Ambillah Sikap Yang Tepat Terhadap Prabowo dan Jokowi
Mengikuti recok-recok pemanggilan calon-calon Menteri di Kabinet Prabowo ke depan ini, tak ayal kita pun pusing, karena polanya tidak seperti di negeri demokratis modern. Kalau kemarin dikasak-kusukkan KIM terbuka untuk PDIP, Nasdem dan PKS, mengapa justeru jelang peralihan kekuasaan 20 Oktober ini tidak ada calon Menteri Nasdem, PDIP dan PKS yang dipanggil Prabowo.
Okaylah, tampaknya ada strategi tertentu dari Prabowo Soebianto dalam menyusun kabinet bayangannya menjelang pergantian kekuasaan pada 20 Oktober 2024. Tidak memanggil calon menteri dari partai seperti Nasdem, PDIP, dan PKS bisa menjadi indikasi adanya ketegangan atau perbedaan pandangan politik dengan partai-partai tersebut.
Nasdem, PDIP, dan PKS telah menunjukkan posisi politik yang tidak selalu sejalan dengan Prabowo. Nasdem dan PKS selama ini dianggap lebih dekat dengan kubu Anies Baswedan, sementara PDIP memiliki calon presiden sendiri, yaitu Ganjar Pranowo. Ketiganya berada di luar lingkaran koalisi utama Prabowo dan boleh jadi tidak menjadi prioritas dalam penyusunan kabinet saat ini.
Utak-atik gathuk
Dengan "utak-atik gathuk" Prabowo ingin memastikan loyalitas dan dukungan politik yang solid dari partai-partai koalisi utamanya, seperti Gerindra, Golkar, dan PAN, sebelum mempertimbangkan kandidat dari partai di luar koalisi. Ini bisa menjadi upaya untuk membentuk kabinet yang lebih kompak dan selaras dengan visi politiknya.
Dalam Sistem Demokrasi Sempoyongan seperti ini, apapun masih bisa berubah. Konsolidasi politik dan negosiasi koalisi yang melibatkan berbagai partai bisa saja terjadi dalam waktu dekat, terutama menjelang pelantikan presiden baru.
Dalam kondisi gamang seperti ini selalu dimainkan kartu bahwa Prabowo sudah ketemu dengan Puan dan sedang membahas segala sesuatunya tentang peralihan kekuasaan 20 Oktober 2024 ini. Inilah saya pikir bentuk kemunafikan politik kita yang tak kunjung berubah..
Pertemuan antara Prabowo Subianto dan Puan Maharani serta diskusi tentang peralihan kekuasaan pada 20 Oktober 2024 okaylah bisa dianggap sebagai bagian dari strategi politik. Pertemuan ini dimaksudkan untuk memberi sinyal adanya komunikasi dan upaya rekonsiliasi antara kubu yang berseberangan. Namun, dalam sistem politik sempoyongan, langkah seperti ini juga bisa digunakan untuk menciptakan ketidakpastian dan menjaga posisi tawar.
Gamang