Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

3 Catatan Utama H-1 Pelantikan Prabowo Soebianto di Senayan

19 Oktober 2024   16:18 Diperbarui: 19 Oktober 2024   16:52 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gladi Resik Pelantikan Presiden terpilih Prabowo Soebianto di gedung Parlemen. (Sumber : nasional.tempo.co).

3 Catatan Utama H-1 Pelantikan Prabowo Soebianto di Senayan

Kalau dilihat daftar undangan yang direlease Kemenlu belum lama ini, ada 20 Utusan dan Kepala Negara yang akan hadir dalam pelantikan Prabowo besok Minggu 20 Oktober 2024. Diluar dugaan yang datang duluan hari ini 19 Oktober 2024 adalah utusan Vladimir Putin.

Kehadiran utusan Vladimir Putin dalam pelantikan Prabowo, sehari sebelum acara resmi berlangsung, mencerminkan beberapa hal yang perlu kita cermati.

Kehadiran utusan Rusia sebelum acara pelantikan menunjukkan sinyal diplomatik yang kuat. Ini dapat dilihat sebagai upaya Rusia untuk memperkuat hubungan dengan Indonesia sejak awal masa pemerintahan Prabowo. Dengan mengirimkan utusan yang tiba lebih awal, Rusia menunjukkan niat untuk memberikan perhatian khusus kepada Indonesia sebagai mitra strategis di kawasan Asia Tenggara.

Kehadiran Rusia juga terkait dengan kepentingan geopolitik di kawasan. Indonesia, sebagai negara anggota ASEAN yang berpengaruh, memiliki posisi strategis dalam kebijakan luar negeri Rusia, terutama dalam hal kebijakan Indo-Pasifik dan penyeimbangan kekuatan antara AS dan China. Rusia ingin memanfaatkan momen ini untuk memperdalam kerjasama dalam bidang ekonomi, pertahanan, atau energi.

Kehadiran utusan Putin dapat mengindikasikan hubungan pribadi atau saling menghormati antara Prabowo dan Putin. Prabowo diketahui memiliki hubungan dekat dengan beberapa tokoh militer dan pemerintah Rusia, dan ini bisa menjadi faktor pendorong bagi Rusia untuk menunjukkan dukungan. Hal ini juga dapat memperkuat persepsi bahwa Prabowo memiliki jaringan internasional yang luas, yang bisa digunakan untuk meningkatkan posisi Indonesia di panggung global.

Dengan hadir lebih awal, Rusia juga ingin mengirimkan pesan kepada negara-negara lain bahwa mereka serius dalam membangun hubungan dengan pemerintahan baru di Indonesia. Ini bisa menjadi langkah strategis untuk meningkatkan pengaruh Rusia di Asia Tenggara, terutama di tengah dinamika geopolitik yang melibatkan negara-negara besar lainnya.

Mengirimkan utusan Presiden Putin sendiri dapat dilihat sebagai bentuk dukungan yang diplomatis, tetapi tidak terlalu menonjol. Mengingat situasi internasional dan prioritas domestik Rusia, utusan ini mewakili niat baik tanpa harus melibatkan langsung kepala negara.

Kehadiran utusan Rusia sehari sebelum pelantikan dapat dianggap sebagai langkah diplomasi yang cermat, yang dirancang untuk memperkuat hubungan bilateral dan memberikan sinyal yang kuat mengenai pentingnya hubungan Indonesia-Rusia di bawah pemerintahan Prabowo.

Catatan kedua pada hari pelantikan Prabowo, yi Minggu, 20 Oktober 2024, Pemprop Jakarta meniadakan hari bebas kendaraan bermotor dan akan menggantinya dengan panggung hiburan rakyat di sepanjang jalan yang akan dilalui presiden dan wakil presiden terpilih dari Gedung Parlemen menuju ke Istana Merdeka, Jakarta. Hiburan rakyat akan digelar mulai dari Ratu Plaza, Senayan, hingga Patung Kuda, Jakarta.

Yang menjadi masalah adalah mengapa pelantikan ini dilaksanakan pada hari Minggu. Bukankah hari Minggu itu adalah tanggal merah internasional dan Hari Peribadan Minggu bagi umat Kristen/Katholik. Apakah ini dengan segala keramaian untuk rakyat di sepanjang Thamrin memang disengaja atau bagaimana.

Ini memunculkan beberapa pertanyaan dan perspektif terkait pemilihan waktu, termasuk aspek keagamaan, sosial, dan politis.

1. Pemilihan hari Minggu : Faktor Praktis dan Protokoler

Pelantikan presiden dan wakil presiden di Indonesia secara tradisi dan aturan konstitusi dilaksanakan setiap 20 Oktober, lima tahun setelah pemilihan sebelumnya. Tanggal ini sudah diatur sejak amandemen UUD 1945 dan berlaku terlepas dari hari apa yang jatuh di kalender.

Memilih hari Minggu juga memungkinkan pengaturan arus lalu lintas dan pengamanan yang lebih mudah, karena aktivitas kantor dan pemerintahan minim. Dengan kondisi jalan lebih lengang, iring-iringan dari parlemen ke Istana Merdeka dapat berjalan lebih lancar.

2. Pertimbangan keramaian dan hiburan untuk publik

Acara hiburan di sepanjang rute dari Senayan ke Patung Kuda memberikan kesan bahwa pelantikan bukan hanya upacara formal, tetapi juga perayaan rakyat. Ini mungkin bertujuan untuk melibatkan masyarakat secara emosional dalam momentum politik yang penting dan memperkuat legitimasi pemerintahan baru.

Dengan digelarnya panggung hiburan dan iring-iringan, Pemprop Jakarta mengambil langkah mengganti CFD agar warga tetap dapat menikmati aktivitas di ruang publik, meski dengan format berbeda.

3. Kontroversi : Benturan dengan Aktivitas Ibadah

Sebagai hari ibadah utama bagi umat Kristen dan Katolik, hari Minggu memiliki makna spiritual penting. Keramaian dan acara publik besar-besaran bisa dianggap mengganggu oleh sebagian kalangan yang ingin beribadah dengan tenang. Meskipun demikian, pemerintah memandang pelantikan sebagai acara kenegaraan penting yang memiliki tenggat tetap dan tak bisa diubah karena alasan agama tertentu.

Pemilihan pelantikan Minggu 20 Oktober bukanlah kebijakan yang disengaja untuk mengesampingkan agama tertentu. Sebaliknya, keputusan ini mengikuti prosedur negara yang bersifat konstitusional dan logistik.

4. Dinamika politik di balik keramaian

Perayaan terbuka di sepanjang jalan utama Jakarta juga bisa dimaknai sebagai bentuk komunikasi politik dari pemerintah baru. Ini menekankan kekuasaan tidak hanya dimaknai di ruang tertutup seperti parlemen dan istana, tetapi juga hadir di tengah masyarakat.

Dengan melibatkan masyarakat secara langsung dalam perayaan, pemerintahan Prabowo ingin memperkuat kesan bahwa kepemimpinannya memiliki legitimasi dan dukungan luas dari rakyat sejak hari pertama.

Pelantikan Presiden baru Indonesia Prabowo Soebianto pada hari Minggu tidak dimaksudkan untuk menyinggung keyakinan agama tertentu, tetapi lebih didasari oleh pertimbangan konstitusional dan teknis. Keramaian hiburan rakyat adalah bagian dari strategi komunikasi untuk menunjukkan kedekatan pemimpin baru dengan masyarakat. Pemerintah tampaknya ingin menyampaikan pesan bahwa pelantikan bukan hanya urusan politik elite, melainkan pesta demokrasi bagi seluruh rakyat.

Catan terakhir, mengapa tak ada tanda-tanda kehadiran Kepala Negara Amerika Serikat atau sekurangnya utusan Presiden Amerika. Atau inikah momentum yang diinginkan Prabowo melalui pelantikan ini bahwa ke depan ini dia lebih percaya kepada Rusia yang diwarisinya dari Soekarno.

Ketidakhadiran kepala negara atau utusan resmi dari Amerika Serikat dalam pelantikan Prabowo pada 20 Oktober 2024 mengundang berbagai spekulasi.

Beberapa perspektif terurai di bawah bisa menjelaskan dinamika di balik situasi ini :

1. Ketegangan atau ketidakselarasan diplomatik

Sejak masa kampanye, Prabowo menunjukkan sinyal keterbukaan terhadap alternatif aliansi strategis di luar Barat, termasuk kedekatan dengan Rusia dan China. Amerika Serikat boleh jadi menilai langkah ini tidak sejalan dengan kepentingannya di kawasan Indo-Pasifik, sehingga menahan diri untuk memberikan perhatian besar dalam pelantikan.

Ketidakhadiran perwakilan resmi juga dapat dipahami sebagai bentuk "silent protest" atau ketidaksepakatan simbolis terhadap arah pemerintahan baru, terutama jika Indonesia tampak lebih condong kepada kekuatan seperti Rusia.

2. Reorientasi Kebijakan Prabowo : Warisan Soekarno

Jika Prabowo benar-benar ingin membangun kembali hubungan erat dengan Rusia, ini bisa dilihat sebagai upaya untuk menghidupkan kembali jejak politik bebas aktif ala Soekarno di era Perang Dingin, ketika Indonesia berusaha menyeimbangkan kekuatan dunia. Saat itu, Soekarno menjalin kerjasama erat dengan Uni Soviet dan blok Timur, yang dilihat sebagai upaya untuk mandiri dari hegemoni Barat.

Prabowo bisa jadi juga sengaja memperlihatkan orientasi baru sejak awal pemerintahannya, dengan memperkuat hubungan dengan Rusia. Kehadiran utusan Putin lebih awal adalah sinyal penting bahwa Indonesia di bawah Prabowo ingin mengambil jarak dari dominasi diplomatik Barat dan AS.

3. Fokus AS pada Prioritas Domestik atau Regional

Mengingat dinamika global yang sedang berlangsung, seperti krisis di Ukraina, konflik Israel-Arab Palestina, atau masalah domestik, AS memutuskan bahwa pelantikan Prabowo di Indonesia tidak menjadi prioritas utama. Ini dapat dimaknai sebagai bukan penolakan total, tetapi lebih karena keterbatasan fokus diplomatik saat ini.

Absennya delegasi tinggi tidak berarti hubungan antara Indonesia dan AS terputus. Hubungan ekonomi dan keamanan bisa tetap berlanjut secara fungsional, walaupun tidak terlihat dalam momentum simbolis seperti pelantikan ini.

4. Pesan Diplomatik dari Prabowo : Menghindari Ketergantungan

Absennya perwakilan AS juga bisa menjadi bagian dari strategi politik Prabowo untuk menegaskan kemandirian diplomasi Indonesia. Prabowo ingin menunjukkan bahwa pemerintahan barunya tidak akan bergantung pada Amerika, dan justru akan membuka ruang bagi kekuatan alternatif seperti Rusia dan China.

Sejalan dengan tradisi politik Indonesia, Prabowo juga berupaya memperkuat politik non-blok yang lebih relevan dalam konteks geopolitik baru. Ini akan memberikan fleksibilitas bagi Indonesia untuk bekerjasama dengan berbagai negara tanpa terikat blok manapun.

Ketidakhadiran perwakilan AS pada pelantikan Prabowo bisa dilihat sebagai bagian dari ketegangan diplomatik atau perbedaan prioritas. Prabowo tampaknya ingin menggunakan momentum ini untuk menegaskan kemandirian politik luar negeri Indonesia dan membuka ruang bagi hubungan baru, khususnya dengan Rusia. Langkah ini bisa dilihat sebagai upaya membangkitkan warisan kebijakan bebas aktif ala Soekarno, dengan fokus pada kemandirian dan diversifikasi aliansi.

Namun, perlu dicermati apakah orientasi ini akan berlangsung konsisten atau hanya sekadar sinyal awal dalam manuver politik jangka pendek.

Joyogrand, Malang, Sat', Oct' 19, 2024.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun