Guterres mengunjungi Timor Leste dalam peringatan 25 tahun jajak pendapat, yang diselenggarakan 30 Agustus 1999 dan berujung Timor Timur berpisah dari Indonesia.
"Kemerdekaan Timor Leste adalah hadiah bagi dunia karena menunjukkan konflik dapat diselesaikan melalui negosiasi," kata Sekjen PBB Antonio Guterres pada hari Jumat 30 Agustus ybl di Dili.
Tonggak sejarah tersebut ditandai dengan mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang mereka yang meninggal selama pergerakan kemerdekaan Timor Leste.Â
Selain itu, juga digelar pawai melalui pesisir kota Dili, serta pidato oleh PM Xanana Gusmao dan Presiden Jose Ramos-Horta, dua tokoh utama Timor Leste sekarang.
Jika Timor-Leste menerima banyak hal dari PBB, sebenarnya negara ini juga memberikan banyak hal kepada PBB dan dunia. "Pembicaraan yang dimediasi oleh PBB menunjukkan kepada dunia sebuah konflik dapat diselesaikan di meja perundingan," kata Guterres.
Timor Timur, yang sekarang menjadi Timor Leste, secara resmi memperoleh kemerdekaan pada tahun 2002 setelah jajak pendapat lewat pemungutan suara yang diawasi oleh PBB pada tahun 1999. Lebih dari 78% penduduk Timor Timur memilih opsi kemerdekaan pada referendum itu. Dan hasil ini masih dipertanyakan hingga sekarang oleh warga Indonesia eks ProVinsi Timor Timur
Indonesia memasuki Timor Timur pada tahun 1975, menguasai Timtim selama lebih dari dua dekade. Sebelum Indonesia, negara tersebut diperintah oleh kekuasaan kolonial Portugal.
Seperempat abad setelah memperoleh kemerdekaan, negara berpenduduk 1,3 juta jiwa ini masih menghadapi berbagai masalah signifikan. Timor Leste berupaya mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak dan gas, serta membina generasi pemimpin baru.
Capek
Capek memang membaca pernyataan kosong Sekjen PBB seperti itu. Benar, peringatan 25 tahun referendum kemerdekaan Timor Leste merupakan momen refleksi yang mendalam, tidak hanya bagi rakyat Timor Leste tetapi juga bagi komunitas internasional.Â