Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencari Batak Tempo Doeloe via Dr. Philip Oder Lumbantobing

12 Juli 2024   18:29 Diperbarui: 12 Juli 2024   18:32 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gorga atau Ukiramn Batak. (Sumber : shutterstock.com).

Mencari Batak Tempo Doeloe Via Dr. Philip Oder Lumbantobing

Prof Dr Philip Oder Lumbantobing, kelahiran Tarutung, Tapanuli Utara pada tahun 1921 adalah penulis disertasi klasik tentang orang Batak Toba, yi "The Structure Of The Toba Batak Belief In The High God". Ia meninggal pada tahun 1967.

Dr. Tobing lebih dikenal sebagai pakar antropologi, linguistik, dan teologi. Ia menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universitas Utrecht, Belanda, pada tahun 1956 dengan disertasi berjudul "The Structure of The Toba-Batak Belief in The High God" (Struktur Kepercayaan Masyarakat Batak Toba kepada Tuhan Yang Maha Tinggi) yang menganalisis konsep ketuhanan dalam kepercayaan masyarakat Batak Toba.

Disertasi Dr Philip Oder Lumbantobing

1. Struktur Kepercayaan

Menurut Tobing, masyarakat Batak Toba memiliki konsep tentang Tuhan Yang Maha Tinggi yang disebut Debata. Disertasi ini menelaah bagaimana Debata dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh namun memiliki manifestasi dalam tiga tingkatan dunia yi Tuan Bubi na Bolon - bersemayam di dunia atas; Silaon na Bolon - bersemayam di dunia tengah (Bumi); Pane na Bolon - bersemayam di dunia bawah.

Baca juga: Quo Vadis Papua

2. Mitos Kosmis

Tobing juga membahas mitos-mitos kosmis masyarakat Batak Toba yang menjelaskan asal usul dunia dan hubungannya dengan konsep ketuhanan. Disertasi ini menganalisis bagaimana mitos-mitos tersebut mendukung konsep tiga tingkatan manifestasi Debata.

3. Teori Antropologi

Tobing kemungkinan besar menggunakan teori antropologi tertentu, seperti teori "loi de participation" oleh Lucien Lvy-Bruhl, untuk memahami cara pandang masyarakat Batak Toba tentang hubungan antara dunia nyata dan dunia spiritual.

Itulah fokus utama disertasi Dr. Philip Oder Lumban Tobing. Ia fokus pada jejak Hindu dalam kepercayaan Batak Toba, meskipun tak sepenuhnya Hindu karena telah berasimilasi dengan kepercayaan lokal. Hal ini terlihat dari beberapa aspek, seperti Konsep Ketuhanan. Keberadaan Debata Mula Jadi na Bolon sebagai dewa tertinggi dalam kepercayaan Batak Toba memiliki kemiripan dengan konsep Brahman dalam agama Hindu; Struktur Kosmologi. Pembagian alam semesta menjadi tiga tingkatan dunia (atas, tengah, bawah) dalam kepercayaan Batak Toba mirip dengan konsep Triloka dalam agama Hindu; Ritual dan Upacara. Beberapa ritual dan upacara dalam kepercayaan Batak Toba, seperti penggunaan sesajen dan dupa, memiliki kemiripan dengan ritual Hindu.

Kepercayaan Batak Toba telah mengalami proses akulturasi dan asimilasi dengan budaya dan kepercayaan lokal selama berabad-abad. Hal ini menghasilkan beberapa perbedaan, seperti penekanan pada Leluhur. Kepercayaan Batak Toba memiliki penekanan yang kuat pada penghormatan kepada leluhur, yang tidak ditemukan dalam agama Hindu; Animisme. Kepercayaan Batak Toba juga memiliki unsur animisme, yaitu kepercayaan bahwa benda-benda tertentu memiliki roh. Hal ini tidak sesuai dengan ajaran agama Hindu.

