Ada beberapa alasan mengapa situasi "gamang" ini terus berlanjut dan pertemuan Prabowo-Puan dijadikan kartu politik.
PDIP merupakan partai dengan pengaruh besar dan memiliki kursi signifikan di parlemen. Menjaga hubungan baik dengan PDIP, meskipun partai tersebut memiliki calon presiden sendiri (Ganjar Pranowo), dapat menguntungkan Prabowo. Pertemuan dengan Puan dapat dilihat sebagai sinyal bahwa komunikasi tetap terbuka dan ada kemungkinan kerjasama, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam pemerintahan mendatang.
Dengan menunjukkan kedekatan dengan salah satu tokoh penting PDIP seperti Puan, Prabowo bisa menimbulkan kesan bahwa PDIP tidak sepenuhnya solid mendukung Ganjar atau bahkan membuka ruang negosiasi untuk masuk ke pemerintahan jika Prabowo terpilih. Ini bisa memecah perhatian dan strategi partai lawan serta mempengaruhi kalkulasi politik PDIP.
Pertemuan-pertemuan semacam ini sering digunakan sebagai alat untuk menegosiasikan kekuasaan, posisi, atau kebijakan tertentu. Politik simbolis semacam ini dapat memberikan gambaran bahwa Prabowo terbuka untuk berkoalisi dengan berbagai pihak, meskipun ada konflik atau ketidaksepahaman. Ini bisa digunakan untuk menjaga hubungan dan mengelola ketidakpastian politik di saat peralihan kekuasaan.
Pertemuan semacam ini pun dapat menenangkan sebagian kalangan yang khawatir tentang potensi instabilitas saat peralihan kekuasaan. Dengan menunjukkan adanya dialog antara Prabowo dan PDIP, bisa menciptakan kesan bahwa proses transisi akan berjalan dengan lancar dan terkendali.
So, meskipun ada unsur permainan politik di balik langkah ini, bisa juga dipandang sebagai bagian dari proses alami dalam politik untuk menjaga kestabilan dan membuka ruang negosiasi di tengah situasi yang kompleks. Apakah itu munafik atau tidak, tergantung dari perspektif masing-masing terhadap permainan politik yang selalu mengandung unsur kompromi dan manuver.
Lalu bagaimana dengan Nasdem dan PKS sendiri yang keduanya menyerahkan sepenuhnya pembentukan Kabinet kepada presiden terpilih Prabowo. Kita pun lagi-lagi bertanya-tanya apakah sifat ini jujur atau bentuk kemunafikan juga.
Kembali ke utak-atik gathuk, sikap Nasdem dan PKS yang menyerahkan sepenuhnya pembentukan kabinet kepada presiden terpilih Prabowo bisa dilihat dari beberapa sudut pandang. Bisa kejujuran politik atau strategi politik terselubung.
Kejujuran dan realisme politik
Dengan tidak berada dalam koalisi utama yang mendukung Prabowo sejak awal, Nasdem dan PKS mungkin menyadari mereka tidak dalam posisi yang kuat untuk memaksakan masuk ke kabinet. Sikap menyerahkan sepenuhnya pembentukan kabinet kepada presiden terpilih bisa jadi adalah pengakuan realistis atas posisi politik mereka.