Sisi Budaya sebagai Pendorong
Gotongroyong. Nilai gotongroyong dapat menjadi dasar yang kuat untuk membangun berbagai bentuk koperasi atau kelompok simpan pinjam. Melalui mekanisme ini, masyarakat dapat saling membantu dalam memenuhi kebutuhan finansial.
Hemat. Budaya hemat yang masih kuat di beberapa daerah di Indonesia dapat menjadi fondasi yang baik untuk menumbuhkan kebiasaan menabung.
Hormat pada orangtua. Nilai ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong orangtua memberikan pendidikan keuangan kepada anak-anak mereka sejak dini.
Keluarga besar. Keluarga besar dapat menjadi sumber dukungan sosial yang kuat dalam mengelola keuangan. Saling berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang keuangan dalam keluarga besar dapat meningkatkan literasi keuangan secara keseluruhan.
Mengoptimalkan sisi positif budaya
Adaptasi konsep keuangan ke dalam nilai budaya. Konsep-konsep keuangan seperti investasi dan perencanaan masa depan dapat dikaitkan dengan nilai-nilai budaya yang sudah ada. Misalnya, investasi dapat dijelaskan sebagai bentuk gotongroyong jangka panjang untuk masa depan keluarga.
Pemberdayaan tokoh masyarakat. Tokoh agama, adat, dan tokoh masyarakat lainnya dapat menjadi duta literasi keuangan yang efektif. Mereka dapat menyampaikan pesan tentang pentingnya literasi keuangan dengan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan nilai-nilai budaya setempat.
Pemanfaatan media tradisional. Selain media modern, media tradisional seperti wayang, ludruk, atau dongeng dapat digunakan untuk menyampaikan pesan tentang literasi keuangan.
Program literasi keuangan yang inklusif. Program literasi keuangan harus dirancang dengan mempertimbangkan keragaman budaya di Indonesia. Materi dan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah.
Contoh konkret implementasi