Memperkuat hubungan dengan AS dapat dilakukan melalui pendekatan perdagangan yang menguntungkan kedua pihak, seperti peningkatan ekspor barang bernilai tambah (bukan hanya bahan mentah) ke AS, atau negosiasi kesepakatan perdagangan yang lebih luas.
Pemerintah juga harus memastikan barang-barang murah dari China yang tidak bisa masuk ke pasar AS tidak membanjiri pasar domestik Indonesia dengan kebijakan proteksi yang selektif dan tepat sasaran.
Dampak jangka panjang
Seperti yang diungkapkan ADB, dampak signifikan dari perubahan kebijakan Trump terhadap Asia-Pasifik kemungkinan akan terasa dalam beberapa tahun ke depan. Karenanya, Indonesia harus mengambil langkah proaktif untuk mengurangi kerentanan, seperti diversifikasi mitra dagang dan memperkuat pasar domestik.
Selain itu, Indonesia perlu memanfaatkan platform multilateral seperti ASEAN dan G20 untuk memastikan kebijakan Trump tidak secara signifikan merugikan kawasan.
Donald Trump sebagai pemimpin AS memang terkenal sulit ditebak dan sering mengambil langkah-langkah yang kontroversial. Namun, Indonesia memiliki kesempatan untuk memperkuat posisinya di kancah global melalui diplomasi ekonomi yang cerdas dan reformasi domestik yang mendukung daya saing nasional.
Fokus pada diversifikasi pasar, pengelolaan perdagangan dengan China, dan pemanfaatan peluang di tengah ketegangan global akan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini.
Masalahnya now bagaimana dengan kebijakan Presiden Prabowo sekarang yang bersikeras akan mengayuh di antara Brics dan Barat tanpa hendak keseleo sedikitpun. Apakah itu mungkin dalam situasi geopolitik sekarang, terlebih turun panggungnya Joe Biden yang mudah ditebak digantikan Trump yang terkenal dengan America First-nya di atas segala-galanya.
Kebijakan Presiden Prabowo untuk mengambil posisi netral di antara kekuatan BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dan Barat adalah langkah yang strategis namun penuh tantangan, terutama dalam situasi geopolitik yang semakin terpolarisasi.
Konteks geopolitik yang semakin kompleks
Trump diperkirakan akan mendorong kebijakan yang sangat proteksionis dan unilateral, fokus pada kepentingan AS tanpa banyak memperdulikan dinamika internasional. Hal ini dapat mempersulit negara-negara seperti Indonesia yang ingin menjaga hubungan baik dengan AS sekaligus mempererat kerjasama dengan BRICS.