SBH dibangun sebagai bagian dari strategi Bung Karno untuk menghidupkan kembali Pelabuan Ratu sebagai pusat pariwisata dan ekonomi. Dengan visi menggabungkan pariwisata dan fasilitas mewah seperti kasino, Bung Karno berharap menarik wisatawan kelas atas, baik dari dalam maupun luar negeri. Infrastruktur pendukung seperti landasan helikopter dan rencana pelabuhan pesiar menunjukkan upaya serius untuk mengatasi kendala aksesibilitas.
Penolakan dari kelompok Islam dan perubahan kebijakan pemerintah pada masa itu (termasuk pelarangan perjudian dan budaya barat yang dianggap negatif) mengakibatkan perubahan signifikan dalam rencana awal SBH. Hal ini menunjukkan adanya benturan antara visi modernisasi Bung Karno dengan dinamika sosial dan politik masyarakat Indonesia yang konservatif pada era tersebut.
Setelah kemerdekaan dan pada periode transisi politik, Pelabuan Ratu mengalami penurunan ekonomi. Akses jalan darat yang buruk menjadi kendala utama, meskipun ada upaya untuk menghidupkan kembali melalui lapangan terbang sementara.
Masalah SBH saat Ini
Saat ini, SBH dikelola oleh BUMN PT Hotel Indonesia Natour (HIN) melalui PT Hotel Indonesia Group (HIG). Dengan rencana pembubaran beberapa BUMN di sektor perhotelan di bawah pemerintahan baru Prabowo Soebianto dan Gibran Rakabuming Raka, SBH menghadapi ketidakpastian masa depan.
Dengan gagasan untuk menjual hotel-hotel milik BUMN, SBH bisa saja menjadi salah satu aset yang dialihkan kepada pihak swasta. Namun, perlu dipertimbangkan bagaimana menjaga nilai sejarah dan kebudayaan yang terkandung dalam bangunan ini.
Masalah akses jalan darat yang sering bermasalah karena kondisi jalan yang kurang layak dan pergerakan tanah, serta kurangnya infrastruktur transportasi alternatif, tetap menjadi tantangan utama bagi pengembangan pariwisata di Pelabuhan Ratu.
Mempertahankan SBH sebagai ikon sejarah
Untuk mempertahankan dan mengembangkan SBH sebagai ikon sejarah dan pariwisata Sukabumi, beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan meliputi antara lain restorasi dan revitalisasi berbasis Sejarah. Melakukan restorasi SBH dengan tetap mempertahankan elemen-elemen sejarah dan arsitektur aslinya. Ini bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan ahli sejarah, arsitek konservasi, dan komunitas lokal untuk memastikan nilai-nilai historis tetap terjaga. Fokus utama bisa diarahkan pada pengembangan SBH sebagai hotel bersejarah yang menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan; diversifikasi produk dan layanan pariwisata.Â
Mengembangkan konsep pariwisata yang lebih luas di sekitar SBH dan Pelabuan Ratu, seperti ekowisata, wisata budaya, dan wisata sejarah. Program-program seperti tur sejarah, pameran budaya, dan event-event lokal bisa menarik wisatawan domestik dan internasional; peningkatan infrastruktur akses. Mengembangkan infrastruktur transportasi yang lebih efisien dan memadai, seperti jalan raya yang lebih baik, kereta api, atau bandara kecil, bisa menjadi katalisator untuk pertumbuhan pariwisata di wilayah ini.Â
Investasi dalam infrastruktur aksesibilitas sangat penting untuk mendukung pengembangan pariwisata; pengelolaan publik-privat yang inovatif. Jika pemerintah memutuskan untuk melibatkan sektor swasta, model kemitraan publik-swasta bisa dipertimbangkan. Dalam model ini, pihak swasta bisa dilibatkan untuk mengelola hotel dengan standar internasional, tetapi pemerintah atau lembaga daerah tetap memegang peran dalam mengawasi dan melindungi nilai sejarah dan budaya; program promosi dan branding ulang.Â