Kepercayaan Batak Toba menunjukkan pengaruh Hindu yang telah berasimilasi dengan budaya dan kepercayaan lokal. Asimilasi ini menghasilkan suatu sistem kepercayaan yang unik dan berbeda dari agama Hindu.

Kepercayaan Batak Toba adalah contoh menarik dari akulturasi dan asimilasi budaya. Meskipun memiliki pengaruh Hindu, kepercayaan ini  telah berkembang menjadi sistem kepercayaan yang unik dengan ciri khasnya sendiri.

Pesisir timur atau barat

Sampai sekarang belum juga tersingkap masuk dari mana pengaruh Hindu itu, apakah dari arah pesisir timur Sumatera utara atau dari arah pesisir barat Sumatera Utara, karena artefak yang dapat dilihat sejauh ini hanyalah di Padanglawas yang disebut-sebut sebagai jejak Sriwijaya di Sumatera utara. Inipun berupa candi-candi Buddha dan bukan candi Hindu. Dan di daerah Toba sendiri jejak itu tak pernah kelihatan, kecuali buku laklak atau buku dari kulit kayu yang bertuliskan huruf Batak dan pengaruh Hindunya kentara seperti kepercayaan terhadap The High God seperti yang diteliti Dr Tobing.

Spekuasi pun berkembang seperti : 1. Jalur Perdagangan. Daerah Toba terhubung dengan pesisir barat Sumatera Utara melalui jalur perdagangan darat yang ramai, di mana kerajaan Hindu seperti Barus berada. Pedagang Hindu yang melintasi jalur ini kemungkinan membawa serta budaya dan kepercayaan mereka, termasuk konsep dewa-dewa Hindu, ritual keagamaan, dan simbol-simbol suci. Danau Toba yang luas memungkinkan perdagangan maritim dengan daerah lain. Pedagang Hindu dari India atau Sumatera Selatan dapat mengunjungi Toba dengan perahu, membawa pengetahuan dan kepercayaan baru, termasuk agama Hindu; 2. Misionaris. Kemungkinan adanya misionaris Hindu yang secara aktif menyebarkan agama mereka di Toba. Misionaris ini mendirikan kuil, menerjemahkan kitab suci Hindu ke bahasa Batak, dan mengajarkan konsep-konsep Hindu kepada masyarakat setempat; 3. Pengaruh Budaya. Masyarakat Batak Toba mungkin tertarik dengan beberapa aspek budaya Hindu, seperti konsep ketuhanan yang kompleks, ritual keagamaan yang indah, dan simbol-simbol suci yang penuh makna. Mereka mengadopsi unsur-unsur ini ke dalam kepercayaan lokal mereka, menyesuaikannya dengan konteks dan budaya mereka sendiri.; 4. Bukti yang terbatas. Kurangnya artefak Hindu di Toba dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Bahan-bahan seperti kayu dan tekstil mudah lapuk. Artefak mungkin terkubur di bawah tanah dan belum ditemukan.

Masyarakat Batak Toba memiliki tradisi lisan yang kuat. Pengetahuan dan kepercayaan diwariskan secara turun-temurun melalui cerita rakyat dan nyanyian. Hal ini mungkin menyebabkan hilangnya bukti fisik pengaruh Hindu.

Pengaruh Hindu dalam kepercayaan Batak Toba merupakan hasil dari proses akulturasi dan asimilasi yang kompleks selama berabad-abad. Jalur perdagangan, misionaris, dan pengaruh budaya menjadi faktor penting dalam penyebaran unsur-unsur Hindu. Meskipun bukti fisik terbatas, jejak Hindu masih dapat ditemukan dalam berbagai aspek kepercayaan dan budaya Batak Toba, menunjukkan warisan budaya yang kaya dan beragam.

Relevansi Artefak Padanglawas

Meskipun Padanglawas terletak di luar wilayah Toba, artefak yang ditemukan di sana dapat memberikan beberapa wawasan tentang sejarah orang Batak Toba.

1. Koneksi Budaya

Padanglawas merupakan bagian dari wilayah Batak yang lebih luas. Suku Batak Toba, Angkola, Mandailing, dan Pakpak memiliki nenek moyang yang sama dan berbagi banyak aspek budaya, termasuk bahasa dan tradisi.

Orang Batak Toba diperkirakan bermigrasi dari wilayah Padanglawas ke Toba sekitar abad ke-14. Artefak di Padanglawas dapat memberikan petunjuk tentang budaya dan tradisi mereka sebelum migrasi.

2. Bukti Perdagangan

Padanglawas terletak di jalur perdagangan maritim yang penting, menghubungkan Sumatera Utara dengan India dan wilayah lain. Artefak di Padanglawas dapat menunjukkan interaksi dengan budaya lain dan kemungkinan pengaruhnya terhadap budaya Batak.

Melalui perdagangan, orang Batak Toba kemungkinan bertukar barang, ide, dan teknologi dengan pedagang dari luar. Artefak dapat menjadi bukti pertukaran ini dan menunjukkan bagaimana budaya Batak Toba berkembang.

3. Jejak Sriwijaya

Padanglawas merupakan bagian dari wilayah pengaruh kerajaan Sriwijaya. Artefak Buddha yang ditemukan di Padanglawas menunjukkan pengaruh agama Buddha di wilayah tersebut.

Orang Batak Toba kemungkinan memeluk agama Buddha sebelum memeluk agama Hindu dan Kristen. Artefak Buddha di Padanglawas dapat memberikan petunjuk tentang periode ini dalam sejarah mereka.

4. Bukti Arkeologi

Artefak arkeologi dapat memberikan informasi tentang kehidupan masyarakat di masa lampau, termasuk teknologi, mata pencaharian, dan struktur sosial mereka.

Dengan mempelajari artefak, kita dapat lebih memahami bagaimana budaya Batak Toba berkembang dan bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Meskipun Padanglawas terletak di luar wilayah Toba, artefak yang ditemukan di sana memiliki relevansi dengan sejarah orang Batak Toba. Artefak ini dapat memberikan wawasan tentang budaya, tradisi, migrasi, dan interaksi mereka dengan budaya lain di masa lampau.

Artefak hanya memberikan satu bagian dari cerita. Untuk memahami sejarah orang Batak Toba secara utuh, kita perlu mempertimbangkan berbagai sumber informasi, seperti tradisi lisan, teks kuno, dan penelitian arkeologi.

Interpretasi artefak dapat berbeda-beda tergantung pada konteks dan pengetahuan yang tersedia. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang sejarah orang Batak Toba.

Masyarakat Pra-Toba

Disertasi Dr. Philip Lumbantobing, "The Structure of the Toba-Batak Belief in the High God", memang memberikan wawasan berharga tentang konsep ketuhanan dalam kepercayaan Batak Toba kuno. Meskipun disertasi ini  berdasarkan tradisi lisan, teks budaya, dan ritual, kita harus tetap kritis terhadap sumber-sumber ini dan menyadari keterbatasannya.

Para ahli seperti Dr. Uli Kozok mengusulkan bahwa sejarah Batak Toba  sebagai budaya yang terdefinisi mungkin baru berusia sekitar 500 tahun. Hal ini  didukung oleh beberapa bukti, seperti Analisis Bahasa. Perkembangan bahasa Batak Toba diperkirakan terjadi sekitar 500 tahun yang lalu. Perubahan dalam struktur bahasa dapat menjadi indikator evolusi budaya dan identitas; Tradisi Lisan. Banyak cerita rakyat dan legenda Batak Toba yang berpusat pada periode waktu ini. Cerita-cerita ini mungkin mencerminkan peristiwa penting dalam sejarah Batak Toba dan memberikan petunjuk tentang asal-usul mereka; Bukti Arkeologi. Penemuan arkeologi di wilayah Toba menunjukkan perubahan signifikan dalam budaya dan teknologi sekitar 500 tahun yang lalu. Perubahan ini mungkin terkait dengan migrasi, interaksi dengan kelompok lain, atau perkembangan internal budaya Batak Toba;

Meskipun  sejarah Batak Toba  sebagai budaya yang terdefinisi  mungkin baru berusia 500 tahun,  kemungkinan besar ada unsur-unsur kepercayaan dan budaya yang lebih tua yang tertanam dalam tradisi Batak Toba.

Masyarakat Batak Toba boleh jadi merupakan keturunan dari kelompok budaya pra-Toba yang telah mendiami wilayah tersebut selama berabad-abad. Cerita rakyat dan tradisi lisan mungkin mengandung fragmen ingatan dan kepercayaan dari budaya leluhur ini. Contohnya, legenda tentang Ompu Sidabutar, leluhur orang Batak, mungkin mencerminkan migrasi atau peristiwa penting dalam sejarah pra-Toba;

Budaya Batak Toba telah berkembang melalui interaksi dengan budaya lain di Sumatera Utara. Unsur-unsur dari budaya lain mungkin telah diintegrasikan ke dalam kepercayaan dan tradisi Batak Toba seiring waktu. Contohnya, pengaruh Hindu dalam konsep ketuhanan Debata Mula Jadi na Bolon dapat dilihat sebagai hasil dari akulturasi budaya.

Masih banyak yang harus dipelajari tentang sejarah Batak Toba. Penelitian lebih lanjut dalam arkeologi, linguistik, dan antropologi  dapat membantu kita untuk lebih memahami asal-usul budaya Batak Toba  dan bagaimana kepercayaan dan tradisi mereka telah berkembang selama berabad-abad.

Penggalian situs arkeologi di wilayah Toba dapat memberikan bukti material tentang kehidupan dan budaya masyarakat pra-Toba dan Batak Toba kuno. Penemuan artefak, struktur, dan sisa-sisa manusia dapat membantu kita merekonstruksi sejarah mereka dengan lebih akurat.

Analisis bahasa Batak Toba dapat memberikan petunjuk tentang asal-usul mereka dan hubungan mereka dengan kelompok budaya lain. Perbandingan bahasa Batak Toba dengan bahasa lain di Sumatera Utara dapat membantu kita melacak migrasi dan interaksi budaya.

Penelitian antropologi dapat membantu kita memahami struktur sosial, sistem mata pencaharian, dan kepercayaan spiritual masyarakat Batak Toba kuno. Studi tentang tradisi lisan, ritual, dan adat istiadat dapat memberikan wawasan berharga tentang nilai-nilai dan keyakinan mereka.

Sejarah Batak Toba  merupakan kisah yang kompleks dan kaya yang masih terus dipelajari dan diungkap.  Meskipun  banyak pertanyaan yang masih belum terjawab,  penelitian yang berkelanjutan  dapat membantu kita untuk menjembatani kesenjangan antara mitos dan fakta dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang asal-usul, budaya, dan kepercayaan masyarakat Batak Toba.

Lihat :

https://www.goodreads.com/book/show/6891072-the-structure-of-the-toba-batak-belief-in-the-high-god

https://en.wikipedia.org/wiki/Ferdinand_Lumban_Tobing

https://p2k.stekom.ac.id/

https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2018724913.The%20Structure%20of%20The%20Toba-Batak%20Belief%20in%20The%20High%20God.pdf

https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20187249-13.The%20Structure%20of%20The%20Toba-Batak%20Belief%20in%20The%20High%20God.pdf

http://dedektoruz.blogspot.com/2012/06/ternyata-awalnya-suku-batak-itu-hindu.html

https://tirto.id/rona-peradaban-hindu-buddha-di-kebudayaan-batak-kuno-gS1G

Joyogrand, Malang, Fri', July 12, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun