin gaya kepemimpinan Trump akan efektif dalam melawan Iran.
Trump, 78 tahun, mengatakan kepada wartawan di Mar-a-Lago pada Selasa lalu bahwa "hal ini tidak akan baik bagi Hamas, dan sejujurnya, tidak akan baik bagi siapa pun" jika kelompok teroris yang didukung Teheran tersebut tidak memenuhi tuntutannya untuk membebaskan para sanderanya paling lambat tanggal 20 Januari.
"Ketika dia mengatakan 'neraka akan pecah', dia berbicara seperti orang middle-east," kata seorang sumber pemerintah Israel kepada NYP. "Dia berbicara dengan cara yang dipahami para teroris."
Peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv, Kobi Michael, mengatakan kepada NYP bahwa terpilihnya kembali Trump "mungkin merupakan peluang besar" untuk mewujudkan perdamaian di kawasan tersebut setelah keberhasilan Perjanjian Abraham yang diakui secara luas dari masa jabatan pertama presiden ke-45 tersebut.
Iran dan proksinya sekarang dalam kebingungan besar. Dalam posisi strategis terburuk dalam empat dekade terakhir. Visi Presiden Trump adalah visi untuk melemahkan Iran.
Dengan posisi geopolitik Iran yang melemah menyusul penghancuran Hezbollah di Lebanon, perang Israel vs Hamas di Gaza, dan jatuhnya Bashar al-Assad di Syria, Michael mensuggest inilah waktu yang tepat bagi Trump "untuk mencapai kesepakatan dengan rezim Iran guna memungkinkan kelangsungan hidup rezim ini".
Retorika Trump dan relevansi budaya middle east
Dari perspektif geopolitik Middle East, pernyataan dan pendekatan Donald Trump terhadap Hamas dan Iran mencerminkan strategi tekanan maksimal yang berusaha memanfaatkan retorika langsung untuk mencapai efek psikologis dan strategis.
Pernyataan seperti "neraka akan pecah" sangat sesuai dengan tradisi komunikasi tegas dan retorika kuat yang sering digunakan dalam politik middle-east, baik oleh pemimpin negara maupun aktor non-negara. Retorika ini tidak hanya dimaksudkan untuk mempertegas ancaman, tetapi juga menunjukkan ketegasan dan keberanian, yang dihormati dalam budaya politik middle-east.