Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Israel Vs Arab-Palestina Menunggu Trump dan Abraham Accord

8 Februari 2024   12:37 Diperbarui: 8 Februari 2024   12:37 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Two States Solution. Foto: en.wikipedia.org

Secara umum, isu Yerusalem dan Israel-Arab Palestina tetap menjadi fokus perhatian internasional, dan penyelesaiannya memerlukan dialog, negosiasi, dan kompromi di antara semua pihak yang terlibat.

Soal klaim tanah. Katakanlah Danau Toba diklaim oleh orang Jawa sebagai miliknya. Apakah orang Batak akan diam saja. Tentu tidak, karena Danau Toba adalah tanah legacy-nya dan bukan tanah legacy orang Jawa.

Ini adalah perbandingan yang relevan untuk menyoroti sensitivitas klaim terhadap warisan budaya atau tanah. Klaim atas tanah atau warisan budaya dapat menimbulkan ketegangan dan konflik, dan dalam beberapa kasus, masyarakat yang merasa memiliki hak historis terhadap suatu wilayah dapat menentang klaim dari kelompok atau individu lain.

Danau Toba yang disebutkan di atss sebagai contoh, masyarakat yang merasa memiliki hubungan historis atau budaya dengan wilayah tersebut mungkin tidak akan diam saja jika ada klaim atau tindakan yang dianggap merugikan atau melanggar hak mereka. Hal ini dapat memicu perdebatan, ketegangan, atau konflik, tergantung pada kompleksitas situasinya dan respons masyarakat yang terlibat.

Analogi ini membantu memahami bahwa klaim terhadap tanah atau warisan budaya dapat menciptakan ketegangan di mana pun di dunia, termasuk di antara kelompok etnis atau budaya yang memiliki sejarah dan hubungan khusus dengan suatu wilayah. Dalam konteks konflik Israel-Arab Palestina, tantangan terletak pada bagaimana menemukan solusi yang adil dan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat, dengan mempertimbangkan hak-hak dan aspirasi masyarakat yang bersangkutan.

Last but not least, mengapa tanah Arab yang begitu luas mulai dari Mesir sampai Arab Saudi tidak bisa menjadi tanah resettlement orang Arab yang tinggal di tanah legacy Israel sekarang. Mengapa Mesir begitu teganya menutup perbatasan mereka untuk orang Arab yang mengaku bernama Palestina itu.

Pertanyaan ini mencerminkan kompleksitas dan sensitivitas dari isu konflik Israel-Arab Palestina. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan termasuk sejarah konflik, identitas nasional, dan ketegangan geopolitik di middle-east.

Beberapa poin yang dapat menjelaskan mengapa solusi seperti "resettlement" tidak selalu mudah diimplementasikan :

1. Orang Arab-Palestina memiliki identitas nasional dan budaya mereka sendiri, terlepas dari wilayah geografis. Mereka memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri dan memiliki tanah air yang diakui sebagai Arab-Palestina.

2. Meresetel orang Arab-Palestina ke negara Arab lain mungkin menimbulkan konflik identitas dan kemanusiaan baru, serta dapat dianggap sebagai tindakan pelepasan tanggungjawab terhadap situasi konflik yang sebenarnya.

3.Sejarah konflik ini melibatkan klaim tanah oleh kedua belah pihak dan upaya untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun