Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP Partai Reaksioner Now

2 Desember 2024   18:07 Diperbarui: 2 Desember 2024   18:07 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PDIP telah menjadi partai reaksioner dengan "sedikit akal sehat dalam berpolitik" menunjukkan partai ini gagal beradaptasi dengan aspirasi politik generasi muda atau masyarakat yang semakin kritis. Di era politik dinamis dengan kebutuhan inovasi dan inklusivitas, PDIP terlihat lebih sibuk mempertahankan status quo kepemimpinan ketimbang merumuskan agenda progresif.

Implikasi bagi masa depan PDIP

Dengan ditinggalkannya Megawati oleh kader-kader terbaik, PDIP menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan di masa depan. Dominasi Megawati sebagai simbol partai mungkin menjadi keuntungan di masa lalu, tetapi di era politik yang semakin kompleks, pendekatan ini menjadi hambatan.

Untuk bertahan PDIP membutuhkan antara lain regenerasi kepemimpinan. Memberikan ruang bagi kader muda atau tokoh yang mampu membawa pembaruan; reformasi Internal. Mengakomodasi perbedaan pendapat dan memperluas basis ideologis partai; visi progresif: Merumuskan kebijakan yang relevan dengan tantangan zaman, seperti isu lingkungan, ekonomi digital, dan partisipasi politik generasi muda.

PDIP berada pada persimpangan penting. Jika gagal beradaptasi dengan perubahan, partai ini berisiko kehilangan relevansi seperti banyak partai politik besar di negara-negara lain yang terlalu bergantung pada figur tertentu atau struktur kekuasaan yang usang. Namun, jika mampu membuka ruang untuk reformasi, PDIP masih berpotensi menjadi kekuatan utama dalam politik Indonesia dengan basis ideologi nasionalisme yang kuat.

Kader-kader PDIP berguguran

Contoh terkini adalah Pilkada serentak yang baru saja berlalu, dimana banyak calon-calon kepala daerah yang diusung PDIP berguguran satu per satu, seperti di Jateng misalnya yang diunggulkan sebagai sarang Banteng, ternyata kini tidak lagi. Di Jatim Risma yang diusung PDIP juga gugur, dan di Jakarta Pramono Anung yang diusung PDIP, sampai-sampai harus Anies Baswedan yang harus mengendorse jagoan PDIP itu. Ternyata terbetik kabar Pramono tidak menang mutlak 50%+1. So Pilkada Jakarta harus dilakukan dua putaran untuk menentukan Ridwan Kamil atau Pramono yang menang.

Khusus di Pilkada DKI, kita tahu sendiri Anies adalah salah satu sosok yang distigma PDIP sebagai sosok yang kental dengan politik identitas. Dan dalam Pilkada Jakarta, PDIP awalnya malu-malu kucing menerima kunjungan Anies. Yang tadinya Anies akan dicalonkan PDIP jadi calon Gubernur Jakarta, kemudian berubah dengan diusungnya Pramono. Hal ini banyak disentil pengamat bahwa PDIP pada klimaksnya kebakaran jenggot. Bisanya hanya menyalahkan Jokowi dan Prabowo.

Hasil Pilkada serentak terbaru di muka mencerminkan tantangan besar bagi PDIP dalam mempertahankan dominasinya di berbagai wilayah strategis.

Kemunduran di Jateng dan Jatim

Jawa Tengah (Jateng), yang selama ini dianggap sebagai "kandang banteng", menunjukkan pergeseran preferensi pemilih. Hal ini bisa disebabkan oleh kejenuhan terhadap dominasi satu partai atau keberhasilan kandidat dari partai lain yang lebih mampu menangkap aspirasi masyarakat. Di Jawa Timur (Jatim), kekalahan Risma menunjukkan modal politik tokoh PDIP sekaliber Risma pun tidak cukup kuat tanpa dukungan strategi kampanye yang adaptif dan isu yang relevan. Kekalahan ini juga mencerminkan PDIP kemungkinan besar telah kehilangan kemampuan untuk menjawab kebutuhan lokal secara efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun