Berkeliling Dunialah Setelah Anak-Anak Lulus Literasi Keuangan
Berbeda dengan Robert Kiyosaki yang mengajarkan orang berinvestasi pasif seperti membeli properti misalnya. Di Ausie lain lagi, mengajarkan anak-anak literasi keuangan membantu para lansia mempersiapkan masa pensiun mereka,
Menurut seorang penasihat keuangan, warga Ausie dapat mempersiapkan diri untuk masa pensiun yang lebih nyaman dengan mengajarkan anak-anak mereka literasi keuangan. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Sebuah studi OECD menemukan hanya 34 persen orang dewasa yang mencapai target skor minimum pada literasi keuangan.
Menurut para ahli, mengajarkan anak-anak kedisiplinan, penetapan tujuan, dan menunda kepuasan merupakan titik awal yang baik untuk membangun literasi keuangan.
Pasangan yang baru pensiun, Andrew dan Michele Ryan, sedang menjalani "tahun-tahun penuh semangat", dan tengah berkeliling dunia alih-alih menyimpan tabungan untuk anak-anak mereka.
Pasangan itu menganggap kebebasan mereka berkat kemandirian finansial putri mereka --- yang keduanya berusia 20-an --- dan pendidikan keuangan yang ketat yang mereka berikan dengan keras kepada anak-anak mereka saat mereka masih kecil. "Hal ini membuat kami merasa nyaman karena kami tidak khawatir untuk mewariskan uang kepada mereka karena kami tahu mereka memiliki keterampilan untuk menghasilkan uang," kata Mr. Ryan.
"Kami sebenarnya punya teman yang memastikan mereka punya uang untuk anak-anak mereka dan mereka masih membayarnya di usia 40-an."
Fenomena tersebut memberikan gambaran yang menarik tentang bagaimana literasi keuangan dapat mengubah kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Namun, implementasi konsep ini di Indonesia tentu saja memiliki tantangan dan nuansa yang berbeda.
Tingkat pendapatan yang sangat bervariasi di Indonesia membuat akses terhadap pendidikan keuangan menjadi tidak merata. Masyarakat berpenghasilan rendah seringkali lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dasar ketimbang pendidikan finansial.
Banyak produk keuangan di Indonesia yang dianggap kompleks dan sulit dipahami oleh masyarakat awam, sehingga menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan.
Budaya konsumtif yang tinggi di kalangan masyarakat membuat banyak orang kesulitan untuk menabung dan berinvestasi.
Banyak orang Indonesia cenderung lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini ketimbang merencanakan masa depan.
Peluang
Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia sesungguhnya membuka peluang bagi pengembangan aplikasi dan platform finansial yang lebih sederhana dan mudah diakses.
Generasi muda di Indonesia cenderung lebih terbuka terhadap teknologi dan informasi, sehingga mereka lebih mudah diajak untuk belajar tentang literasi keuangan.
Pemerintah Indonesia semakin menyadari pentingnya literasi keuangan dan telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung pengembangannya.
Indonesia memiliki populasi yang sangat besar, sehingga pasar untuk produk dan layanan keuangan sangat potensial.
Pendidikan keuangan sejak dini
Materi literasi keuangan harus dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Sekolah dapat menyelenggarakan program ekstrakurikuler yang berkaitan dengan keuangan, seperti simulasi pasar saham atau kompetisi bisnis.
Sekolah perlu bekerjasama dengan orangtua untuk memberikan pendidikan keuangan di rumah.
Kampanye literasi keuangan dapat dilakukan melalui media sosial dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan menarik.
Influencer dapat diajak untuk mempromosikan literasi keuangan kepada pengikut mereka.
Media massa dapat berperan penting dalam menyebarluaskan informasi tentang literasi keuangan.
Pengembangan produk keuangan yang inovatif
Pengembangan produk mikroinvestasi yang memungkinkan masyarakat berinvestasi dengan jumlah yang kecil.
Pengembangan aplikasi finansial yang mudah digunakan dan memiliki fitur yang lengkap.
Penguatan pengawasan terhadap industri keuangan
Pemerintah perlu membuat regulasi yang ketat untuk melindungi konsumen dan mencegah praktik-praktik yang tidak fair.
Lembaga keuangan harus memberikan informasi yang transparan kepada konsumen tentang produk dan layanan yang mereka tawarkan.
Contoh Praktis
GoPay dan OVO. Kedua aplikasi dompet digital ini telah berhasil menjangkau jutaan pengguna di Indonesia dan menawarkan berbagai fitur finansial, seperti transfer uang, pembayaran tagihan, dan investasi.
Sekolah Pasar Modal. Program Sekolah Pasar Modal yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pasar modal.
Program Simpanan Pelajar. Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menumbuhkan budaya menabung sejak dini.
Peningkatan literasi keuangan di Indonesia merupakan tantangan yang kompleks namun penting. Dengan upaya bersama dari pemerintah, lembaga keuangan, masyarakat, dan sektor swasta, kita dapat membangun masyarakat Indonesia yang lebih cerdas secara finansial dan siap menghadapi masa depan.
Literasi keuangan adalah proses yang berkelanjutan. Tidak ada solusi instan, tetapi dengan komitmen dan kerjasama yang baik, kita dapat mencapai tujuan untuk membangun masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera secara finansial.
Budaya
Budaya Indonesia, dengan kekayaan dan keragamannya, menyimpan potensi besar untuk menjadi katalisator dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Namun, seperti halnya koin, budaya juga memiliki dua sisi yang perlu diperhatikan.
Orientasi pada kebutuhan saat Ini. Budaya konsumtif yang semakin menjamur seringkali mendorong masyarakat untuk lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan saat ini daripada menabung atau berinvestasi untuk masa depan. Iklan yang gencar serta mudahnya akses kredit turut memperkuat perilaku konsumtif ini.
Stigma terhadap utang. Meskipun utang dapat menjadi alat yang berguna untuk mencapai tujuan finansial, stigma negatif terhadap utang masih kuat di masyarakat. Hal ini membuat banyak orang menghindari produk keuangan seperti kredit, bahkan ketika mereka sangat membutuhkannya.
Peran keluarga besar. Keputusan finansial seringkali dipengaruhi oleh keluarga besar, terutama di pedesaan. Adanya kewajiban untuk membantu keluarga besar secara finansial dapat menghambat upaya individu untuk mencapai tujuan keuangan pribadi.
Kepercayaan terhadap takdir. Keyakinan bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan dapat membuat beberapa orang merasa tidak perlu merencanakan keuangan dengan matang.
Sisi Budaya sebagai Pendorong
Gotongroyong. Nilai gotongroyong dapat menjadi dasar yang kuat untuk membangun berbagai bentuk koperasi atau kelompok simpan pinjam. Melalui mekanisme ini, masyarakat dapat saling membantu dalam memenuhi kebutuhan finansial.
Hemat. Budaya hemat yang masih kuat di beberapa daerah di Indonesia dapat menjadi fondasi yang baik untuk menumbuhkan kebiasaan menabung.
Hormat pada orangtua. Nilai ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong orangtua memberikan pendidikan keuangan kepada anak-anak mereka sejak dini.
Keluarga besar. Keluarga besar dapat menjadi sumber dukungan sosial yang kuat dalam mengelola keuangan. Saling berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang keuangan dalam keluarga besar dapat meningkatkan literasi keuangan secara keseluruhan.
Mengoptimalkan sisi positif budaya
Adaptasi konsep keuangan ke dalam nilai budaya. Konsep-konsep keuangan seperti investasi dan perencanaan masa depan dapat dikaitkan dengan nilai-nilai budaya yang sudah ada. Misalnya, investasi dapat dijelaskan sebagai bentuk gotongroyong jangka panjang untuk masa depan keluarga.
Pemberdayaan tokoh masyarakat. Tokoh agama, adat, dan tokoh masyarakat lainnya dapat menjadi duta literasi keuangan yang efektif. Mereka dapat menyampaikan pesan tentang pentingnya literasi keuangan dengan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan nilai-nilai budaya setempat.
Pemanfaatan media tradisional. Selain media modern, media tradisional seperti wayang, ludruk, atau dongeng dapat digunakan untuk menyampaikan pesan tentang literasi keuangan.
Program literasi keuangan yang inklusif. Program literasi keuangan harus dirancang dengan mempertimbangkan keragaman budaya di Indonesia. Materi dan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah.
Contoh konkret implementasi
Koperasi desa. Pengembangan koperasi desa dengan produk-produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.
Program simpanan pelajar. Membiasakan anak-anak menabung sejak dini dengan melibatkan sekolah dan orangtua.
Kampanye literasi keuangan berbasis budaya. Mengadakan kampanye literasi keuangan yang menggabungkan unsur-unsur budaya lokal, seperti pertunjukan seni atau lomba membuat video pendek.
Kerjasama dengan lembaga keuangan. Membangun kemitraan dengan lembaga keuangan untuk menyediakan produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Budaya Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mendorong peningkatan literasi keuangan masyarakat. Dengan memahami nilai-nilai budaya yang relevan dan merancang program literasi keuangan yang sesuai, kita dapat mengatasi berbagai tantangan dan membangun masyarakat Indonesia yang lebih cerdas secara finansial.
Untuk memastikan program literasi keuangan relevan dan menarik bagi generasi muda, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan kreatif.
1. Kolaborasi dengan Influencer dan Content Creator
Kampanye Bersama. Menggandeng influencer dengan jumlah pengikut besar untuk membuat konten yang edukatif dan menghibur tentang keuangan. Misalnya, challenge #30HariMenabung atau #FinancialFreedom.
Webinar dan Live Streaming. Mengadakan webinar atau live streaming bersama influencer untuk menjawab pertanyaan langsung dari audiens.
Produk Kolaborasi. Membuat produk kolaborasi seperti merchandise atau aplikasi keuangan dengan branding influencer.
2. Memanfaatkan Teknologi Immersive
Virtual Reality (VR). Membuat pengalaman VR yang memungkinkan pengguna merasakan simulasi pengelolaan keuangan pribadi. Misalnya, simulasi membeli rumah atau berinvestasi di pasar saham.
Augmented Reality (AR). Menggunakan AR untuk memberikan visualisasi yang menarik tentang konsep keuangan. Misalnya, aplikasi AR yang menunjukkan pertumbuhan investasi dalam bentuk grafik 3D.
3. Membangun komunitas Online yang kuat
Platform Diskusi. Membuat forum online atau grup media sosial khusus untuk membahas topik-topik keuangan.
Mentoring. Menyelenggarakan program mentoring yang menghubungkan generasi muda dengan mentor profesional di bidang keuangan.
Event Online: Mengadakan event online seperti webinar, workshop, atau kompetisi dengan hadiah menarik.
4. Integrasi dengan kurikulum pendidikan
Mata Kuliah Keuangan Pribadi. Menambahkan mata kuliah keuangan pribadi ke dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi.
Studi Kasus. Menggunakan studi kasus yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, seperti kasus startup yang gagal karena masalah keuangan.
Proyek Kelompo.: Memberikan tugas proyek kelompok yang mengharuskan siswa untuk membuat rencana keuangan pribadi atau bisnis.
5. Kemitraan dengan Industri Kreatif
Musik dan Film. Membuat lagu atau film pendek yang mengangkat tema keuangan dengan cara yang kreatif dan menghibur.
Komik dan Manga. Membuat komik atau manga yang menceritakan kisah tentang karakter muda yang berhasil mencapai tujuan keuangannya.
6. Mengadaptasi Tren Populer
Meme dan GIF. Membuat meme dan GIF yang lucu dan informatif tentang keuangan.
Challenge di TikTok. Membuat tantangan yang viral di TikTok untuk meningkatkan kesadaran tentang literasi keuangan.
7. Memberikan Insentif
Hadiah dan Voucher. Memberikan hadiah atau voucher belanja untuk peserta yang aktif dalam program literasi keuangan.
Beasiswa. Menyediakan beasiswa bagi siswa berprestasi yang aktif dalam kegiatan literasi keuangan.
Contoh program literasi keuangan yang inovatif
"Fintech for Future". Program kompetisi inovasi fintech yang melibatkan mahasiswa untuk mengembangkan solusi keuangan yang inovatif.
"Financial Freedom Challenge". Tantangan 30 hari yang mengajak peserta untuk melakukan perubahan positif dalam kebiasaan keuangan mereka.
"Podcast Keuangan Remaja". Podcast yang membahas topik-topik keuangan yang relevan dengan kehidupan remaja dengan bahasa yang santai dan mudah dipahami.
Pentingnya evaluasi dan Iiterasi
Untuk memastikan keberhasilan program, perlu dilakukan evaluasi secara berkala. Kumpulkan umpan balik dari peserta, lakukan survei, dan analisis data untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Teruslah berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan tren dan teknologi yang ada.
Melibatkan generasi muda dalam pengembangan program literasi keuangan membutuhkan pendekatan yang kreatif, inovatif, dan relevan dengan gaya hidup mereka. Dengan menggabungkan berbagai strategi yang telah disebutkan di atas, kita dapat menciptakan generasi muda yang cerdas secara finansial dan siap menghadapi masa depan.
Joyogrand, Malang, Thu', August 15, 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H