Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Catatan Jelang Debat Publik Ketiga Pilkada Kota Malang 2024

13 November 2024   16:08 Diperbarui: 14 November 2024   12:15 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buzzers

Hanya saja kalau ditelisik tayangan siaran langsung JTV dan RRI terkait Debat Publik pertama dan kedua, menyusul debat publik ketiga tgl 20 Nopember nanti. ternyata dalam chattingan YouTube banyak postingan yang terkesan kuat seperti bunyi buzzers seperti biasanya. Postingan ini melukai paslon ybs. 

Misalnya ada postingan yang mengelu-elukan Wali seraya mencemooh Abadi yang dikatakan cacad karena kasus bancakan semasa Anton menjabat Walikota Malang. 

Ada juga fanatisme daerah, misalnya Ali Muthohirin calon wakil walikota malang yang disebut adalah warga Genteng asal Lamongan. Tiba-tiba ada suara sebaiknya kita dukung Muthohirin dan kita Lamongankan Malang. Yang tak disinggung oleh para buzzers ini adalah HC-Ganis. So, dapat dilihat secara hidden sepertinya ada paslon tertentu yang sangat bersemangat mengerahkan segala cara asalkanmenang dalam pilkada kali ini.

Fenomena tentang komentar di platform seperti YouTube selama debat publik Pilkada Malang memang mengindikasikan adanya strategi kampanye yang agresif, terutama melalui penggunaan buzzers. Aktivitas ini terlihat dari beberapa komentar yang berulang kali menonjolkan pasangan tertentu atau menjatuhkan pasangan lainnya, yang sering kali terkesan sistematis dan berlebihan.

Penggunaan Buzzers sebagai strategi kampanye

Memanfaatkan buzzers atau akun-akun yang secara intens mendukung atau menyerang pasangan calon adalah strategi yang kerap dilakukan di era digital. 

Hanya saja, ini bisa menjadi pedang bermata dua. Meskipun tujuannya adalah untuk membangun citra positif bagi calon tertentu, penggunaan bahasa yang kasar, negatif, atau menyerang cenderung justru dapat merusak citra pasangan yang didukung. Dalam jangka panjang, ini bisa menciptakan sentimen negatif terhadap pasangan calon yang diasosiasikan dengan buzzer-buzzer ini.

Dampak pada persepsi publik dan polaritas masyarakat

Komentar-komentar yang terlalu fanatik atau bernada ofensif dapat meningkatkan polarisasi di masyarakat. Misalnya, pernyataan terkait fanatisme daerah yang berbunyi "Lamongankan Malang" bukan hanya dapat mengurangi dukungan bagi calon tersebut, tapi juga bisa menciptakan resistensi dari warga Malang asli yang merasa bahwa kampanye itu kurang menghormati identitas lokal. Pendekatan berbasis fanatisme daerah semacam ini berisiko tinggi dan bisa memperlebar jarak antara pemilih.

Ketidakseimbangan dalam kritik paslon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun