Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ular Bhumi Tengger Salah Satu Kekayaan Bromo-Semeru yang Nyaris Punah

25 Juni 2024   17:24 Diperbarui: 25 Juni 2024   17:27 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ular Bhumi Tengger Salah Satu Kekayaan Bromo-Semeru Yang Nyaris Punah

Ular langka yang ditemukan di daerah Gunung Bromo dan Gunung Semeru, dikenal sebagai Ular Bhumi Tengger (Tetralepis fruhstorferi) atau Bluebelly Java snake, baru-baru ini ditemukan kembali oleh tim peneliti setelah lebih dari 40 tahun menghilang.

Ular ini unik karena hanya ditemukan di Pegunungan Bromo Tengger Semeru, yang dikenal memiliki suhu relatif dingin. Ular ini pertama kali dideskripsikan oleh herpetolog Jerman, Oskar Boettger, pada tahun 1892 dan terakhir kali dicatat pada tahun 1978 sebelum ditemukannya kembali pada tahun 2019 oleh tim Bromo Tengger Semeru Herpetofauna Conservation (BTSHC).

Secara ekologi, ular ini hidup di hutan submontana pada ketinggian 1.200 -- 2.600 meter di atas permukaan laut dan mampu beradaptasi dengan suhu dingin antara 3 hingga 20 derajat celsius. Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Russian Journal of Herpetology mengungkapkan spesies ini lebih suka daerah dengan perairan seperti danau dan sungai. Mereka ditemukan di beberapa lokasi di sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), termasuk Danau Ranu Pani, Tosari, Nongkojajar, dan Cemoro Lawang.

Secara morfologi, Ular Bhumi Tengger memiliki kepala yang tidak jelas dari leher, mata kecil, dan tubuh bulat dengan warna punggung cokelat kemerahan tua serta garis tulang belakang gelap. Ular ini diduga bersifat terestrial atau semi-fossorial dan dapat bergerak cepat melintasi medan keras. Aktivitasnya bervariasi; beberapa laporan menyebutkan ular ini aktif di siang hari (diurnal), sementara laporan lain menyatakan ular ini aktif di malam hari (nokturnal). Oleh karena itu, kemungkinan besar ular ini bersifat kathemeral, aktif baik siang maupun malam tergantung kondisi lingkungan.

Ular ini termasuk dalam kategori Vulnerable (VU) menurut Lembaga Konservasi Dunia (IUCN). Ancaman utama bagi keberadaan ular ini termasuk kebakaran hutan di savana dan vegetasi kaldera Bromo, aktivitas pendakian, pariwisata, pertanian, serta kurangnya kesadaran dan literasi tentang pentingnya spesies ini. Peneliti menggarisbawahi pentingnya upaya konservasi untuk mencegah kepunahan spesies ini di tengah berbagai ancaman yang ada.

Kalau dilihat  dari perkembangan terbaru di daerah temuan, sepertinya para penjelajah alam Bromo Tengger Semeru tak terlalu peduli dengan menjaga  lingkungan alam sekitar. Kebakaran hutan malah semakin sering terjadi karena kecerobohan para penjelah sendiri, khususnya mereka yang pengen cari sensasi misalnya fotografi untuk wedding dan sebangsanya. Kita pun khawatir bagaimana cara terbaik untuk melindungi satwa ini dari kepunahan.

Melindungi Ular Bhumi Tengger (Tetralepis fruhstorferi) dan lingkungan alam Pegunungan Bromo Tengger Semeru memerlukan upaya konservasi yang komprehensif dan berkelanjutan.

Beberapa langkah yang bisa diambil oleh pemerintah dan pihak terkait untuk melindungi spesies ini dari kepunahan :

1. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun