Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP Partai Reaksioner Now

2 Desember 2024   18:07 Diperbarui: 2 Desember 2024   18:07 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada DKI Jakarta : dualisme dan inkonsistensi PDIP

PDIP menghadapi dilema besar dalam Pilkada DKI Jakarta. Awalnya, wacana mengusung Anies Baswedan sempat muncul, yang menunjukkan adanya upaya PDIP untuk merekonsiliasi persepsi publik bahwa mereka terlalu partisan. Namun, akhirnya PDIP mengusung Pramono Anung, yang tampak sebagai langkah defensif untuk mempertahankan pengaruh, tetapi juga menimbulkan kesan inkonsistensi dan kekhawatiran akan kekalahan. Keputusan ini semakin menguatkan narasi bahwa PDIP tidak memiliki calon internal yang benar-benar kompetitif.

Dukungan terbuka Anies kepada Pramono tampaknya dilakukan untuk menjaga hubungan lintas-partai. Namun, fakta bahwa Pramono gagal meraih suara mayoritas (50%+1) memperlihatkan dukungan tersebut belum mampu mengkonsolidasikan suara. Situasi ini semakin diperburuk oleh kebutuhan putaran kedua melawan Ridwan Kamil, yang dikenal sebagai kandidat populer dan lebih independen.

Stigma politik identitas dan hubungan PDIP-Anies

Selama ini, PDIP sering menggunakan stigma politik identitas untuk menyerang lawan-lawannya, terutama Anies. Namun, dalam Pilkada DKI, terlihat PDIP pragmatis ketika membutuhkan dukungan, meski harus bertemu dengan sosok yang sebelumnya distigmatisasi. Inkonsistensi ini menjadi bahan kritik pengamat, yang menilai PDIP tidak lagi memiliki pijakan ideologi yang konsisten, tetapi lebih berorientasi pada kepentingan jangka pendek.

Krisis strategi dan kaderisasi PDIP

Kekalahan di berbagai wilayah strategis dan sulitnya memenangkan suara mutlak di Jakarta menunjukkan PDIP menghadapi krisis strategi dan kaderisasi. Sebagai partai yang terlalu bergantung pada figur tertentu, terutama Megawati, PDIP tampaknya kesulitan beradaptasi dengan dinamika politik lokal yang semakin kompleks. Ketergantungan pada simbol dan nama besar tidak lagi cukup untuk memenangkan hati pemilih yang kini lebih kritis dan terfragmentasi.

Tudingan terhadap Jokowi dan Prabowo

Respons PDIP yang cenderung menyalahkan Jokowi atau Prabowo atas kekalahan mereka menunjukkan kurangnya refleksi internal. Sebagai partai yang pernah menjadi pengusung utama Jokowi, PDIP sebenarnya memiliki tanggungjawab besar untuk menjaga hubungan yang sehat dan konstruktif, bukan sekadar mencari kambing hitam. Kritik terhadap Prabowo, yang kini berada di posisi presiden, juga menunjukkan PDIP masih terjebak pada retorika oposisi tanpa arah jelas.

Kegagalan PDIP dalam Pilkada serentak terbaru ini menjadi peringatan keras bahwa partai ini tidak lagi dapat mengandalkan strategi lama. Untuk mempertahankan relevansinya, PDIP perlu melakukan introspeksi mendalam terhadap strategi dan kaderisasi; menghilangkan kecenderungan "blame game" terhadap pihak luar; mengembangkan narasi politik yang lebih inklusif dan sesuai dengan aspirasi masyarakat lokal; mendorong regenerasi internal untuk menghadirkan tokoh-tokoh baru yang dapat memimpin dengan visi segar.

Tanpa perubahan terurai di atas, PDIP berisiko semakin kehilangan daya tarik, bahkan di wilayah-wilayah yang selama ini dianggap basis mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun