Latihan militer Beijing di kawasan maritim juga mengirim pesan kepada negara-negara yang bersengketa di Laut China Selatan, seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia.
Dengan mengerahkan kapal perang dan pesawat militer, China menunjukkan kemampuan mengontrol wilayah yang diperebutkan, termasuk Pulau Paracel dan Spratly.
Reaksi Kawasan dan Internasional
Negara-negara ASEAN, seperti Filipina, telah memperkuat hubungan dengan AS melalui perjanjian akses pangkalan militer tambahan.
Jepang dan Australia juga telah meningkatkan kemampuan militer mereka dan mendukung kerangka keamanan QUAD (AS, Jepang, India, Australia) untuk membatasi pengaruh China.
Analisis Strategis
Latihan militer sebagai simbol kekuasaan dan respons diplomatik. Ini menunjukkan Beijing menggunakan kekuatan militer sebagai instrumen diplomasi koersif, baik terhadap Taiwan maupun AS.
Penempatan aset militer di sepanjang rangkaian pulau Okinawa-Taiwan-Filipina juga merupakan strategi untuk mencegah A2/AD (Anti-Access/Area Denial) terhadap armada AS.
Risiko perang asimetris
Eskalasi aktivitas militer ini meningkatkan risiko insiden tak disengaja, seperti tabrakan kapal atau pesawat, yang dapat memicu konflik lebih luas.
Keamanan maritim Indo-Pasifik semakin terfragmentasi, dengan dinamika kompleks antara China, Taiwan, AS, dan negara-negara kawasan lainnya.