Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Indonesia dan Konflik Laut China Selatan

10 Januari 2024   15:47 Diperbarui: 10 Januari 2024   15:56 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia dan Konflik Laut China Selatan

Geostrategi dan geopolitik adalah dua konsep yang sering digunakan dalam menganalisis permasalahan politik regional dan dunia. Meski terkait erat, keduanya memiliki perbedaan dalam fokus dan ruang lingkupnya.

Geostrategi mencakup analisis terhadap posisi geografis suatu negara atau wilayah dan bagaimana posisi tsb mempengaruhi strategi politik dan militer. Faktor-faktor seperti lokasi geografis, topografi, sumberdaya alam, dan akses ke wilayah penting menjadi pokok dalam kajian geostrategi. Pemahaman terhadap geostrategi memungkinkan suatu negara untuk merancang kebijakan yang mengoptimalkan keuntungan dari posisi geografisnya.

Geopolitik lebih luas dan melibatkan analisis tentang hubungan antara faktor politik, ekonomi, dan militer dalam skala global atau regional. Geopolitik mempertimbangkan dinamika kekuasaan, persaingan antarnegara, pergeseran aliansi, dan peran aktor-aktor utama dalam sistem internasional. Konsep ini mencakup pemahaman tentang bagaimana keputusan politik di suatu tempat dapat mempengaruhi dinamika politik di tempat lain.

Pentingnya Posisi Geografis

Posisi geografis suatu negara atau wilayah dapat memberikan keunggulan atau tantangan dalam menjalankan kebijakan politik dan keamanan. Geostrategi membantu dalam memahami implikasi strategis dari letak geografis suatu entitas politik.

Geopolitik membantu memahami bagaimana kekuasaan didistribusikan dan berubah dalam sistem internasional. Analisis geopolitik membantu memprediksi dan merespons perubahan dalam dinamika kekuasaan.

Kedua konsep ini membantu kita untuk memahami dampak faktor-faktor eksternal, seperti kebijakan negara-negara besar, konflik regional, atau perubahan ekonomi global terhadap keamanan dan stabilitas suatu daerah.

Pemahaman yang baik tentang geostrategi dan geopolitik membantu pembuat kebijakan merancang strategi yang lebih efektif dalam konteks global dan regional.

Keduanya membantu dalam mengidentifikasi potensi ancaman keamanan dan peluang kerjasama yang mungkin muncul dari interaksi antarnegara.

Secara keseluruhan, geostrategi dan geopolitik menjadi alat analisis yang penting untuk memahami kompleksitas dan dinamika hubungan internasional dalam konteks dunia saat ini.

Indonesia memiliki kepentingan strategis yang signifikan di Laut China Selatan, dan permasalahan terkait dengan klaim wilayah yang tidak diakui oleh sejumlah negara, termasuk China, memiliki dampak penting terhadap kebijakan luar negeri dan keamanan Indonesia.

Klaim Wilayah dan Sengketa Maritim

Sejumlah negara, termasuk China, memiliki klaim terhadap wilayah di Laut China Selatan yang tumpang tindih dengan klaim Indonesia.

Indonesia sendiri memiliki sengketa maritim dengan China terkait dengan klaim yang tidak diakui di sekitar Kepulauan Natuna.

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan Kedaulatan Maritim

Indonesia memiliki ZEE yang mencakup bagian dari Laut China Selatan, termasuk sekitar Kepulauan Natuna.

Pemerintah Indonesia bangga pada kedaulatan maritimnya dan memandang klaim-klaim yang tidak diakui sebagai pelanggaran terhadap ZEE dan kedaulatan wilayah.

Hubungan dengan ASEAN dan Negara Tetangga

Indonesia adalah anggota ASEAN dan memiliki kepentingan dalam memelihara stabilitas dan keamanan di kawasan, termasuk Laut China Selatan.

Posisi ASEAN terkait dengan isu-isu Laut China Selatan memiliki dampak pada pendekatan Indonesia terhadap sengketa tsb

Kerjasama dan Dialog

Indonesia sejauh ini lebih suka menyelesaikan sengketa maritim secara damai melalui dialog dan kerjasama regional.

Pemerintah Indonesia mendukung Code of Conduct (COC) di Laut China Selatan sebagai upaya untuk mengurangi ketegangan dan mencegah konflik.

Kepentingan Ekonomi dan Energi

Laut China Selatan memiliki jalur perdagangan laut yang strategis, dan Indonesia memiliki kepentingan dalam memastikan keamanan jalur tsb untuk kelancaran perdagangan dan ekonomi.

Potensi sumberdaya alam, terutama energi, di Laut China Selatan juga menjadi faktor penting bagi kepentingan ekonomi Indonesia.

Kemandirian Pertahanan dan Keamanan

Indonesia menekankan kemandirian dalam pertahanan dan keamanannya, termasuk melalui pembangunan kekuatan maritim untuk mengamankan perairan nasional dan melibatkan semua pihak yang terkait.

Dalam menghadapi kompleksitas isu Laut China Selatan, Indonesia memilih untuk mempertahankan pendekatan yang seimbang dan diplomatis, dengan tetap menegaskan kedaulatan dan kepentingan nasionalnya, sekaligus berupaya menjaga stabilitas kawasan melalui dialog dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait.

Peralihan kepemimpinan

Jika ada perubahan kepemimpinan dan terutama jika Prabowo menjadi Presiden, isu Laut China Selatan kemungkinan akan menjadi salah satu prioritas dalam kebijakan luar negeri Indonesia, dan strategi yang diambil bisa dipertimbangkan dari perspektif geopolitik dan geostrategis.

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan

1. Penguatan Pertahanan dan Keamanan Maritim

Pemerintahan yang baru dapat memprioritaskan penguatan pertahanan maritim, termasuk peningkatan anggaran dan kemampuan militer untuk menjaga keamanan di sekitar Kepulauan Natuna.

2. Diplomasi dan Kerjasama Regional

Indonesia dapat meningkatkan upaya diplomasi dan kerjasama regional, terutama melalui ASEAN, untuk membangun konsensus dan mendukung solusi damai terhadap sengketa di Laut China Selatan.

3. Pemantapan Code of Conduct (COC)

Indonesia dapat terus mendorong pemantapan Code of Conduct (COC) di Laut China Selatan sebagai mekanisme yang dapat membantu mengelola ketegangan dan mencegah eskalasi konflik.

4. Penegakan Hukum Maritim

Meningkatkan penegakan hukum maritim untuk melindungi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan hak kedaulatan Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna.

5. Pembangunan Infrastruktur Pertahanan dan Keamanan

Investasi dalam pembangunan infrastruktur pertahanan dan keamanan di sekitar Kepulauan Natuna untuk meningkatkan kemampuan pengawasan dan respons terhadap potensi ancaman.

6. Peningkatan Kesiapan Militer

Meningkatkan kesiapan militer dan kemampuan pengawasan udara dan laut di wilayah strategis, termasuk melalui kerjasama dengan mitra strategis.

7. Penggalangan Dukungan Internasional

Melibatkan dukungan dan partisipasi aktif dari pihak-pihak internasional yang memiliki kepentingan serupa dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan Laut China Selatan.

8. Pendekatan Diplomatik

Melancarkan diplomasi yang bijak dan taktis, menghindari tindakan yang dapat memperburuk ketegangan dan mencari solusi damai melalui dialog.

Setiap langkah yang diambil harus mempertimbangkan kerangka hukum internasional, termasuk Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS), dan memperhatikan konsekuensi geopolitik yang mungkin timbul dari tindakan tertentu. Keselarasan dengan negara-negara tetangga dan mitra internasional juga menjadi faktor kunci dalam mencapai keamanan dan stabilitas di wilayah tsb.

Dalam debat capres ketiga persoalan ini cukup tajam disorot. Anies ingin agar Indonesia menjadi kekuatan utama di Asean. Ganjar melihatnya lebih hati-hati. Jangankan mau jadi kekuatan utama. Satu kesatuan langkah Asean saja dalam menghadapi China di Laut China selatan belum pernah terwujud. Dan Prabowo yang berlatarbelakang militer, terlebih pernah menjadi Menhan, menegaskan bahwa Indonesia harus bijaksana mengamankan sumberdaya alamnya dan membangun kekuatan militer yang signifikan, jangan sampai ada negara yang meremehkan dan bisa mendikte kita.

Ketiga kandidat relatif sama pandangannya. Yang berbeda hanya titik tekannya saja. Dengan latar belakang kemiliterannya, Prabowo tentunya sudah mempunyai jurus tersendiri bagaimana agar Asean menjadi kekuatan regional yang diperhitungkan dan Indonesia bisa menjadi pemutus utama di Asean dalam bertindak.

Prabowo membuktikan pernyataannya bahwa kekuatan penggentar 42 pesawat tempur baru Rafale sudah efektif kontrak pengadaannya untuk tahap ketiga pada tanggal 8 Januari 2024 ybl. Ditambah pesawat bekas yang masih bagus yi Mirage 2000-5 dari Qatar, tampilan Indonesia sekarang dan ke depan ini cukup mengesankan untuk kawasan regional Asia Tenggara.

Kerjasama dengan Perancis dalam industri militer kita layak dikembangkan lebih jauh lagi. Disamping ranpur Anoa yang sudah dipesan cukup banyak negara itu, kita juga harus berswasembada dalam pembuatan roket-roket dan drone-drone tempur modern sebagaimana kita lihat di kancah middle-east sekarang.

Pandangan di atas bukanlah pandangan yang militeristik. Tapi itu semua sangat kita perlukan dalam rangka mengantisipasi segala kemungkinan di Laut China Selatan.

Buat apa punya pasukan khusus yang bernyali besar tapi tidak dipersenjatai dengan sebaik-baiknya.

Joyogrand, Malang, Wed', Jan' 10, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun