Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bung Karno dan SBH yang Legendaris di Sukabumi

4 September 2024   16:50 Diperbarui: 4 September 2024   17:02 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bung Karno dan SBH Yang Legendaris di Sukabumi

Pelabuan Ratu adalah ibukota Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dan dikenal sebagai kawasan wisata yang menarik dengan pantai yang menawan serta kekayaan alam yang potensial. Sejak era otonomi daerah (Otda) dimulai pada awal tahun 2000-an, perkembangan Pelabuan Ratu sebagai ibukota Kabupaten Sukabumi mengalami beberapa perubahan.

Pelabuan Ratu memiliki luas wilayah sekitar 110,34 km. Wilayah ini mencakup area perkotaan dan beberapa desa di sekitarnya, yang sebagian besar berada di kawasan pesisir selatan Jawa Barat. Populasi Pelabuan Ratu terus berkembang sejak era Otda dimulai. Berdasarkan data terbaru yang tersedia, jumlah penduduk Pelabuan Ratu diperkirakan sekitar 70.000 hingga 100.000 orang. Angka ini terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan infrastruktur di wilayah tersebut.

Sejak diberlakukannya Otda, pemerintah Kabupaten Sukabumi telah fokus pada pembangunan infrastruktur di Pelabuan Ratu. Ini termasuk peningkatan jalan raya, jembatan, fasilitas publik, dan pusat pemerintahan untuk mendukung kegiatan administratif dan pelayanan masyarakat.

Pelabuan Ratu terkenal dengan pantainya yang menjadi destinasi wisata populer, seperti Pantai Karang Hawu, Pantai Cibangban, dan Pantai Citepus. Sektor pariwisata menjadi pilar utama ekonomi daerah, dan pemerintah daerah aktif mempromosikan pariwisata untuk menarik lebih banyak wisatawan. Selain itu, sektor perikanan juga tetap menjadi tulang punggung ekonomi, mengingat letaknya yang strategis di pesisir.

Samudera Beach Hotel (SBH)

Terkini tentang Pelabuan Ratu cukup mengejutkan, yi pemerintahan baru di bawah Prabowo Soebianto dan Gibran Rakabuming Raka sedang mengkaji langkah strategis untuk membubarkan beberapa BUMN yang bergerak di sektor perhotelan.

Prabowo dalam acara Mandiri Investment Forum (MIF) pada Maret 2024 menyatakan Indonesia saat ini tidak membutuhkan hotel-hotel milik BUMN. Menurutnya, sektor swasta seharusnya memiliki keleluasaan lebih dalam mengembangkan pariwisata di tanah air. Prabowo menegaskan pada era 1950-an, pemerintah berperan sebagai pelopor dalam mengembangkan pariwisata. Namun kini seiring dengan berkembangnya sektor swasta, peran pemerintah seharusnya lebih terbatas.

Sementara suara.com menginfokan Ketua Satgas Perumahan Tim Transisi Prabowo-Gibran yang juga adalah adik presiden terpilih, yi Hashim Djojohadikusumo, menyebut penjualan hotel-hotel milik BUMN adalah salah satu rencana yang sudah disampaikan Prabowo. "Hotel-hotel pemerintah (BUMN) itu. Itu mungkin dijual," kata Hashim.

Membaca perubahan arah kebijakan yang signifikan terkait peran BUMN di sektor pariwisata

1. Perubahan paradigma pengelolaan sektor pariwisata

Pernyataan Prabowo menunjukkan adanya perubahan paradigma dalam pengelolaan sektor pariwisata di Indonesia. Pada era 1950-an, peran pemerintah melalui BUMN dianggap penting untuk mempelopori pembangunan infrastruktur dasar, termasuk hotel, untuk mendukung pariwisata. Namun, dengan berkembangnya sektor swasta, pemerintah sekarang cenderung mengurangi keterlibatannya di sektor ini dan menyerahkannya lebih banyak kepada mekanisme pasar.

Ini menandakan pergeseran kebijakan menuju pendekatan pro-pasar yang lebih kuat, di mana sektor swasta dianggap lebih efisien dan dinamis dalam mengelola bisnis perhotelan dan pariwisata dibandingkan dengan BUMN.

2. Potensi penjualan aset BUMN di sektor perhotelan

Hashim Djojohadikusumo, Ketua Satgas Perumahan Tim Transisi Prabowo-Gibran, mengonfirmasi bahwa penjualan hotel-hotel milik BUMN menjadi salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan. Jika kebijakan ini diterapkan, maka akan ada perubahan besar dalam kepemilikan dan pengelolaan aset-aset pariwisata yang selama ini dikelola oleh BUMN.

Penjualan aset BUMN ini bisa dilihat sebagai upaya untuk mengurangi beban negara, meningkatkan efisiensi, dan mempercepat pertumbuhan sektor pariwisata melalui investasi swasta. Namun, perlu diperhatikan bahwa langkah ini juga dapat menimbulkan tantangan baru, seperti bagaimana memastikan transisi yang adil dan tidak merugikan pegawai dan pemangku kepentingan lainnya.

3. Implikasi bagi Samudra Beach Hotel (SBH) dan hotel-hotel BUMN lainnya

Samudra Beach Hotel (SBH) di Pelabuan Ratu, Sukabumi, merupakan salah satu hotel yang dikelola oleh BUMN melalui PT Hotel Indonesia Group. Jika rencana ini dijalankan, hotel-hotel seperti SBH mungkin akan dijual atau dialihfungsikan kepada pihak swasta. Hal ini berpotensi membawa perubahan dalam manajemen, standar layanan, dan mungkin model bisnis hotel tersebut.

Dampak dari penjualan ini perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek, termasuk bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi daya tarik pariwisata di wilayah-wilayah yang memiliki hotel-hotel BUMN, serta bagaimana mengelola dampak sosial-ekonomi dari langkah tersebut.

Bung Karno dan SBH

Samudra Beach Hotel (SBH) di Pelabuan Ratu, Sukabumi, adalah contoh menarik dari upaya Presiden Soekarno tempo doeloe untuk membangkitkan perekonomian melalui pariwisata, dengan inspirasi dari perkembangan kota-kota dunia seperti Las Vegas yang menggabungkan pariwisata dan perjudian. Namun, karena faktor sosial, budaya, dan politik, ide ini tidak sepenuhnya terlaksana seperti yang dibayangkan.

SBH dibangun sebagai bagian dari strategi Bung Karno untuk menghidupkan kembali Pelabuan Ratu sebagai pusat pariwisata dan ekonomi. Dengan visi menggabungkan pariwisata dan fasilitas mewah seperti kasino, Bung Karno berharap menarik wisatawan kelas atas, baik dari dalam maupun luar negeri. Infrastruktur pendukung seperti landasan helikopter dan rencana pelabuhan pesiar menunjukkan upaya serius untuk mengatasi kendala aksesibilitas.

Penolakan dari kelompok Islam dan perubahan kebijakan pemerintah pada masa itu (termasuk pelarangan perjudian dan budaya barat yang dianggap negatif) mengakibatkan perubahan signifikan dalam rencana awal SBH. Hal ini menunjukkan adanya benturan antara visi modernisasi Bung Karno dengan dinamika sosial dan politik masyarakat Indonesia yang konservatif pada era tersebut.

Setelah kemerdekaan dan pada periode transisi politik, Pelabuan Ratu mengalami penurunan ekonomi. Akses jalan darat yang buruk menjadi kendala utama, meskipun ada upaya untuk menghidupkan kembali melalui lapangan terbang sementara.

Masalah SBH saat Ini

Saat ini, SBH dikelola oleh BUMN PT Hotel Indonesia Natour (HIN) melalui PT Hotel Indonesia Group (HIG). Dengan rencana pembubaran beberapa BUMN di sektor perhotelan di bawah pemerintahan baru Prabowo Soebianto dan Gibran Rakabuming Raka, SBH menghadapi ketidakpastian masa depan.

Dengan gagasan untuk menjual hotel-hotel milik BUMN, SBH bisa saja menjadi salah satu aset yang dialihkan kepada pihak swasta. Namun, perlu dipertimbangkan bagaimana menjaga nilai sejarah dan kebudayaan yang terkandung dalam bangunan ini.

Masalah akses jalan darat yang sering bermasalah karena kondisi jalan yang kurang layak dan pergerakan tanah, serta kurangnya infrastruktur transportasi alternatif, tetap menjadi tantangan utama bagi pengembangan pariwisata di Pelabuhan Ratu.

Mempertahankan SBH sebagai ikon sejarah

Untuk mempertahankan dan mengembangkan SBH sebagai ikon sejarah dan pariwisata Sukabumi, beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan meliputi antara lain restorasi dan revitalisasi berbasis Sejarah. Melakukan restorasi SBH dengan tetap mempertahankan elemen-elemen sejarah dan arsitektur aslinya. Ini bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan ahli sejarah, arsitek konservasi, dan komunitas lokal untuk memastikan nilai-nilai historis tetap terjaga. Fokus utama bisa diarahkan pada pengembangan SBH sebagai hotel bersejarah yang menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan; diversifikasi produk dan layanan pariwisata. 

Mengembangkan konsep pariwisata yang lebih luas di sekitar SBH dan Pelabuan Ratu, seperti ekowisata, wisata budaya, dan wisata sejarah. Program-program seperti tur sejarah, pameran budaya, dan event-event lokal bisa menarik wisatawan domestik dan internasional; peningkatan infrastruktur akses. Mengembangkan infrastruktur transportasi yang lebih efisien dan memadai, seperti jalan raya yang lebih baik, kereta api, atau bandara kecil, bisa menjadi katalisator untuk pertumbuhan pariwisata di wilayah ini. 

Investasi dalam infrastruktur aksesibilitas sangat penting untuk mendukung pengembangan pariwisata; pengelolaan publik-privat yang inovatif. Jika pemerintah memutuskan untuk melibatkan sektor swasta, model kemitraan publik-swasta bisa dipertimbangkan. Dalam model ini, pihak swasta bisa dilibatkan untuk mengelola hotel dengan standar internasional, tetapi pemerintah atau lembaga daerah tetap memegang peran dalam mengawasi dan melindungi nilai sejarah dan budaya; program promosi dan branding ulang. 

SBH dan Pelabuan Ratu bisa dipromosikan sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya yang unik dengan narasi yang mengangkat jejak peninggalan Bung Karno. Branding ulang dengan fokus pada nilai historis dan keunikan lokal bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mencari pengalaman otentik.

Menghidupkan kembali SBH sebagai ikon pariwisata akan membantu memulihkan perekonomian Pelabuan Ratu dan sekitarnya dengan menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah, serta meningkatkan pendapatan daerah.

Dengan strategi yang tepat, SBH bisa menjadi model pelestarian warisan budaya yang sukses, yang memadukan kepentingan ekonomi dan budaya. Ini bisa menjadi contoh bagi tempat-tempat lain di Indonesia.

Mengembangkan SBH sebagai tujuan wisata sejarah dan budaya bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik domestik maupun internasional, yang mencari destinasi wisata dengan cerita dan nilai historis yang kuat.

Masa depan Samudra Beach Hotel (SBH) di Pelabuan Ratu bergantung pada bagaimana pemerintah dan masyarakat setempat menavigasi antara pelestarian sejarah, pengembangan ekonomi, dan dinamika sosial-budaya. Dengan strategi yang tepat, SBH tidak hanya bisa menjadi ikon sejarah yang dilestarikan tetapi juga motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Sukabumi, sebagaimana yang diimpikan oleh Bung Karno.

Lihat :

https://www.sukabumiupdate.com/sukabumi/146552/sbh-bakal-dijual-prabowo-dulu-bung-karno-ingin-buat-las-vegas-di-hotel-sukabumi-ini

https://beritausukabumi.com/siapa-yang-minat-hotel-grand-inna-sbh-palabuhanratu-sukabumi-akan-dijual/

Joyogrand, Malang, Wed', Sept' 04, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun