Meningkatkan jumlah dokter merupakan langkah awal yang baik, tetapi harus diiringi dengan kebijakan struktural yang holistik dan komprehensif untuk mengatasi ketimpangan distribusi tenaga kesehatan dan meningkatkan kualitas layanan di seluruh wilayah Indonesia.
Ketimpangan distribusi dokter
Permasalahan kekurangan dan ketimpangan distribusi dokter di Indonesia merupakan isu yang kompleks dan multidimensi. Untuk menganalisis situasi ini, beberapa aspek kunci harus dipertimbangkan, termasuk perbandingan rasio dokter terhadap populasi, distribusi geografis, infrastruktur kesehatan, dan faktor sosioekonomi.
1. Rasio dokter dan standar WHO
WHO menetapkan rasio ideal adalah satu dokter per 1.000 penduduk. Dengan populasi Indonesia yang diperkirakan mencapai 280 juta pada semester pertama 2024, idealnya ada 280 ribu dokter. Saat ini, Indonesia hanya memiliki sekitar 170 ribu dokter, yang menghasilkan rasio 0,47 dokter per 1.000 penduduk.
Rasio ini menunjukkan jumlah dokter di Indonesia masih jauh di bawah standar global, mengindikasikan adanya kekurangan yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan layanan kesehatan dasar. Kekurangan sekitar 110 ribu dokter menjadi tantangan besar untuk memastikan setiap warga negara memiliki akses yang memadai terhadap pelayanan kesehatan.
2. Ketimpangan distribusi geografis
Data menunjukkan distribusi dokter tidak merata, dengan mayoritas tenaga medis terkonsentrasi di Jawa dan Bali. Sementara itu, propinsi seperti Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, dan Gorontalo mengalami kekurangan yang signifikan, dengan masing-masing hanya memiliki sekitar 500-600 dokter.
Ketimpangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan keberadaan fasilitas kesehatan (puskesmas dan rumahsakit) yang lebih banyak di kota-kota besar. Distribusi tidak merata ini menyebabkan daerah terpencil dan pedesaan kesulitan mengakses layanan kesehatan yang memadai, sehingga meningkatkan risiko terhadap kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.
3. Faktor penyebab ketimpangan distribusi dokter
Jumlah dan kepadatan penduduk. Daerah dengan jumlah dan kepadatan penduduk tinggi cenderung menarik lebih banyak dokter karena tingginya permintaan layanan kesehatan dan potensi pendapatan yang lebih besar. Di sisi lain, daerah dengan populasi kecil atau tersebar cenderung memiliki lebih sedikit dokter.