Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat, Elektabilitas Capres dan Ambruknya Beberapa Parpol Lama

22 Januari 2024   14:49 Diperbarui: 22 Januari 2024   15:06 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
   Debat Keempat Cawapres Pilpres 2024. Foto : KPURI, youtube.com via tirto.id

Debat, Elektabilitas Capres dan Ambruknya Beberapa Parpol Lama

Debat Cawapres yang keempat tadi malam sangatlah menghibur. Kalau dikatakan wong cilik tak terlalu perduli dengan debat ini, tapi boleh jadi setelah penampilan pertama Gibran dalam debat kedua setelah debat pertama  antar capres, dimana Gibran dalam kampanyenya keseleo dengan ucapan Asam Folat menjadi Asam Sulfat yang kemudian disingkat menjadi sindiran keras Samsul atau Asam Sulfat. Di tangan TKN Paslon No 02, istilah Samsul kini berubah menjadi kepanjangan "Semakin Sulit Disusul".

Harus diakui, Debat Capres-Cawapres ala Indonesia memang keren karena terstruktur dengan baik. Berbeda dengan debat serupa misalnya di AS, dimana ketika Trump selaku petahana menghadapi lawannya Joe Biden dari Demokrat, mereka langsung berkelahi. Mulai dari Trump yang mengatakan "Emang lo pinter Joe. Setau gue elo emang stupid dan bla bla bla ..."  Joe Biden pun langsung membalas dengan cecaran serupa. Sampai-sampai moderator kebingungan bagaimana melerai kedua kontestan yang kepalang sudah saling membenci sejak bergulirnya Pilpres AS.

Indonesia patut menjadi contoh. Betapa ketatnya protokoler. Betapa para pakar yang menyusun pertanyaan jauh sebelumnya harus hadir dan membuka undian yang ditunjukkan kepada audiences. Kalau ada misalnya sorakan dari salah satu pendukung paslon melebihi batas kewajaran. Maka moderator akan menenangkannya terlebih dahulu sebelum memulai lagi perdebatan.

Siapa yang menarik dari debat cawapres semalam. Yang pasti ketiganya menarik. Mahfud dan Cak Imin semakin siap, begitu pula dengan Gibran. Meski disentil Anies, Gibran menggunakan Gimmick dan tak langsung ke substansi yang ditanyakan. Tapi jelas itu hanya langkah cerdas saja untuk menangkal serangan terhadapnya. Lha Cak Imin masih pegang botol Aqua yang mencemari lingkungan yang dikritisinya. Manalah dia tahu ada audiences yang bawa botol minuman sendiri. He He ..

Para pakar sudah menandaskan bahwa debat Capres-Cawapres bukannya tak penting dalam Pilpres 2024, tetapi pengaruhnya terhadap elektabilitas Paslon tidak signifikan. Katakan sajalah ada memang sentuhan debat disana, tapi sekadar soft touch. Kuranglebih begitu.

Menukik ke arah lain yang tak kalah menarik, hampir serempak media besar di negeri ini merilis hasil surveinya sehari sebelum debat capres keempat tadi malam. Kita lihat misalnya Yunarto Wijaya dari Charta Politik merilis hasil surveinya. Dikatakan Elektabilitas Paslon 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, mulai naik kembali dan hampir bersinggungan dengan elektabilitas Paslon 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Dan elektabilitas Paslon 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, malah menurun, yi 42,2% dari semula 43,38%.

Hasil Charta Politika ini kemudian bagi sebagian orang langsung ditafsirkan Pilpres 2024 kemungkinan besar akan berlangsung dua putaran.

Elektabilitas Ganjar-Mahfud mencapai 28 persen. Ini artinya, Paslon 01 ini mulai rebound dibandingkan dengan survei sebelumnya, periode 20-27 Desember 2023, sebesar 26,5 persen.

Berbeda dengan Charta Politika, Indikator Politik merilis hasil surveinya bahwa Paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan elektabilitas sebesar 24,17 persen, kini menempati posisi kedua setelah Paslon 02. Capaian itu mengalahkan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang hanya 21,60 persen.

Indikator Politik memakai simulasi surat suara, ada fotonya dan hasilnya konsisten dengan sebelumnya. Prabowo-Gibran berada di peringkat pertama kisaran 48,55 persen, demikian rilis tsb sehari sebelum debat Capres-Cawapres keempat.

Selisih Paslon 01 tidak signifikan secara statistik dengan Paslon 03. Tapi secara absolut Paslon No 01 ada di peringkat kedua.

Lebih lanjut, Indikator Politik menyebut elektabilitas Prabowo-Gibran juga tercatat unggul di hampir seluruh wilayah mulai dari Sumatera 46,3 persen; Banten 47,1 persen; Jabar 42,9 persen; Jateng-DIY 41,6 persen; dan Jatim 59 persen.

Selanjutnya di Kalimantan 76,1 persen; Sulawesi 55,6 persen; dan Bali-Nusa Tenggara 45,4 persen. Pasangan Prabowo-Gibran hanya tercatat kalah di DKI Jakarta dengan 24,9 persen.

Sementara untuk Paslon 01 elektabilitas tertinggi berada di wilayah Jakarta dengan 50,4 persen; kemudian Sumatera 30 persen; Banten 37,6 persen; Jabar 33,8 persen; Jateng-DIY 10,8 persen; Jatim 18,7 persen; Kalimantan 4,9 persen; Sulawesi 23,5 persen; dan Bali-Nusa Tenggara 12,3 persen.

Kemudian untuk Paslon 03 elektabilitas tertinggi berada di wilayah Jateng-DIY dengan 40,3 persen; kemudian Jakarta 24,6 persen; Sumatera 18,1 persen; Banten 13,3 persen; Jabar 17,8 persen; Jatim 17,9 persen; Kalimantan 15 persen; Sulawesi 12,7 persen; dan Bali-Nusra 37,7 persen.

Kendati demikian, Indikator Politik mengatakan sebanyak 11,6 persen responden mengaku masih berpeluang untuk mengubah pilihannya dalam Pilpres 2024 mendatang.

Survei Indikator Politik Indonesia dilakukan pada 10-16 Januari 2024. Sementara untuk metode sampling yang dilakukan ialah multistage random sampling dengan total sampel 1.200 responden.

Sementara untuk parpol, hasil survei dari lembaga Charta Politika menunjukkan PDIP memiliki elektabilitas tertinggi dibanding partai politik lainnya. Di urutan kedua ada Partai Gerindra yang menempel ketat dan Golkar menyusul di posisi ketiga.

PDIP (22,6 persen), Gerindra (18,8 persen) dan Golkar (9,3 persen) serta Nasdem (8,8 persen) merupakan partai politik tertinggi pilihan responden pada pertanyaan pilihan partai politik jika pemilihan umum dilaksanakan hari ini, demikian hasil survei yang diterbitkan Charta Politika, Minggu 21 Januari ybl bertepatan dengan debat capres-cawapres keempat.

Selain PDIP, Gerindra, Golkar dan NasDem, Charta Politika menyebut ada tiga partai lain yang elektabilitasnya masih berada di atas ambang batas parliamentary threshold sebesar 4 persen. Di antaranya PKB 8 persen, PKS 6,8 persen, dan PAN 4 persen.

Sementara itu, survei ini memprediksi Demokrat, PPP, PSI, dan Perindo tak melenggang ke Senayan dalam Pemilu 2024 karena tak lolos ambang batas parlemen.

Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia di bawah Burhanuddin Muhtadi merilis hasil sigi terbaru terkait keterpilihan partai pada Pileg 2024. PDIP diperkirakan akan tetap menjadi juara disusul Gerindra dan Golkar di posisi 2 dan 3.

Indikator Politik mengatakan dari hasil simulasi surat suara, PDI-P diperkirakan akan mendapat 20,7 persen suara.

Meski dalam survei elektabilitas parpol, hasilnya relatif sama dengan Indikator Politik, tapi untuk survei elektabilitas capres-cawapres, Charta Politika berbeda siginifikan dengan 3 lembaga survei yang dianggap kredibel selama ini seperti LSI Denny Ja, Indikator dan Poltracking.

Bagaimanapun, hasil survei hanyalah gambaran pada waktu tertentu dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan dinamika politik, peristiwa terkini, atau bahkan kebijakan kampanye. Karenanya, penting untuk melihat hasil dari berbagai lembaga survei dan mempertimbangkan konteks serta metodologi yang digunakan oleh masing-masing lembaga.

Jika terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara Charta Politika dan lembaga survei lainnya, boleh jadi itu adalah detail metodologi yang digunakan oleh setiap lembaga tsb. Diskusi terbuka dan transparansi tentang metodologi di Persepi atau Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia dapat membantu pemahaman lebih baik tentang bagaimana survei tsb dilakukan, sehingga masyarakat dapat membuat penilaian yang lebih informatif terkait hasilnya.

LSI Denny Ja misalnya dikenal sebagai salah satu lembaga survei yang aktif melakukan studi opini publik dan elektabilitas capres di Indonesia.

Kelebihan LSI Denny Ja dan lembaga survei kredibel lainnya seperti Indikator Politik dan Polracking dapat mencakup beberapa faktor,antara lain Metodologi yang Terstandar. Lembaga survei yang kredibel biasanya memiliki metodologi yang terstandar dan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah dalam pengumpulan data. Ini mencakup pemilihan sampel yang representatif, teknik wawancara yang baik, dan analisis statistik yang tepat.

LSI Denny Ja menonjol dalam memberikan transparansi terkait metode yang mereka gunakan dalam survei. Informasi yang jelas tentang bagaimana pertanyaan disusun, bagaimana sampel dipilih, dan metode analisis data yang digunakan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap hasil survei tsb.

Jika lembaga survei memiliki catatan yang baik dalam memprediksi hasil pemilihan sebelumnya atau memberikan analisis yang akurat, hal ini dapat dianggap sebagai kelebihan.

Kelebihan lain bisa termasuk kemampuan lembaga survei untuk terus memperbarui dan menyesuaikan metodologi mereka dengan perubahan dinamika politik atau perubahan dalam perilaku pemilih.

Dalam survey, Margin of error (MoE) atau margin kesalahan adalah indikator statistik yang menunjukkan sejauh mana hasil survei dapat bervariasi dari hasil yang sebenarnya di populasi yang lebih besar. MoE dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk ukuran sampel dan tingkat kepercayaan yang diinginkan.

Perbedaan besar dalam MoE antara survei mungkin disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

1. Ukuran Sampel (Sample Size)

MoE umumnya berkurang dengan meningkatnya ukuran sampel. Semakin besar sampelnya, semakin kecil MoE-nya. Jika dua survei memiliki ukuran sampel yang sama (misalnya, 1.200 responden), tetapi satu survei memiliki MoE yang lebih rendah, itu bisa disebabkan oleh perbedaan dalam teknik pemilihan sampel atau analisis statistik yang digunakan oleh lembaga survei tsb.

2. Tingkat Kepercayaan (Confidence Level)

Tingkat kepercayaan adalah persentase yang menunjukkan seberapa yakin kita bahwa hasilnya akan berada dalam rentang MoE. Umumnya, tingkat kepercayaan yang lebih tinggi akan menghasilkan MoE yang lebih besar. Contohnya, survei dengan tingkat kepercayaan 95% mungkin memiliki MoE yang lebih besar daripada survei dengan tingkat kepercayaan 90%.

3. Desain Survei

Metodologi survei, termasuk cara pertanyaan diajukan, cara sampel dipilih, dan teknik wawancara, dapat mempengaruhi MoE. Survei yang dirancang dengan metode yang lebih baik dan lebih akurat cenderung memiliki MoE yang lebih rendah.

4.Variabilitas Populasi:

Jika populasi yang diukur lebih heterogen, MoE dapat menjadi lebih besar. Populasi yang homogen (kurang variasi dalam karakteristik yang diukur) dapat menghasilkan MoE yang lebih kecil.

Karenanya penting untuk membaca dengan cermat laporan survei dan memahami metode yang digunakan oleh lembaga survei untuk menghitung MoE. Jika terdapat perbedaan besar dalam MoE antara dua survei dengan ukuran sampel yang sama, hal itu mungkin mencerminkan perbedaan dalam pendekatan metodologis yang digunakan oleh lembaga survei tsb.

Juga harus diingat tingkat kepuasan publik di negeri ini selalu mengarah pada figur utama seperti Presiden misalnya ketimbang figur ketua parpol, sehingga perilaku pemilih cenderung kemana sang presiden akan mendukung paslon tertentu, maka akan kesana pula ia bergerak sesuai bahasa isyarat yang disampaikan figur utama yang bisa dibaca oleh publik.

Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa tingkat kepuasan publik di suatu negara sering kali terfokus pada figur utama seperti Presiden ketimbang tokoh-tokoh lain, seperti ketua umum partai politik.

Berikut adalah beberapa alasan yang mungkin dapat menjelaskan fenomena tsb :

1. Karakteristik Sistem Presidensial

Negara-negara yang menerapkan sistem presidensial, dimana kepala negara dan kepala pemerintahan adalah orang yang sama (seperti Presiden), cenderung membuat perhatian publik lebih terpusat pada sosok presiden. Kinerja presiden dapat memiliki dampak langsung pada kebijakan dan arah negara, sehingga publik cenderung memandangnya sebagai figur yang paling berpengaruh.

2. Peran Sentral Presiden dalam Pengambilan Keputusan

Presiden sering kali memiliki peran sentral dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan. Keputusan-keputusan signifikan dan peristiwa besar seringkali diatributkan kepada kepala negara, dan hal ini dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap kinerja pemerintah secara keseluruhan.

3. Pemberitaan Media

Media memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. Pemberitaan media cenderung fokus pada presiden sebagai tokoh utama, karena keputusan dan pernyataannya memiliki dampak yang besar. Ini dapat menciptakan citra bahwa presiden adalah pusat dari semua peristiwa politik dan kebijakan.

4. Kemampuan Komunikasi Figur Utama

Presiden sering memiliki kemampuan komunikasi yang lebih besar dan lebih banyak eksposur media dibandingkan dengan ketua umum partai politik atau tokoh politik lainnya. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dapat membuat presiden menjadi figur yang lebih terlihat dan lebih mempengaruhi opini publik.

5. Faktor Kepemimpinan Personal

Beberapa pemimpin politik memiliki kemampuan untuk membaur dengan publik dan membangun ikatan emosional yang kuat. Pemimpin semacam itu dapat menciptakan hubungan personal dengan pemilih, sehingga pemilih lebih cenderung mempertimbangkan kepemimpinan personal tsb dalam penilaian mereka.

Meskipun presiden sering menjadi fokus utama, penting untuk diingat bahwa tingkat kepuasan publik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kinerja pemerintah secara keseluruhan, kondisi ekonomi, dan isu-isu sosial lainnya. Perilaku pemilih juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor kompleks yang melibatkan identitas politik, nilai-nilai, dan tuntutan konkrit dalam kehidupan sehari-hari.

At the end, sebulan jelang pencoblosan Capres-Cawapres pada 14 Pebruari yad, sebaiknya semua pihak mendesak dengan sangat kepada Persepi yang sekarang diketuai oleh Philips Vermonte agar melakukan monitoring yang ketat terhadap semua lembaga survey. Mana yang di bawah Persepi dan mana yang bukan. Kalau yang bukan jelas dianulir, sedangkan bagi anggota Persepi diminta agar mengklarifikasi hasil surveinya kepada Persepi sebelum dirilis kepada publik luas.

Joyogrand, Malang, Mon', Jan' 22, 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun