Seru : Trump Vs Biden Rematch 2024
Petahana Joe Biden dan mantan presiden Donald Trump pada 5 Maret 2024 sama-sama memastikan tiket calon presiden untuk pemilihan presiden AS tahun ini setelah mendapatkan mandat besar dari partai mereka masing-masing dalam momen yang disebut "Super Tuesday". Menurut sebagian media massa dan kalangan di AS, "rematch" 2024 tak begitu diinginkan oleh sebagian besar rakyat di negara itu.
Sejak memasuki jabatan, Biden telah menghadapi berbagai tantangan, termasuk pandemi COVID-19, krisis ekonomi, dan ketegangan politik internal. Beberapa keputusan kebijakan dan langkah-langkah administratifnya mungkin telah menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk kalangan yang sebelumnya mendukungnya. Misalnya, ada yang merasa kecewa dengan penanganan krisis di perbatasan, kebijakan lingkungan, atau pendekatan terhadap isu-isu sosial tertentu.
Sebagian pemilih merasa tidak puas dengan kinerja Biden, tapi juga tidak melihat Trump sebagai alternatif yang diinginkan
Media kiri sudah lama mengipasi elektoral bahwa Trump suka melanggar aturan dan antidemokratis. Ini mencakup kontroversi terkait pemilihan presiden sebelumnya, serta retorika dan tindakan yang dianggap merusak institusi demokrasi AS.
Bagian terbesar dunia sendiri cenderung tak menginginkan Trump, bahkan Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kali ini dia lebih memilih Biden. Padahal empat tahun silam Rusia dituding mengintervensi pemilu AS demi memenangkan Trump.
"Biden lebih berpengalaman dan lebih bisa diprediksi," kata Putin dalam wawancara dengan televisi Rusia pada 15 Pebruari 2024. Putin mengakui bahwa Biden lebih bisa diprediksi dan mungkin lebih stabil dalam hubungan internasional daripada Trump.
Putin dan Rusia tidak sendirian menginginkan kepastian dan stabilitas, karena negara-negara seperti China pun menginginkan AS yang tidak labil sehingga tidak menciptakan gejolak dan ketidakpastian dalam sistem internasional, khususnya ekonomi dan keuangan.
Apalagi semasa pemerintahan Trump, China menghadapi perang dagang yang sengit dengan AS, yang dampaknya dirasakan dunia.
Faktor ketidakpastian ini juga dikhawatirkan Uni Eropa, yang sebelum Trump mendapatkan tiket calon presiden dari Partai Republik pun, sudah dibuat gerah oleh pernyataan Trump tentang peran NATO di Eropa.