Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Houthi dan Eskalasi di Jalur Maritim Dunia

12 Januari 2024   17:12 Diperbarui: 12 Januari 2024   17:12 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
USS Eisenhower. Dari sinilah helikopter penyerang AL AS diluncurkan dan berhasil menenggelamkan 3 speed boat Houthi. Foto : stripes.com

Houthi dan Eskalasi di Jalur Maritim Dunia

9-10 Januari ybl, Houthi dilaporkan menembakkan roket dan drone ke kapal-kapal dagang yang melintas di Laut Merah dan Laut Arab. Sekitar 50 kapal dagang berada di daerah tsb pada saat serangan terjadi.

Menurut laporan AFP, kapal perusak Inggris, HMS Diamond, dan kapal perang AS telah menembak jatuh lebih dari 20 drone dan rudal yang diluncurkan oleh Houthi di Laut Merah. Serangan tsb dipandang sebagai "serangan terbesar" yang dilakukan oleh pemberontak yang didukung Iran itu.

HMS Diamond dan kapal perang AS berhasil menangkis serangan terbesar kelompok Houthi yang didukung Iran di Laut Merah hingga saat ini.

Inggeris bersama sekutunya telah menjelaskan serangan ilegal ini benar-benar tidak dapat diterima. Jika dilanjutkan maka Houthi akan menanggung konsekuensinya. AS dan sekutunya akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi nyawa orang yang tidak bersalah dan perekonomian global.

Serangan Houthi terjadi seminggu setelah 12 negara yang dipimpin oleh AS, tergabung dalam Operation Prosperity Guardian. Negara-negara itu berjanji membalas Houthi jika serangan terus dilakukan di Laut Merah.

Houthi hanyalah milisi proksi Iran. Iran terguncang karena sekutu dekatnya yi Hamas mendekati ambang kehancuran. Terkesan Iran menggunakan proksi Houthi-nya untuk melancarkan serangan terhadap kapal siapapun yang melintas di Laut Merah dan Laut Arab yang terkait dengan Israel, apalagi yang masuk ke Teluk Oman untuk berhubungan dengan Arab Saudi, Bahrain, Qatar dan UEA.

Serangan Houthi terhadap kapal dagang adalah pelanggaran hukum internasional. Upaya untuk menembak jatuh drone dan rudal oleh kapal perang Inggeris dan AS dapat dianggap sebagai tindakan pertahanan yang sah sesuai dengan hak untuk melindungi diri.

Dukungan Iran terhadap kelompok proksi di middle-east telah menyebabkan ketegangan yang meningkat antara Iran dan negara-negara di kawasan tsb, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan AS dan Israel.

Ancaman yang dijatuhkan oleh Inggeris, AS, dan sekutunya menunjukkan keseriusan untuk melindungi keamanan dan stabilitas di wilayah tsb. Operasi Prosperity Guardian menunjukkan bahwa negara-negara ini bersiap untuk mengambil tindakan lebih lanjut jika serangan terus terjadi.

Serangan terhadap kapal dagang dapat berdampak negatif pada perekonomian global, terutama jika serangan tsb terus berlanjut. Stabilitas jalur perairan internasional, seperti di Laut Merah, sangat penting untuk perdagangan global.

Menyadari Hamas sudah hampir habis dipreteli Israel, Iran sekarang praktis hanya bertumpu pada proksi Houthi di Yaman dan Hezbollah di Lebanon. Terkesan kuat Iran menginginkan konstelasi lain, sehingga menggunakan Houthi untuk mengamankan pengaruhnya di middle-east melalui provokasi di Laut Merah, Laut Arab, hingga ke Teluk Oman pintu masuk menuju Teluk Persia.

Iran sudah lama menggunakan kelompok proksi seperti Houthi di Yaman dan Hezbollah di Lebanon untuk melindungi dan memperluas pengaruhnya di middle-east. Houthi dapat dianggap sebagai elemen yang digunakan Iran untuk mengejar kepentingannya di Laut Merah dan sekitarnya.

Iran mencoba menciptakan konstelasi kekuasaan yang berbeda. Penggunaan Houthi untuk memprovokasi di jalur maritim utama dapat menjadi strategi untuk menegaskan pengaruh Iran dan merespon perubahan kekuatan di middle-east.

Di sisi pemicu utama eskalasi kawasan, ini melibatkan sejumlah variabel, termasuk dinamika internal di wilayah Arab-Palestina. Bagaimana misalnya PA di bawah Mahmoud Abbas, apakah Abbas minus Hamas tetap bersikeras atau keukeuh dengan ideologi Arab-Palestina selama ini bahwa Israel harus dihapuskan dari peta middle-east. Sejauh ini Abbas terlihat pasif. Ia cenderung melihat kemana arah angin. Disudahi sajakah mencekoki anak-anak Arab-Palestina dengan doktrin peniadaan Israel, atau barangkali realistis sajalah.

Kalangan kanan dan ultra nasionalis di Israel malah semakin menggebu bahwa setelah Hamas dilenyapkan, warga Arab-Palestina sebaiknya dieksoduskan saja ke negara-negara Arab tetangga. Toh tanah orang-orang Arab ini yang terluas di middle-east ketimbang tetap bertahan di Gaza atau tepi barat. Tanah Israel yang mereka klaim sebagai tanah Arab-Palestina bukanlah hari depan mereka, tetapi full hari depan Israel. Ini ibarat pendulum Mak Lampir bagi Abbas dkk.

Meski Hamas terkesan hampir tammat, sebelum Israel dapat membuktikan kepada dunia bahwa semua pimpinan Hamas mulai dari Yahya Sinwar, Ismail Haniyeh, Khaled Masal sudah dieliminasi, maka tidak dapat dipastikan bahwa Hamas akan segera "tammat" oleh Israel.

Israel secara historis telah merespon ancaman terhadap keamanannya dengan tindakan militer. Jika Israel merasa terancam oleh kelompok atau negara tertentu, negara mini tapi berkekuatan militer signifikan itu dipastikan mengambil tindakan untuk melindungi kepentingan keamanan nasional mereka sebagaimana gempuran terhadap Gaza sekarang, gempuran terhadap Herzbollah di Lebanon dan Syria, termasuk apabila perlu meluncurkan roket-roket tempur jarak menengah mereka ke Yaman.

Sementara  AS dan Inggeris selaku kekuatan global dan negara-negara yang tergabung dalam Operation Prosperity Guardian, dalam operasinya kali ini mencoba menyampaikan pesan keras kepada Iran dan para proksinya agar jangan mengubah konstelasi politik dan keamanan di middle-east.

AS dan sekutunya menegaskan komitmen terhadap keamanan dan stabilitas di wilayah tsb serta menunjukkan kesiapan untuk melindungi kepentingan nasional dan internasional.

Operasi Prosperity Guardian telah dirancang gedung putih untuk menunjukkan kekuatan militer dan kesiapan dalam menanggapi ancaman di kawasan middle-east. Ini bisa menjadi pesan kepada Iran dan kelompok-kelompok yang bekerjasama dengannya bahwa tindakan provokatif akan dihadapi dengan tanggapan militer yang serius.

Laut Merah adalah jalur maritim strategis yang penting untuk perdagangan internasional. Operasi semacam ini jelas dimotivasi oleh keinginan untuk melindungi jalur perdagangan dan memastikan kelancaran aktivitas ekonomi di wilayah tsb.

Dengan kerjasama militer semacam ini, AS, Inggeris, dan sekutunya dapat menegaskan komitmen mereka terhadap keamanan bersama dan menunjukkan solidaritas dalam menanggapi ancaman regional.

Selain menunjukkan kekuatan militer, operasi semacam ini juga dapat digunakan sebagai bagian dari strategi diplomasi untuk mendorong dialog dan penyelesaian konflik melalui jalur diplomatik.

Iran pada kenyataannya tidak bisa menyerang langsung Israel sekalipun ia berkemampuan untuk itu. Dengan persenjataan canggihnya terkini seperti rudal hipersonik Jericho 3 dan pesawat canggih F-35-i Adir yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan AU Israel yi mampu mencapai Teheran tanpa mengisi bahan bakar di tengah jalan, Iran tak ayal merasa gentar untuk memulai perang melawan Israel. Penggunaan kekuatan Houthi secara maksimal di Laut Merah dan Laut Arab adalah trick Iran untuk meredam manuver Israel yang hendak menghentikan Hezbollah di Lebanon maupun Syria.

Israel yang memiliki kemampuan militer yang kuat telah berhasil mematahkan berbagai ancaman dari berbagai front, termasuk di Lebanon, Syria, dan daerah lainnya. Negara ini memiliki kebijakan keamanan yang sangat vokal dan serius untuk melindungi kepentingan nasionalnya.

Penggunaan kelompok proksi, seperti Houthi di Yaman, oleh Iran adalah strategi yang telah lama digunakan untuk memperluas pengaruh di wilayah tsb tanpa secara langsung terlibat dalam konflik. Dengan memanfaatkan kelompok proksi, Iran dapat memperjuangkan kepentingannya tanpa membawa risiko langsung pada negaranya.

Penggunaan Houthi di Laut Merah dan Laut Arab memberikan Iran cara untuk mengekspresikan kekuatannya dan menimbulkan ketidakstabilan di jalur maritim strategis itu. Ini juga dapat menjadi upaya untuk mengalihkan perhatian dari tekanan di front yang lain, sambil tetap mempertahankan pengaruh regional.

Katakanlah dalam sebuah asumsi politik, Israel menghantam telak pusat utama Hezbollah di Lebanon dan Syria, sementara AS dan sekutunya menghantam telak Houthi di daratan Yaman. Apakah ini akan membuahkan format baru dalam geopolitik middle-east, misalnya Arab Saudi, UEA, Qatar, Kuwait, Irak, Lebanon dan Syria akan semakin bergeser ke arah barat dan mulai meninggalkan Rusia dan Iran. Bukankah Rusia sedang sibuk dengan perangnya di Ukraina dan Iran sibuk dengan keamanan dalam negerinya sendiri sehubungan dengan berbagai ledakan anonim di wilayahnya belum lama ini.

Skenario semacam ini, jika pun terjadi, dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap geopolitik di middle-east. Yang pasti, tindakan militer semacam ini berisiko tinggi dan berpotensi memicu eskalasi lebih lanjut.

Aksi militer yang melibatkan Israel, AS, dan sekutunya dapat mempengaruhi keseimbangan kekuatan di middle-east. Hal ini dapat memicu pergeseran dalam hubungan antara negara-negara di kawasan tsb, terutama jika ada dukungan atau reaksi dari negara-negara lain.

Jika Israel menyerang Hezbollah di Lebanon dan Syria, dan AS bersama sekutunya menyerang Houthi di Yaman, kemungkinan besar Iran dan Rusia sebagai sekutu regional mereka akan merespon. Ini dapat menciptakan eskalasi dan memperumit situasi di middle-east.

Reaksi negara-negara di middle-east seperti Arab Saudi, UEA, Qatar, Kuwait, Irak, Lebanon, dan Syria dapat bervariasi. Beberapa negara mungkin lebih bersimpati atau mendukung aksi tsb, sedangkan yang lain mungkin menentangnya. Hal ini dapat menciptakan ketidakstabilan regional.

Keadaan internal dan dinamika hubungan regional di setiap negara memiliki peran penting dalam menentukan reaksi terhadap situasi tsbt. Beberapa negara mungkin mencoba mempertahankan keseimbangan dalam konteks geopolitik yang berkembang.

Meskipun Rusia sibuk berperang di Ukraina dan Iran menghadapi tantangan dalam negerinya, keduanya memiliki kepentingan strategis di middle-east. Jika ada gangguan besar di wilayah ini, baik Rusia maupun Iran mungkin akan mencoba memainkan peran untuk mempengaruhi arah peristiwa.

Situasi ini sangat kompleks, dan skenario seperti itu memunculkan banyak ketidakpastian dan risiko. So, upaya diplomasi dan dialog tetap menjadi pilihan yang terbaik untuk mencegah eskalasi konflik dan mencapai solusi yang stabil di middle-east.

Joyogrand, Malang, Fri', Jan' 12, 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun