Laut Merah adalah jalur maritim strategis yang penting untuk perdagangan internasional. Operasi semacam ini jelas dimotivasi oleh keinginan untuk melindungi jalur perdagangan dan memastikan kelancaran aktivitas ekonomi di wilayah tsb.
Dengan kerjasama militer semacam ini, AS, Inggeris, dan sekutunya dapat menegaskan komitmen mereka terhadap keamanan bersama dan menunjukkan solidaritas dalam menanggapi ancaman regional.
Selain menunjukkan kekuatan militer, operasi semacam ini juga dapat digunakan sebagai bagian dari strategi diplomasi untuk mendorong dialog dan penyelesaian konflik melalui jalur diplomatik.
Iran pada kenyataannya tidak bisa menyerang langsung Israel sekalipun ia berkemampuan untuk itu. Dengan persenjataan canggihnya terkini seperti rudal hipersonik Jericho 3 dan pesawat canggih F-35-i Adir yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan AU Israel yi mampu mencapai Teheran tanpa mengisi bahan bakar di tengah jalan, Iran tak ayal merasa gentar untuk memulai perang melawan Israel. Penggunaan kekuatan Houthi secara maksimal di Laut Merah dan Laut Arab adalah trick Iran untuk meredam manuver Israel yang hendak menghentikan Hezbollah di Lebanon maupun Syria.
Israel yang memiliki kemampuan militer yang kuat telah berhasil mematahkan berbagai ancaman dari berbagai front, termasuk di Lebanon, Syria, dan daerah lainnya. Negara ini memiliki kebijakan keamanan yang sangat vokal dan serius untuk melindungi kepentingan nasionalnya.
Penggunaan kelompok proksi, seperti Houthi di Yaman, oleh Iran adalah strategi yang telah lama digunakan untuk memperluas pengaruh di wilayah tsb tanpa secara langsung terlibat dalam konflik. Dengan memanfaatkan kelompok proksi, Iran dapat memperjuangkan kepentingannya tanpa membawa risiko langsung pada negaranya.
Penggunaan Houthi di Laut Merah dan Laut Arab memberikan Iran cara untuk mengekspresikan kekuatannya dan menimbulkan ketidakstabilan di jalur maritim strategis itu. Ini juga dapat menjadi upaya untuk mengalihkan perhatian dari tekanan di front yang lain, sambil tetap mempertahankan pengaruh regional.
Katakanlah dalam sebuah asumsi politik, Israel menghantam telak pusat utama Hezbollah di Lebanon dan Syria, sementara AS dan sekutunya menghantam telak Houthi di daratan Yaman. Apakah ini akan membuahkan format baru dalam geopolitik middle-east, misalnya Arab Saudi, UEA, Qatar, Kuwait, Irak, Lebanon dan Syria akan semakin bergeser ke arah barat dan mulai meninggalkan Rusia dan Iran. Bukankah Rusia sedang sibuk dengan perangnya di Ukraina dan Iran sibuk dengan keamanan dalam negerinya sendiri sehubungan dengan berbagai ledakan anonim di wilayahnya belum lama ini.
Skenario semacam ini, jika pun terjadi, dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap geopolitik di middle-east. Yang pasti, tindakan militer semacam ini berisiko tinggi dan berpotensi memicu eskalasi lebih lanjut.
Aksi militer yang melibatkan Israel, AS, dan sekutunya dapat mempengaruhi keseimbangan kekuatan di middle-east. Hal ini dapat memicu pergeseran dalam hubungan antara negara-negara di kawasan tsb, terutama jika ada dukungan atau reaksi dari negara-negara lain.
Jika Israel menyerang Hezbollah di Lebanon dan Syria, dan AS bersama sekutunya menyerang Houthi di Yaman, kemungkinan besar Iran dan Rusia sebagai sekutu regional mereka akan merespon. Ini dapat menciptakan eskalasi dan memperumit situasi di middle-east.