Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengenal dan Melestarikan Pinus Batak

11 Januari 2024   17:20 Diperbarui: 11 Januari 2024   17:35 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinus Batak yang menjulang tinggi lurus dan berkulit seperti sisik ular sungguh eksotis tiada duanya. Foto: Parlin Pakpahan

Mengenal dan Melestarikan Pinus Batak

Melakukan trip ke Sumatera utara tak cukup hanya sekali. Propinsi seluas 72.981 Km2 itu harus berkali-kali dijelajahi. Sampai jontor pun kita traveling di kawasan seluas itu paling banter kita hanya dapat bercerita tentang kawasan Danau Toba dan sekitar dengan melakukan trip ke pulau Samosir dan 7 Kabupaten yang mengelilinginya. Itulah yang termudah. Infrastruktur jalan dan jembatan perlintasannya sudah bagus, baik di lingkar dalam maupun di lingkar luar Danau Toba.

Yang mendominasi Sumatera utara adalah rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Di pedalaman Sumatera utara, cukup banyak daerah kabupaten di dalamnya, termasuk segelintir kota. Yang sempat kita singgahi paling banter adalah ibukota kabupatennya saja seperti Tapanuli utara misalnya, pastinya kita hanya singgah di kota Tarutung, dan jelajah paling jauh kita hanya sempat melihat farmingnya Pak Sintong Panjaitan di Simarhompa Sipahutar. Tapanuli Selatan pun demikian, paling kita hanya sempat mampir di kota Padang Sidempuan, selebihnya siap nggak ke Batangtoru forest sisi Tapsel misalnya. Belum tentu. Maklum medannya cukup berat.

Karenanya, kita harus smart membuat rencana perjalanan kita. Setelah Danau Toba yang semakin glowing sekarang, alam seperti apa sesungguhnya yang layak kita kunjungi di Sumatera utara ini. Salah satunya saya kira adalah jelajah alam ke Cagar Alam (CA) yang sudah dibuat pemerintah, misalnya CA Dolok Saut di Pangaribuan dan CA  Dolok Sipirok di Tapanuli selatan. Atau melihat kekayaan "wild life" di hutan-hutan Bukit Barisan seperti Batangtoru forest di sisi Tapanuli utara yang punya kekayaan alam yang sudah sangat langka yi Orangutan atau Homang dalam bahasa setempat yang kesohor dengan nama Pongotapanuliensis.

Kali ini, trip yang akan saya ceritakan adalah trip ke CA Dolok Saut di Pangaribuan Tapanuli utara. Ini CA yang sangat penting saya kira. Meski luasnya hanya 39 Ha dibandingkan CA Dolok Sipirok sebesar 6.970 Ha. Tapi CA yang satu ini sangat menentukan. Elevasi CA ini kl 1250 M dpl.

Perjalanan dari Medan ke Tarutung sekarang sudah bagus dan tidak lagi seperti dulu. Medan-Tarutung yang berjarak 281 Km sekarang dapat ditempuh hanya dalam 6 jam. Istirahat di Tarutung, kemudian lanjut ke Pangaribuan kl 45 Km. Perjalanan disini agak sulit, karena berkelak-kelok semakin meninggi dengan melalui banyak daerah patahan. Bisa ngebut tapi harus tangguh seperti Valentino Rossi yang jago di tikungan. Karena bukan Rossi, jarak segitu ditempuh kl 2 jam. Kalau Rossi boleh jadi hanya kl setengah jam. Pangaribuan-Rahut Bosi tak masalah, karena hanya berjarak 13 Km. Lama perjalanan ke CA Dolok Saut dari Medan total 9 jam, sudah termasuk istirahat satu jam-an di kota Tarutung. Bengep kan hanya untuk menuju saju obyek jelajah alam saja.

CA Dolok Saut sudah cukup lama mengkonservasi Pinus Batak. Dalam pandangan terkini, meski Pinus itu terlihat lestari tapi tak ada kemajuan yang signifikan saya lihat, misalnya pola pengembangan konservasi in-situ belum juga terbentuk. Masih itu-itu juga. Jadi bagaimana mungkin kita dapat mengembangkan konservasi ex-situ.

Tapi tak jauh dari CA ini, kita dapat berziarah ke makam Demang pertama Karesidenan Tapanuli di masa Kolonial Belanda yaitu Mangaraja Frederick Gultom beserta isteri Esther Rondang Silitonga yang disarihon atau dimakamkan persis di depan rumah keluarga alm. Frederick Gultom di Kompleks SMK Gunung Karmel, Batunadua, Pangaribuan, Tapanuli Utara.

Kita lalai selama ini bahwa Pangaribuan adalah salah satu posko atau pusat komando untuk kaum gerilya di tanah Batak tempo doeloe.

Agung boru Gultom yang bertempat tinggal di kompleks pendidikan Gunung Karmel di Batunadua Pangaribuan adalah salah satu puteri Demang pertama itu

Kata Agung Kolonel Kawilarang saja pernah datang diam-diam ke kompleks Karmel sekarang untuk membahas taktik gerilya melawan Belanda.

Nah bagi yang menyukai studi sejarah perang kemerdekaan tempo doeloe, selain CA Dolok Saut, kalian bisa datang kesini. Meski Agung dan suaminya sudah tiada, tapi nara sumber yang tersisa masih bisa menarasikan kisah perang kemerdekaan tempo doeloe di Pangaribuan dan sekitarnya.

Kembali ke Pinus Batak. Pinus Mercusii strain Tapanuli ini adalah tanaman langka, karena habitat aslinya hanya terbatas di Tapanuli utara dan selatan. Ada saudaranya di Aceh dan Kerinci. Sepertinya serupa tapi tak sama. Yang membedakannya adalah Pinus Batak ini tumbuh tegak lurus dan berkulit seperti kulit ular. Usianya sangat Panjang dan diameternya bisa sebesar ban mobil truk, bahkan lebih.

Disebut Pinus Batak karena punya ciri khusus yi pohonnya menjulang tinggi, lurus dan diameternya sangat besar. Kebanyakan yang saya lihat dalam trip kali ini ke Pangaribuan adalah pinus kecil dan medium dengan jari-jari 10-15 cm.

Dalam perdagangan gelap, Pinus yang masih remaja ini dibeli dari Batu Manumpak Pangaribuan (kl 20 Km dari Sipahutar) dengan harga per truk kecil Rp 500 ribu. Sedangkan dengan jari-jari 40-50 cm (sebesar ban truk), 1 truk kecil seperti ini bernilai Rp 1 juta - 1,25 juta.

Saudagar asal Silangkitan Tarutung pemilik Pinus akan menjual pinus-pinus malang ini kepada Saudagar Pinus di Siantar untuk ekspor. Harga jual kepada TPL (Toba Pulp Lestari) yang punya HPH kl 40.000 Ha sangat murah jauh di bawah harga tsb. Dengan Imperium HPH seluas itu, tak heran kalau TPL bisa mendikte harga pinus di tanah Batak.Teringat tanah Batak, tanah rakyat yang sudah dikuasai TPL jangan harap dikembalikan kepada rakyat.

Dari kisah-kisah buram seperti itu, kehancuran Pinus Batak sulit dicegah. Padahal Pinus yang menjulang tinggi, lurus dan berdiameter sangat besar ini hanya terdapat di Pangaribuan. Kini, ia semakin langka di Pangaribuan selaku habitat aslinya.

Dalam obrolan malam itu, masalah yang dihadapi Pinus Batak sekarang adalah sulit mendapatkan benih. Pinus Batak hanya bisa bisa menghasilkan 2-9 benih per kerucut. Demikian pula produksi buah per pohon sangat sedikit.

Mengatasi rendahnya produksi benih dan buah pada Pinus Batak dalam rangka konservasi dapat melibatkan beberapa strategi khusus, seperti mengidentifikasi pohon-pohon Pinus Batak yang memiliki produksi benih dan buah yang lebih tinggi; melakukan pemuliaan selektif dengan memilih pohon-pohon tsb sebagai induk untuk meningkatkan produksi benih dan buah; melakukan studi secara mendalam mengenai kebutuhan nutrisi dan jenis tanah yang mendukung produksi benih Pinus Batak; menerapkan teknik pemupukan yang tepat untuk meningkatkan kesuburan tanah di sekitar pohon-pohon tsb; jika produksi benih alami terbatas, pertimbangkan penggunaan teknik penyerbukan buatan untuk meningkatkan peluang pembuahan; lakukan penyerbukan buatan dengan menyuntikkan serbuk sari dari pohon yang berbeda untuk meningkatkan keragaman genetic; pastikan pemeliharaan habitat asli yang optimal, termasuk keberlanjutan tanah dan air, serta perlindungan terhadap ancaman penyakit atau hama. 

Kondisi habitat yang baik dapat memberikan dukungan maksimal untuk reproduksi alami; lakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekologi reproduksi Pinus Batak untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih dan buah. Informasi yang lebih mendalam dapat membantu dalam pengembangan strategi konservasi yang lebih efektif; terapkan program restorasi ekosistem yang mencakup tidak hanya Pinus Batak, tetapi juga tanaman dan hewan pendukung di ekosistem tsb. 

Keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan dapat mendukung keberlanjutan spesies Pinus Batak; pemda setempat harus menjalin kerjasama dengan pusat konservasi dan penelitian untuk mendapatkan panduan dan dukungan ilmiah yang dibutuhkan. Proyek kolaboratif dapat memperkaya pengetahuan dan sumberdaya yang diperlukan untuk menjaga keberlanjutan Pinus Batak.

Spesies seperti Pinus Batak memerlukan pendekatan yang holistik dan kolaboratif. Melibatkan ahli biologi, ahli kehutanan, dan komunitas lokal dapat memperkuat upaya konservasi ini.

Ketika makan malam di salah satu lapo di Desa Pakpahan selaku ibukota Kecamatan Pangaribuan obrolan pun semakin seru. Ternyata belum pernah ada studi mendalam tentang siklus hidup dan reproduksi Pinus Batak untuk memahami secara rinci kebutuhan dan tantangan dalam perbanyakan alami mereka.

Meski Danau Toba sudah semakin glowing sekarang, dan infrastruktur jalan ke Pangaribuan selaku daerah pendukung sudah bagus, toh masih juga terjadi pembalakan liar, Sasarannya asal-lah pohon Pinus Pangaribuan, dan yang penting sudah berdiameter medium sebesar ban truk, maka babat sudah Pinus Batak itu.

Pembalakan liar seperti ini ibarat candu bagi warga, khususnya mereka yang berjiwa avontur dalam masalah finansial. "Hepeng do na mangatur nagara on" atau "Uanglah yang mengatur negara ini". Ini hanya berarti filosofi Machiavelli terpeleset di tanah Batak ke jurang "Hamoraon" atau kekayaan yang menjadi idam-idaman setiap orang yang sudah paham matematika dasar hamoraon. He He ..

Bagaimanapun galaunya hati ini karena belum ada perkembangan yang signifikan dalam pelestarian Pinus Batak di Pangaribuan,  Cagar Alam Dolok Saut di Pangaribuan dan Dolok Sipirok di Tapanuli selatan tetap saya pilih untuk dijadikan obyek wisata jelajah alam.

Setidaknya dapat dilakukan beberapa strategi pemasaran dan pengembangan pengalaman wisata. Misalnya pemangku kepariwisataan Danau Toba. Pemda setempat harus menyertakan mereka dalam program edukasi dan interpretasi yang memberikan informasi mendalam tentang keanekaragaman hayati, ekologi, dan nilai konservasi di Bukit Barisan.

Pemerintah juga harus menggunakan papan informasi, pamflet, dan tur pemandu yang dapat menjelaskan secara menarik tentang keunikan lingkungan tsb; merancang paket wisata tematik yang menggabungkan pengalaman alam dengan kegiatan yang lebih berorientasi kebudayaan atau petualangan, sehingga dapat menarik berbagai minat wisatawan, misalnya paket wisata fotografi alam, penelusuran flora dan fauna, atau kegiatan suaka margasatwa.

Berkolaborasi dengan komunitas lokal, baik di Rahut Bosi, Silantom, Desa Pakpahan, Sibingke, Sigotom dll. Ini bisa memberikan wawasan unik, pengalaman lokal, dan keterlibatan dalam kegiatan budaya.

Jangan lupa bagaimana meningkatkan infrastruktur yang mendukung wisata, seperti jalur trekking yang aman, tempat peristirahatan, dan aksesibilitas yang baik. Pastikan adanya fasilitas yang memadai, seperti toilet, tempat makan, dan area piknik.

Manfaatkan media sosial dan situs web untuk mempromosikan obyek wisata. Bagikan foto-foto menarik, cerita perjalanan, dan ulasan positif dari wisatawan sebelumnya. Gunakan tagar atau kampanye khusus untuk meningkatkan keberadaan digital obyek wisata tsb.

Singkat kata pemda setempat harus piawai melakukan marketing, seperti berkolaborasi dengan agen perjalanan lokal, hotel, dan operator tur untuk menciptakan paket wisata yang komprehensif dan mudah diakses bagi turis.

Dengan kombinasi strategi ini, diharapkan obyek wisata jelajah alam di Bukit Barisan, termasuk Cagar Alam Dolok Saut dan Dolok Sipirok, dapat lebih dikenal dan dicintai oleh berbagai kalangan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Pinus Batak sebetulnya bisa disebarkan di sepanjang habitatnya di Pangaribuan, seperti Pansur Natolu, Lumban Tanjung, Dolok Matutung, Sigotom dan Sibingke. Jangan seperti tetangganya Sipahutar, dimana Pohon Pinus seperti ini sudah hampir punah karena digantikan dengan tanaman kopi.

Disini diperlukan pendekatan yang hati-hati dan berkelanjutan, seperti identifikasi area yang membutuhkan pemulihan habitat alami Pinus Batak; melakukan kegiatan restorasi ekosistem seperti pengendalian gulma, penanaman tumbuhan pendukung, dan pemulihan lahan terdegradasi; menentukan area yang sesuai untuk penanaman Pinus Batak dengan mempertimbangkan kebutuhan ekologisnya; memilih lokasi yang memiliki tanah yang sesuai, sinar matahari yang cukup, dan kondisi lingkungan lainnya yang mendukung pertumbuhan Pinus Batak; melibatkan masyarakat setempat dalam kampanye penanaman pohon, termasuk penduduk di Pansur Natolu, Lumban Tanjung, Dolok Matutung, Sigotom dan Sibingke; mengajak partisipasi masyarakat dalam proses penanaman dan menjaga agar mereka memiliki kepedulian terhadap keberlanjutan ekosistem; memastikan penggunaan benih Pinus Batak yang berkualitas tinggi dan berasal dari pohon-pohon yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan, seperti pertumbuhan yang kuat dan produksi biji yang baik; melakukan pemantauan berkala untuk memastikan bahwa tanaman yang ditanam tumbuh dengan baik dan terlindungi dari potensi ancaman seperti hama dan penyakit; menerapkan praktik perawatan seperti pemangkasan yang tepat dan pemeliharaan tanah untuk mendukung pertumbuhan yang optimal; mensosialisasikan pentingnya pelestarian Pinus Batak dan ekosistemnya kepada masyarakat setempat; memberikan pendidikan lingkungan mengenai manfaat dan keindahan Pinus Batak sebagai bagian dari upaya konservasi; membangun kerjasama dengan pihak pemerintah, lembaga konservasi, dan organisasi lingkungan untuk mendukung program penyebaran Pinus Batak; mendapatkan dukungan finansial dan teknis untuk memastikan keberlanjutan program penyebaran ini.

Dengan pendekatan yang hati-hati dan melibatkan masyarakat lokal, diharapkan penyebaran Pinus Batak di Pangaribuan dapat berlangsung secara berkelanjutan dan membantu melestarikan spesies tsb di habitat alaminya.

Mari kita suarakan Selamatkan Pinus Batak dari Kepunahan. Sekarang Juga!

Joyogrand, Malang, Thu', Jan' 11, 2024.

Cagar Alam Dolok Saut dimana Pinus Batak dikonservasi dipandang dari Dolok Matutung Pengaribuan. Foto: Parlin Pakpahan
Cagar Alam Dolok Saut dimana Pinus Batak dikonservasi dipandang dari Dolok Matutung Pengaribuan. Foto: Parlin Pakpahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun