Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Gebrakan Pertama Trump Ingin Menguasai Greenland

9 Januari 2025   17:37 Diperbarui: 9 Januari 2025   17:37 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greenland pulau terbesar di dunia yang ingin dikuasai Trump. (Sumber : bbc.com).

Gebrakan Pertama Trump Menguasai Greenland

Mengutip BBC belum lama ini, Presiden terpilih AS Donald Trump telah mengulangi niatnya untuk menguasai Greenland, wilayah Arktik yang dikuasai Denmark.

Greenland, pulau terbesar di dunia, terletak di Kutub Utara. Ini adalah wilayah dengan penduduk paling jarang di dunia. Sekitar 56.000 orang tinggal di sana, sebagian besar penduduk asli Inuit. Sekitar 80% wilayahnya tertutup es, yang berarti sebagian besar penduduknya tinggal di pantai barat daya sekitar ibukota, Nuuk. Sebagai wilayah otonomi Denmark, wilayah ini juga merupakan rumah bagi pangkalan militer Denmark dan AS.

Perekonomian negara ini sebagian besar bergantung pada perikanan. Subsidi besar dari pemerintah Denmark mencapai sekitar seperlima dari PDB.

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan minat terhadap sumberdaya alam Greenland, termasuk penambangan mineral tanah jarang, uranium, dan besi. Sumberdaya ini kemungkinan besar menjadi lebih mudah diakses karena pemanasan global yang menyebabkan sebagian es yang menutupi Greenland mencair.

Saat ini, yang menjadi perhatian khusus adalah mineral tanah jarang, yang belum ditambang tetapi berada di bagian selatan Greenland. Mineral ini sangat penting dalam berbagai jenis teknologi, mulai dari telepon seluler hingga turbin angin.

Trump telah mengklaim kendali atas Greenland penting bagi keamanan nasional dan ekonomi AS. Retorika presiden terpilih tersebut mungkin terlihat tidak biasa. Selama lebih dari satu abad sejumlah presiden AS telah mencoba untuk menguasai Greenland. AS telah beberapa kali mencoba mengusir Denmark dari Greenland dan mengambil alihnya sebagai bagian dari AS, atau setidaknya memiliki pengawasan keamanan penuh atas Greenland.

Trump juga mencoba membeli Greenland selama masa jabatan pertamanya. Baik Denmark maupun pemerintah Greenland menolak usulan Trump tahun 2019, dengan mengatakan: "Greenland tidak untuk dijual."

Keinginan Donald Trump untuk membeli Greenland, yang kembali ia ulangi seperti dikutip dari laporan tersebut, mencerminkan gaya kepemimpinannya yang seringkali tidak konvensional, agresif, dan berorientasi pada strategi jangka panjang, sekalipun langkah-langkah itu terlihat tidak biasa atau menimbulkan kontroversi.

Arktik sebagai kawasan kunci Geopolitik

Posisi strategis Greenland, yang berada di jalur terpendek untuk serangan rudal antara Rusia dan AS, menjadikannya penting bagi sistem pertahanan rudal AS. Kehadiran pangkalan udara AS di Thule menegaskan pentingnya wilayah ini dalam arsitektur pertahanan AS di Kutub Utara.

Dengan meningkatnya aktivitas militer Rusia dan China di Arktik, Trump tampaknya ingin memperkuat posisi AS di wilayah ini untuk mengamankan kepentingan geopolitik dan ekonominya.

Greenland kaya akan mineral tanah jarang yang penting untuk teknologi modern, termasuk komponen untuk energi terbarukan, elektronik, dan pertahanan. Pemanasan global yang mencairkan es di kawasan tersebut membuat eksplorasi lebih memungkinkan, menjadikan Greenland incaran strategis bagi kekuatan besar.

Gaya kepemimpinan Trump

Trump cenderung memandang hubungan internasional melalui lensa transaksi bisnis. Niatnya untuk membeli Greenland, meski ditolak sebelumnya, menunjukkan pola pikir bisnisnya bahwa "segalanya bisa dinegosiasikan".

Trump sering menggunakan pernyataan kontroversial untuk menciptakan perhatian dan menekan pihak lain untuk merespons. Dengan mengulangi niat membeli Greenland, ia kemungkinan besar mencoba memaksa Denmark dan Greenland untuk mendiskusikan peran AS yang lebih besar di wilayah tersebut.

Gaya Trump yang selalu ingin "di depan" sebelum pesaing menyadarinya, terkesan ingin memanfaatkan ketidakstabilan geopolitik untuk memperkuat posisi AS, baik di kawasan Arktik maupun global.

Respon Denmark dan Greenland

Penolakan Denmark dan Greenland sebelumnya menunjukkan sensitivitas hubungan internasional di kawasan tersebut. Bagi Denmark, Greenland adalah bagian dari identitas nasional dan memiliki signifikansi geopolitik yang besar.

Penduduk asli Greenland, terutama Inuit, memiliki pandangan yang kompleks tentang kemerdekaan dan hubungan mereka dengan Denmark serta AS. Keinginan Trump untuk "membeli" Greenland tanpa melibatkan penduduk lokal mengabaikan aspirasi mereka.

Potensi dampak global

Jika Trump berhasil meningkatkan pengaruh AS di Greenland, ini dapat memperkuat posisi AS dalam persaingan global di Kutub Utara.

Gagasan ini dapat meningkatkan ketegangan dengan Rusia dan China, yang telah memperluas pengaruh mereka di kawasan Arktik.

Sejarah upaya AS menguasai Greenland

Niat AS untuk menguasai Greenland bukanlah hal baru, melainkan bagian dari strategi jangka panjang sejak abad ke-19. Namun, Trump membawa ide ini ke tingkat perhatian global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Trump menggunakan taktik yang mencerminkan pola pikir jangka panjangnya untuk memastikan AS tetap unggul di kawasan yang semakin strategis, baik secara geopolitik maupun ekonomi. Pendekatan agresifnya boleh jadi tampak berlebihan atau kontroversial, tetapi itu sejalan dengan obsesinya untuk memperkuat posisi AS di arena internasional.

Keberhasilan Trump disini tergantung pada diplomasi yang lebih halus, yang selama ini bukan ciri khas Trump. Penduduk Greenland dan pemerintah Denmark dipastikan melihat niat ini sebagai ancaman terhadap kedaulatan mereka, yang bisa berujung pada resistensi politik yang signifikan. Sementara itu, negara-negara besar lainnya melihat langkah ini sebagai upaya dominasi AS yang perlu diimbangi.

Sementara sekutu utamanya di Nato yang bersuara keras mengingatkan Trump adalah Jerman dan Perancis. Mereka menentang upaya Trump untuk menguasai Greenland.

Sikap Jerman dan Perancis yang secara tegas menentang upaya Donald Trump untuk menguasai Greenland mencerminkan dinamika internal NATO yang kompleks, terutama dalam konteks hubungan antara AS dan sekutunya di Eropa.

Pandangan Jerman dan Perancis terhadap Arktik

Sebagai wilayah otonom Denmark, Greenland dianggap bagian dari kedaulatan Eropa. Jerman dan Perancis memandang langkah Trump sebagai upaya untuk merongrong integritas wilayah negara anggota Uni Eropa, yang berpotensi menciptakan preseden buruk bagi geopolitik global.

Greenland adalah wilayah yang sensitif secara ekologis, dengan perubahan iklim menjadi isu utama. Jerman dan Perancis, sebagai negara yang memimpin agenda lingkungan di Eropa, kemungkinan besar melihat rencana eksploitasi sumberdaya alam Greenland oleh AS sebagai ancaman terhadap ekosistem Arktik.

Hubungan kompleks AS-Eropa dalam NATO

Selama kepresidenan Trump, hubungan AS dengan NATO acapkali tegang, terutama karena kritik Trump terhadap kontribusi keuangan negara-negara Eropa dalam aliansi tersebut. Penolakan Jerman dan Perancis terhadap upaya Trump di Greenland setidaknya mencerminkan ketidakpercayaan mereka terhadap gaya kepemimpinan Trump.

Perancis di bawah Presiden Emmanuel Macron secara aktif mendorong konsep "otonomi strategis Eropa" yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada AS. Penolakan terhadap rencana Trump bisa menjadi bagian dari upaya mempertegas posisi Eropa sebagai entitas yang mandiri secara geopolitik.

Kepentingan Geopolitik NATO di Arktik

NATO sebagai aliansi militer tidak memiliki kehadiran resmi di Greenland, tetapi wilayah ini dianggap strategis bagi pertahanan kolektif. Jerman dan Perancis khawatir langkah sepihak Trump dapat memprovokasi ketegangan dengan Rusia atau China, yang aktif memperluas pengaruhnya di Arktik.

Penolakan Jerman dan Perancis bisa dilihat sebagai upaya menjaga solidaritas NATO dan memastikan bahwa keputusan besar mengenai kawasan strategis seperti Greenland harus melibatkan semua anggota aliansi, bukan hanya AS.

Perspektif domestik Jerman dan Perancis

Trump sering dianggap sebagai pemimpin yang tidak menghormati norma-norma diplomasi konvensional. Penolakan keras Jerman dan Perancis terhadap ide ini kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh persepsi domestik mereka terhadap Trump, yang seringkali tidak populer di kalangan publik Eropa.

Sebagai negara Uni Eropa, Denmark mendapat dukungan solidaritas dari Jerman dan Perancis. Penolakan terhadap Trump juga merupakan sinyal bahwa Eropa akan membela anggota mereka dari upaya dominasi oleh negara luar.

Dampak terhadap NATO

Ketegangan ini dapat memperburuk hubungan antara AS dan sekutunya di NATO, terutama jika Trump terus mendorong agendanya tanpa mempertimbangkan keberatan Eropa.

Penolakan Jerman dan Perancis juga dapat memperkuat solidaritas di dalam Uni Eropa, dengan mendorong negara-negara anggota lainnya untuk bersatu dalam menentang langkah AS yang dianggap agresif.

Penolakan keras Jerman dan Perancis terhadap upaya Trump untuk menguasai Greenland tidak hanya mencerminkan keprihatinan terhadap kedaulatan Denmark, tetapi juga ketidakpuasan yang lebih besar terhadap gaya kepemimpinan Trump yang sering dianggap unilateral dan mengabaikan konsensus sekutu. Ketegangan ini memperlihatkan dinamika internal NATO yang rumit, di mana sekutu utama AS di Eropa semakin berupaya untuk menegaskan otonomi strategis mereka, sekaligus menjaga hubungan transatlantik tetap berjalan.

Langkah selanjutnya akan sangat tergantung pada kemampuan AS untuk meyakinkan sekutunya, atau pada kemungkinan Trump mengesampingkan NATO dalam mengejar kepentingannya di Greenland.

Lihat :

https://www.bbc.com/news/articles/c74x4m71pmjo

https://www.bbc.com/news/articles/ckg9gvg3452o

Joyogrand, Malang, Thu', Jan' 09, 2025.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun